Friday, February 11, 2005

AKIDAH, KAMUS GAUL DAN KRITIK MEMBANGUN

AKIDAH, KAMUS GAUL DAN KRITIK MEMBANGUN

Dalam perjalanan menuju ke Mesjid Toul Thom Pong dari KBRI untuk melaksanakan shalat Jumat, ada sedikit pembicaraan menarik mengenai kata "tintring" .. sebuah kata gaul yang sudah sangat popular di Indonesia khususnya dikalangan para socialité dan social climber. Mr. Van Maghel menanyakan apa arti kata tersebut dan saya menjelaskan, lalu apa yang terjadi ? Seperti biasa Mr. Van Maghel berkomentar tentang perubahan kata yang menurut beliau adalah tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar [baca: EYD] though I already said so bahwasanya kamus gaul Debby Sahertian itu juga sudah diketahui dan disahkan oleh para ahli bahasa Indonesia karena adanya forum terbuka dan diskusi pada saat launching, tetap saja sang Maestro of Everything a.k.a Mr. Van Maghel menyalahkan para pakar bahasa tersebut karena menurutnya tetap tidak sesuai dengan EYD. Goosssh, in this kind of heat and it was in the middle of the way to go to Mosque, I was tempted to say sumthing so mean and sarcastic .. but then .. hei .. he's my bro .. he's my good friend .. what can I do except accepting the way he is. Jadilah saya diam dan tidak berkomentar apa-apa walaupun mungkin di hati sangat dongkol. One thing that I hate from him ... he thinks that he's so perfect and never want to admit that sumtimes he knows nothing .. sumtimes he acts too much and sumtimes he's so damn high in putting the standard .. but back then, may be he has his own reason to do it so.

Panas mentari benar-benar sangat menyengat hari ini. Selesai Shalat Jumat di Masjid Toul Thom Pong, saya bergegas masuk kedalam mobil dan menanti dengan sabar Mr. Van Maghel menyalakan AC. Dalam perjalanan pulang menuju rumah Mr. Van Maghel, terjadilah pembicaraan menarik antara Mr. Van Maghel dan Mr. Jack Busro. Pembicaraan adalah seputar tentang halal dan haram. Terpicu oleh selebaran yang diterima di mesjid mengenai dibukanya lagi satu warung halal buat para muslim di Phnom Penh, maka kami bertiga berlomba-lomba bicara tentang beberapa kafé - kafé yang mulai kembali bermunculan di ibukota Kerajaan Kamboja ini. Sampailah kemudian ketika Mr. Jack Busro mengatakan bahwa salah satu pemilik warung makan Indonesia di Phnom Penh mengklaim bahwa sang pemilik restauran tersebut yang notabene adalah seorang non-muslim menyatakan bahwa masakan yang dijual ditempatnya adalah HALAL. Statement tersebut membuat Mr. Jack Busro agak sedikit naik temperatur darahnya. Mr. Jack Busro mengatakan bahwa sang pemilik tidak mengetahui arti sesungguhnya kata halal bagi umat muslim, bahwa dia hanya sekedar bicara tanpa memperhatikan efeknya, dan lain sebagainya .. dan seterusnya ... Menurut Mr. Jack Busro, hal ini merupakan hal yang prinisipil, hal yang berkait dengan akidah sehingga harus diperjuangkan ... [if I want to be exaggerated .. I can say .. harus diperjuangkan, JIHAD FISABILILLAH dong]. Pada akhir pembicaraan, Mr. Van Maghel hanya bertanya simple saja kepada rekan sejawat sejatinya Mr. Jack Busro .. "Kamu suka makan disitu tidak ?" .. Mr. Jack Busro menjawab bahwa kalaupun dia makan disitu, hanya memakan ikan dan lauk-pauk, tidak menyentuh ayam atau daging karena walaupun itu ayam dan daging sapi tapi mungkin pemotongannya tidak sesuai dengan .. again .. akidah Islam.

AH .. buat saya sich pointnya yang penting kita percaya ... mau itu dipotong sesuai kaidah Islam atau tidak, darimana kita tahu bahwa semua masakan disitu halal ? .. wong yang punya sertifikat halal saja bukan jaminan ..

Tuhan pun saya pikir mengerti kok bahwasanya kita kesulitan mencari sesuatu yang halal di tanahnya Raja Sihamoni ini .. maklumlah mayoritas adalah Budha Theravada.

Tapi diatas itu semua adalah kritik membangun yang sangat spektakular .. yang biasa dikeluarkan oleh Mr. Van Maghel tentunya. Sumhow saya suka agak terperangah dengan kritiknya yang pedas namun tidak membangun ...

Siapkah anda untuk menghadapi kritikan ? menjalani akidah ? dan bicara dengan bahasa gaul ? .. buat saya pribadi .. saya siap menerima kritikan, menjalankan akidah sesuai dengan batas kemampuan nalar dan beli corong denita bahasan gawang = bicara dengan bahasa gaul ..

Yuk néék .. yuuukkkk .....

No comments: