Friday, January 28, 2005

PULANG

Satu kata yang sudah dinanti dan akhirnya tercetus juga. Well, keputusan itu akhirnya diputuskan. I am going home eventhough only for about a week but I AM GOING HOME. Tida ada yang bisa mengekspresikan apa yang dirasa. Entahlah semua bergumul menjadi satu terbebat berjuta perasaan yang membahanakan kerinduan, kegembiraan dan kesedihan semata.

Kalau dibandingkan dengan selama ini tinggal di Jakarta, hitungan pulang ke Bandung untuk menjenguk orang tua ataupun sekedar bertiterah dapatlah dihitung dengan jari. No news is a good news, kalimat itu yang selalu diterapkan dan pada akhirnya kami semua kakak beradi terbiasa pula melakukan hal tersebut, jika salah satu dari mereka menelpon Bunda dan mengatakan hendak pulang, berarti akan ada satu masalah yang harus dipecahkan oleh Bunda dan bukan masalah yang mudah tentunya.

Sudah empat bulan tinggal di negeri orang, negeri dengan sejuta cerita menyedihkan pada masa lalu, negeri yang orang-orangnya dibantai oleh bangsanya sendiri demi mencapai kejayaan suatu idealisme, mencapai kejayaan prinsip individu sang pemimpin, negeri yang pada masa keemasannya dulu mampu membuat suatu maha karya yang kemudian menjadi salah satu permata dunia dalam bidang sejarah dan pariwisata.

Sudah empat bulan pula diri ini merengek bagaikan anak kecil yang meminta mainan atau permen, merengek ingin pulang, ingin menengok dengan apa yang disebut TANAH AIR. Ini semata bukan karena tidak betah ... sama sekali bukan ... ini semata hanya karena ada satu rasa kangen, rasa rindu ingin bertemu, bercanda, berbincang-bincang dengan kawan-kawan lama, walau hanya sesaat, walau hanya sebentar saja karena entah kenapa seolah diri merasa diyakini bahwa tidak akan kembali ke tanah air untuk jangka waktu yang cukup lama. Wallahualam...

Aku ingin pulang
walau hanya sesaat
aku
ingin
pulang

Tuesday, January 25, 2005

:-(

Kangeeeeeeun! I miss many things about u. I miss playing bowling with u at Puri with Gaby n Desy, I miss driving all the way iin the midnight afterwards while listening n consoling Ikie, I miss calling u all of sudden just to say "let's meet up!" n hearing "yes" as the response, I miss having coffee with only u without feeling awckward even when I don't feel like saying anything, I mss accompanying Ate n u looking 4 some pirated DVD's at Kota Kembang, I miss doing our own small things with our own small group, I miss my life back then when I had this small life of my own without feeling any fear and feeling only comfort for being my whole true self with u in it. I miss u, Hary Tedjo... s'thing (even if ur name's changed into that).

And tjo I'm not sure if it's got s'thing to do with the absence of uhere, I miss my self back then; I miss the real me or even it wasn't the real me or it was only me at that certain phase of life, I'd like to have it back coz back then I was fearless of being myself coz back then I knew I had innocence.

May be I'm just way too human to resist all this I've got; compliments, joys n stuff coz prolly it's the human nature that has turned me into this subconsciously discontent being for wanting more n more n wanting things as beautiful as they once used to be without thinking it's about time to move on, even if it's gonna be much of shame. Just wanna share this, I guess.

Be happy, Har! :-)

- from I Love You -

Friday, January 21, 2005

Sunday, January 16, 2005

SMS

Lusa udah masuk semester baru, wish me the best ya Har. I love u. :-)

- from I Love You -
SMS

Kangeeeun....... Péngén jln2 b2, ngobrol2, ngopi, jln JKT-BDG léwat puncak. Pgn nyium Hary di kening pgn jln megang tangannya Hary. I'm not sure if I'm being melancholic or anything coz I'm actually not feeling blue, but surely I suddenly miss u so bad. Sampé mau nangis tp bkn krn sedih, keinget Hary aja n suddenly it hit me 2 my conscience that my other is so far away that I wish I could be w/ him spending time 2gther. Yg sng di sana ya, Har. I love you.

- from I Love You -

Tuesday, January 11, 2005

KOMUNIKASI

Seperti apa sih komunikasi yang benar itu ? apakah komunikasi dua arah dengan berbagai macam perbendaharaan kata sehingga bisa dimengerti oleh kedua belah pihak, atau komunikasi batin ? saling mengirimkan apa yang ada didalam benark masing-masing sehingga tercipta satu aura yang bisa membuat kedua pihak mengambil tindakan atau langkah selanjutnya ?

Yang jelas buat saya, komunikasi dapat digunakan dengan berbagai cara. Dalam era teknologi tinggi ini ada banyak hal yang dapat dicapai untuk berkomunikasi such as telpon genggam, email, telpon, mesin fax dan lainnya .. Hal tersebut adalah hal lumrah dalam berkomunikasi, that tools we use everyday. Lalu jika itu lumrah, maka yang tidak lumrah yang bagaimana ?

Berkomunikasi dengan menggunakan telepati atau mata batin. Itu hal yang sulit dan terkadang bisa membuat kita tergelincir, apalagi jika kita tidak mempunyai intuisi yang kuat. Intuisi atau naluri yang lemah dapat membuat kita kemudian tergelincir, terjebak pada satu dilematis yang ujung-ujungnya kemudian kita menyesalinya.

Terus cara yang paling baik dengan komunikasi berdasar atas intuisi bagaimana ? Ya kembali pada pokok-pokok dasar yang dulu. Jalani semuanya dengan mengikuti alur. Jangan menentang alur karena akhirnya kita akan capai sendiri dan ujungnya kita akan terbawa juga, maka untuk komunikasi berdasar atas intuisi dapat dilakukan dengan kita mengikuti alur sambil mencari pegangan yang kuat yang nantinya akan dapat membuat sang alur berbelok atau at least membuat sang alur tahu bahwa kita ada dan kita menunjukkan apa yang kita mau dengan cara sang alur dan bukan cara kita.

Ah mudah namun susah ..
tapi percayalah, by the time anda berhasil melakukannya, by the time anda dapat tersenyum dan mengajak seluruh dunia untuk berpesta pora ..
SMS

How I wish u were just so I can feel e'thing's gn b alright 'coz I'm home anyway. Good day, Har!

- from I Love You -

Monday, January 10, 2005

JADI ATAU TIDAK JADI

Kalau dalam bahasa Inggris mungkin maksudnya "to be or not to be".

Hanya gara-gara rasa malas yang tiba-tiba datang akhirnya memutuskan untuk tidak jadi pergi. Tapi hal itu pun didukung oleh perasaan hati yang mengatakan jangan pergi. Ini intuisi palsu ataukah memang karena kondisi memungkinkan untuk tidak pergi walaupun sebenarnya dipaksa pun bisa.

Ah, apa pun bentuknya kalau berupa paksaan semata tidaklah jadi dengan baik.

Rasanya sudah sekian lama tidak lagi bisa merasakan ketajaman naluri, mungkin diri yang terlalu terlena dengan segala rasa nikmat dan enak semata sehingga menutup mata batin hati nurani diri yang seolah tak mau tercemari.

Kembali saya meracau tak karuan ..

Lalu apa yang jadi kalau pergi tidak jadi ?
Tidak ada yang jadi hari ini kecuali tidur dan menikmati hangatnya selimut dan bermimpi tentang pulang ..

Sunday, January 09, 2005

PENJARA DAN FASILITAS

Hari Minggu waktunya semua orang beristirahat. Namun ada sebagian kecil manusia di dunia ini yang walaupun hari Minggu masih terus melakukan aktifitasnya seolah tiada hari libur atau seolah besok negara ini akan hancur dan kembali terjajah.

Mungkin pernyataan tersebut lebih cocok untuk diri saya. Merdeka namun terjajah dan terbelenggu. Terpenjarakan namun bergelimang dengan segala fasilitas yang orang lain belum tentu dengan mudah mendapatkannya. Jadi seperti makan buah simalakama.

Lalu langkah apa yang harus diambil ?

Ah, saya pribadi mencoba menikmatinya dengan mengikuti alur sungai lari kemana, dengan mengikuti semua dan menggunakan segala fasilitas yang ada dan memberikan teori pembenaran bahwa saya berhak untuk itu semua karena saya sudah bekerja keras. Kalau orang Inggris bilang, "I earn it". Benarkah demikian ?

Kalau membahasnya panjang lebar maka kita akan masuk kebagian hak dan kewajiban, lalu kita akan menimbangnya diatas timbangan manusia biasa yang tentunya punya sifat ego yang besar, timbangan mana yang lebih berat antara hak dan kewajiban. Pihak penguasa akan menuntut haknya lebih berat dan pihak terjajah akan menuntut kewajibannya lebih ringan.

Lalu kapan bertemunya ?

Pembicaraan eksplisit, pembicaraan implisit, sikap orang timur yang menutup-nutupi terkadang akhirnya menjadikan jalan keluar, jalan bertemunya. Satu pihak puas, pihak lain tidak puas. Pihak lain puas, satu pihak tidak puas.

Lalu bagaimana ?

Entahlah, yang saya tahun saya cukup puas dengan apa yang saya punya sekarang dan saya cukup puas dengan apa yang saya jalani sekarang

Kurang apalagi ?

Saturday, January 08, 2005

OH !!!

Ya .. kata itu yang bisa keluar atas apa yang terjadi hari ini.

BEBAS, tidak ada pekerjaan yang menuntut harus ke kantor dan ini semua diluar dugaan.

Terkadang tidak mungkin kita lupa bahwa Tuhan selalu mendengar doa orang yang tertindas, doa anak yatim dan doa orang yang meminta sungguh-sungguh.

OH !!!

Lagi-lagi fenomena yang terjadi pada umat manusia adalah fenomena yang aneh dan sering kali tidak habis dimengerti. Ketika misalnya kita mendapatkan kebebasan, kita malah bertanya-tanya sekiranya ada apakah dibalik semua ini ? kenapa kita dibebaskan ? rasa panik yang berlebihan dan tidak pada tempatnya kemudian muncul. Antara menikmati dan tidak menikmati, akhirnya rasa itulah yang timbul. Lalu apa yang kita lakukan untuk hal itu ?

TIDAK ADA !!! ..
buat saya pribadi, saya menikmatinya dan menganggapnya sebagai buah kerja keras selama ini. Tinggal kita memilih ... kita bebas namun khawatir atau kita bebas dan sebebas-bebasnya ?

Saya .. pilih ... yang terakhir ..

Bagaimana dengan anda ?

Friday, January 07, 2005

PEMBANTAIAN, KEMENANGAN, LIBUR

Hari ini tanggal 7 Januari dan di Phnom Penh adalah hari libur nasional untuk memperingati jatuhnya rezim Pol Pot pada masa Khmer Merah dan kembalinya Phnom Penh sebagai ibukota kepada yang berhak.

Negara ini memiliki masa lalu yang kelam pada era tahun 1974 - 1979 [kalau tidak salah]. Masa dimana ketika terjadi pembantaian atas kurang lebih 2 juta umat manusia. Killing Field adalah tempat dimana terjadi penguburan massal atas korban-korban pembantaian dan Toul Sleng [penjara penyiksaan] adalah tempat dimana interogasi berlangsung.

Setelah menjalankan satu perjuangan yang panjang pada akhirnya atas bantuan Vietnam maka Kamboja bisa kembali berdiri merdeka. Tidak lagi menjadi Republik Khmer tetapi kembali menjadi Kerajaan Kamboja dengan bentuk pemerintahan kerajaan konstitusional.

Hari ini jalan-jalan dimana-mana macet, seluruh kota tampak semrawut dan seolah-olah setiap orang merayakan hari kemenangannya apalagi jatuh hari Jumat dan menjadikannya long weekend.

Lalu apa hubungannya dengan saya ? ..

Entahlah, saya kalau diikutsertakan pada judul diatas tersebut, mungkin hari ini tepatnya masih dalam taraf pembantaian. Mengerikan bukan ? sebagai ganti dari merayakan kemenangan atas rezim Khmer Merah, saya dibantai oleh rezim kecil [?]. Entah kapan bisa menang dan menikmati libur sebagaimana mestinya, sebagaimana layaknya orang lain.

Mungkin anda tahu ?

Thursday, January 06, 2005

PUASA .. PUASA .. PUASA ..

Ada banyak macam puasa. Dari semenjak saya kecil sudah dididik sedemikian rupa untuk mengenal apa yang disebut dengan puasa. Saya tumbuh dari satu keluarga yang punya kultur / budaya Jawa yang sangat sangat sangat kental [kelak dikemudian hari ketika saya dewasa, saya baru menyadari sebagian yang pernah saya lakukan adalah bagian dari aliran Islam Kejawen ataupun aliran Manunggaling Kawulo Gusti], sering sekali saya disuruh berpuasa. Tanpa bertanya fungsi, makna dan esensinya, saya menjalankan puasa yang diperintahkan oleh almarhum Bapak. Sebagai anak yang patuh pada orang tua, saya tak pernah membantah. Menjalankan apa yang disebut "laku" dengan tertib, tidak bertanya mengapa harus melakukan ini dan mengapa tidak boleh melakukan itu.

Ketika saya sudah beranjak dewasa memasuki usia duapuluh delapan, kemudian mencapai tiga puluh, saya baru menyadarinya bahwasanya apa yang dulu saya lakukan waktu kecil, sejatinya adalah proses pembekalan diri agar lebih tegar, lebih tentram, lebih ayem, lebih sabar, lebih bijak dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup yang datang silih berganti.

Ketertarikan saya pada masalah puasa ini kembali terulang ketika saya berusia tigapuluh tahun. Saya mulai kembali menjalankan proses puasa mutih yang biasa dilakukan oleh orang Jawa pada hari Rabu Pon dan berakhir di hari Jumat Kliwon [menurut hitungannya, puasa pada tiga hari itu sama nilainya dengan puasa mutih 40 hari], pada akhir puasa saya tidak merasakan perbedaan yang mendasar dengan saat sebelum saya melakukan puasa, namun setelah beberapa hari saya baru menyadarinya bahwa jalan saya dalam menghadapi masalah ataupun karakter manusia menjadi lebih mudah, menjadi lebih bebas. Setelah itu saya menjalankan apa yang disebut dengan puasa 'weton' atau lebih dikenal dengan puasa hari lahir, karena hitungan pasaran saya maka untuk puasa hari lahir ini pun saya menjalani selama tiga hari, dimulai Jumat dan ditutup hari Minggu.

Buat saya semua puasa intinya sama, buat proses penenangan diri, pembersihan hati nurani, agar lebih arif bijaksana dalam berpikir, lebih sabar dalam menghadapi banyak hal. Dan saya sudah merasakan manfaat itu secara nyata.

Namun tidak semua puasa yang kita lakukan berhasil. Masih banyak orang kebanyakan yang saya lihat rajin melakukan puasa namun tutur sapa, cara men-treat orang lain sama sekali tidak mencerminkan kebersihan dan keikhlasan jiwanya saat menjalankan puasa. Mungkin [seperti statement kemarin] mereka melakukan puasa hanya untuk riya semata saja.

Naudzubillah min dzalik.

Wednesday, January 05, 2005

SHALAT .. SEMBAHYANG ..

Hakikat shalat itu apa sih sebenarnya ? begitu banyak orang bicara tentang shalat, shalat dan shalat. Sampai-sampai terkadang kita jengkel dan kita malu hanya gara-gara masalah shalat.

Jengkel karena seolah-olah kita ini adalah bocah cilik berusia lima tahun yang setiap hari dicecoki dengan pertanyaan yang sama [baca: mengingatkan shalat]. Sudah cukup bagi seorang muslim dewasa untuk memperingatkan saudaranya, lebih dari tiga kali berarti tunai sudah kewajibannya. Nista, Madya, Utama ... itu yang biasanya dikatakan oleh Bunda. Sudah tiga kali yaa sudah lebih dari cukup.

Malu karena kita sebenarnya menyadari kewajiban sebagai seorang muslim sejati namun seolah tidak punya waktu untuk mengerjakannya. Namun ada satu fenomena juga yang sering terjadi pada diri manusia biasa. Melakukan shalat namun tidak ada kekhusuan, tidak ada keikhlasan dalam menjalankannya dan shalat dilakukan semata hanya karena untuk riya, untuk pamer [naudzubillah min dzalik], betapa mengerikannya hal itu. Terbayang waktu yang terbuang, belum lagi amalan yang tak ada artinya, dzikir yang tak tersampaikan, doa yang takkan terdengar tentunya. Betapa meruginya kita.

Saya sendiri mengakui bahwa saya jarang melakukan shalat belakangan ini, namun [pembelaan nih!] tidak berarti saya melupakan Tuhan, saya masih ingat Tuhan, saya masih cinta Tuhan. Buat saya pribadi, shalat adalah wujud komunikasi kita dengan-Nya yang disampaikan dengan cara yang berbeda-beda. Buat saya pribadi, shalat dan hubungan kita dengan-Nya adalah pertanggungjawaban kita masing-masing individu kepada-Nya.

Kalau saja orang lain mengerti tentunya tidak akan pernah terjadi pertengkaran hanya gara-gara masalah shalat.

Ah sudahlah .. saya ini siapa, cuma seorang manusia yang masih mencari jati diri [wah ?] dan masih menyesali betapa kini jauh dari-Nya namun nikmat-Nya masih selalu menyertai langkah saya selalu.

Tuhan, masihkah ada pintu maaf untukku ?
NORMAL DAN NORMAL [2]

Untuk level-level tinggi mungkin yang dinamakan kerja normal itu sudah berada di titik rawan yang paling berbahaya. Sekarang mari kita membahas masalah normal ini dalam konteks pekerjaan.

Pengorbanan yang sudah dilakukan terkadang dan sering sekali tidakalh sebanding dengan apa yang diraih atau mungkin malah sebanding namun hanya dalam pandangan satu pihak saja yaitu pihak yang menjalaninya dan bagi pihak yang tidak menjalaninya, pengertian sebanding ini berarti adalah kepahitan.

Sukses besar dalam meniti karir sehingga mencapai jenjang puncak adalah maha karya sang manusia. Tentunya jalan yang ditempuh pun bermacam-macam untuk bisa dapat mencapai hal tersebut. Biasanya ketika sudah mencapai titik puncak tertentu makan yang menjadi kesulitan selama ini adalah hati nurani seorang pekerja yang sudah bisa dikatakan sukses dan berjaya.

Bukan suatu yang mudah untuk membukakan hati nurani seorang pekerja ulet, tekun dan keras; akan banyak hal yang baru. Biasanya yang namanya pekerja keras, dia sangatlah ortodok, sangat "aku" dan sangat menjunjung aturan, kaku dan sulit untuk bisa bersikap flexible. Gambaran seorang pekerja sejati; namun sangat disayangkan, mereka ini cenderung work hard dan not work smart terkadang. Hal kecil yang seharusnya bisa dianulir ataupun bisa di-being tolerant, oleh para pekerja keras ini dijadikan seolah-olah bahan penelitian sehingga mereka tidak menyadarinya bahwa dengan tingkah lakunya seperti itu maka tertundalah sekian banyak rentetan pekerjaan yang seharusnya sudah bisa selesai dalam hitungan waktu yang sedikit; ini terjadi karena setiap pekerjaan menganut sistim klausal berkait, lebih-lebih jika kerja kita adalah kerja tim.

Nah, termasuk yang complicated-kah anda ? atau yang fleksibel ? atau ada kategori lain yang mungkin lebih cocok untuk anda ?

Sementara itu untuk saya .. saya adalah orang yang termasuk complicated namun fleksibel.

Bagaimana ? normal atau tidak normal ?

Tuesday, January 04, 2005

NORMAL DAN NORMAL [1]

Kalau bicara soal normal, pasti semua orang akan bertanya, dalam konteks apakah ? seksualitas ? pekerjaan ? gaya hidup ? permainan ? kita harus bisa tahu dulu apakah konteksnya agar nanti pada saat menjelaskan kita akan tahu batasan-batasannya dan juga pola pemikirannya. Kalau bisa dikatakan atau kalau boleh dikatakan, normal itu sebenarnya relatif. Seperti ketika orang bilang bahwa si Fullan itu cakep atau si Fullin itu cantik.

Seperti apa sich yang dinamakan normal ?

Pertama kita bicara dalam konteks seksualitas [wuuuuu .. I know what you are going to say; that's the first line I heard ketika topik ini dikeluarkan]. Dalam konteks seksualitas, kebanyakan akan berkata bahwa yang normal itu adalah hubungan heteroseksual karena itu yang dibenarkan oleh Tuhan [Tuhannya siapa ? dan pengertian pembenaran ini pula harus dijabarkan dengan baik dan benar, sebenar-benarnya]. Sementara itu kaum gay dan lesbian akan mengatakan bahwa jalan kehidupan seksualitas yang mereka ambil pun adalah normal. Kaum biseks mengatakan hal yang sama. Sehingga ketika terjadi perdebatan maka muncullah satu statement akhir, bahwasanya ujung dari itu semua adalah urusan tempat tidur, bukan ? sama-sama harus mencapai klimaks, sama-sama orgasme. Lalu apa yang diributkan ? ketidaknormalannya dalam berhubungan ?

Waaahhh .....

Monday, January 03, 2005

OMONG-OMONG KOSONG

Lagi-lagi harus bertarung dengan sebuah dilema. Bukan suatu dilema berarti tetapi mungkin juga bisa menganggu satu ritme ketenangan dalam satu langkah kehidupan bagi satu orang manusia atau kebanyakan makhluk-Nya.

Sebagai seorang manusia yang punya satu kuasa tinggi, adalah hal bijak untuk tetap menundukkan kepala dan bersikap rendah hati, tapi mungkin itu semua hanya teori ucap belaka. Buktinya ... pada saat dijalankan, pada saat terjadi, hampir semua orang, 100 atau bahkan 1000 persen akan mengatakan bahwa teori itu salah dan menentang hal itu.

Fenomena yang terjadi biasanya adalah semakin tinggi posisi seseorang maka semakin tinggi pula dagu yang terangkat [entah darimana sejarahnya sehingga mengangkat dagu diindikasikan / diinterprestasikan sebagai satu simbol keangkuhan, jumawa, kesombongan] dan juga semakin memandang rendah makhluk lainnya dalam segala hal.

Seandainya saja mereka semua sadar bahwasanya dihadapan Allah, Tuhan yang Maha Pencipta, semua adalah sama kedudukannya, mungkin mereka akan mawas diri. Sayangnya terlalu banyak tuhan-tuhan kecil di dunia keseharian kita. Bergidik saya membayangkan jika satu hari seorang manusia biasa kemudian diangkat derajatnya sebagai Tuhan. Terkadang ucap seorang manusia pun, jika punya satu kuasa adalah ucapan mutlak, tak dapat ditawar, tak dapat diganggu gugat lagi seolah adalah dalil mati, sabda Rasul sejati, pasti hukumnya atau mungkin setara dengan firman Tuhan. Suka atau tidak, itulah kenyataannya ...

Anyway, ... saya ini hanya beromong-omong kosong saja, mencoba menjabarkan rangkaian kalimat yang ada dikepala. Ngga ngerti esensi sesungguhnya dari ini semua. Pokoknya asal ngomong saja daripada ada dalam pikiran, emosi, hati, nurani sehingga menumpuk menjadikannya penyakit .. TBC .. HIIIIIIIIIIIIYYYYYYYYYYYYYYYY !!!!
SABAR DAN DIALOG

Sabar itu subur. Itu yang sering sekali dilontarkan oleh orang-orang tua jaman dulu yang hidup pada masa kolonialisme masih berlangsung di bumi pertiwi ini. Benarkah sabar itu subur ? hakikat sebenarnya dari kalimat tersebut apa sih ? sabar dalam menghadapi apa ? konteksnya harus jelas dan spesifik. Sabar dalam menghadapi cobaan ? atau sabar dalam menghadapi sikap seseorang atau perintah ataupun perkataan seseorang ? atau sabar dalam hal apa ?

AH, yang namanya manusia selalu saja memperhitungkan semuanya dengan keuntungan-keuntungan semata, profit. Semua yang kasat mata, nyata, bisa disentuh, digunakan dan bisa diraih dalam jangka waktu tertentu. Jarang sekali kita mau memperhitungkan efek samping kebaikan dari ini semua, dalam hal ini adalah sabar. Kalau saja kita mau sabar dalam menghadapi cobaan, kesuburan akan datang kelak ketika masa cobaan itu habis karena pada saat cobaan itu datang, sesungguhnya Tuhan sedang mencoba mengajak kita berdialog dengan-Nya. Mampukah kita menjawab dialog itu atau kita malah bertindak lagaknya sebagai orang tolol semata dan hanya bisa berkeluh-kesah ? cara kita menghadapi apa yang dinamakan cobaan dan musibah yang diberikan oleh-Nya adalah cara kita berdialog dengan-Nya sesungguhnya.

Gambaran sekilasnya yang saya tahu sesuai dengan logika saya yang pas-pasan ini, jika kita hendak berdialog dengan Tuhan, bukakan pintu hati dan nurani kita setulus-tulusnya, seikhlas-ikhlasnya maka kita akan berdialog dengan sangat bebas tanpa ada satu penghalang pun. Sejuta enambelas pertanyaan disampaikan pada-Nya maka jawaban pun akan disampaikan kepada kita oleh-Nya, hanya satu yang mendasari perbedaan antara Dia dan manusia adalah acara bagaimana Dia menjawab pertanyaan-pertanyaan kita.

Nah, yang paling miris adalah jika kita sebagai makhluk ciptaan-Nya mau berdialog dengan sesama kita, kita malah lebih jumawa dari yang menciptakan kita. mau berdialog saja perlu adanya satu tutur bahasa santun yang dibuat-buat [bahasa Indonesia berandai-andai atau bahasa tingkat tinggi yang sangat terkesan tidak tulus], sikap tubuh yang harus perlu diperhatikan dengan baik dan seksama, baju yang pantas, wangi-wangian yang mahal .. wooh sejuta aturan lainnya yang tak pernah habis.

Sementara itu tanpa kita sadar ketika kita menghadap Sang Pencipta dan mau berdialog dengan-Nya, kita hanya pakai kaos oblong, sarung, tutup kepala yang disebut peci dan sejadah, padahal harusnya kita bisa berpakaian lebih baik daripada itu. Jadi sebenarnya yang Tuhan itu yang mana ?

Kalau saja semua orang didunia ini menganut paham Jawa bahwa sabar itu subur, waah pastinya dunia ini tentram karena semua bersikap nerimo, apa adanya.

Wah pembicaraan saya ngelantur lagi. Mana korelasinya antara dialog dan sabar ?

eh .., better sop now.

Saturday, January 01, 2005

PESTA DAN DOA

Seperti tahun-tahun yang lalu, semua orang sudah mulai terlihat sibuk ber-sms ria ataupun saling menelpon dan kirim email dengan satu topik pembicaraan saja yaitu pesta tahun baru. Saya pikir wajar saja karena perayaan pergantian tahun seolah sudah menjadi tradisi untuk dirayakan, dihura-hurakan, diekspose, dikumandangkan kemana-mana, mungkin untuk tahun-tahun yang lalu hal tersebut adalah hal yang lumrah namun tidak untuk tahun ini. Kedatangan tahun 2005 disambut dengan hujan air mata, derita nestapa, perih, luluh lantaknya rumah, semua terbebat dalam satu gelombang tsunami.

Pro dan kontra mulai bermunculan dan membawa pada satu penyelesaian yang cukup sederhana. Pesta boleh saja namun disarankan untuk tidak berlebihan dan disela-sela pesta pun diselingi dengan doa dan acara pengumpulan dana untuk membantu korban tsunami. Tapi, kembali, nurani bertanya, masih cukup pantaskah pesta walau cuman biasa-biasa saja ?

Tidak ada keramaian khusus di Phnom Penh karena memang pesta tahunbaru internasional bukanlah pesta tahun baru mereka, biasanya mereka akan merayakan pesta tahun barunya di bulan April. Khmer's New Year -- even the King invites all Head of Diplomatic Mission to the Royal Palace to attend the dinner.

Sementara itu dikalangan masyarakat Indonesia sendiri semenjak dua hari lalu sudah mulai ada kasak-kusuk dari beberapa teman yang ingin menyelenggarakan doa bersama dan pemasangan lilin bagi para korban tsunami. Sebelumnya saya pernah melontarkan ide ini dan ditanggapi dengan baik oleh salah satu rekan, niatannya tidak menyelenggarakan pesta besar namun sebuah pesta sederhana [well, tapi tetap saja disebut pesta, bukan ?]; tidak memungut bayaran tapi meminta sumbangan yang hasilnya akan disumbangkan ke NAD. Makanan pun merupakan swadaya teman-teman; acara pun hanya pemasangan lilin, pembacaan doa, pembacaan puisi yang menyayat hati [karena dibacakannya sambil menjerit-jerit].

Klise memang terdengarnya tapi memang begitu kenyataannya. As the party is over, I go home, rasanya malas untuk kemana-mana dan rasanya hari-hari berlalu begitu saja, hanya berganti dari angka 2004 ke 2005. Sempat sih instropeksi diri dan memantapkan tujuan yang harus dicapai di tahun 2005. Malu rasanya, begitu besar nikmat yang diberikan oleh-Nya namun sedikit yang saya berikan pada-Nya.

Sebagai manusia biasa seolah segala sesuatu tidaklah berkecukupan, tidak pernah puas, namun sekarang ini saya belajar untuk mengekang semuanya dan menikmati hidup sehidup-hidupnya sebagaimana sudah saya putuskan ...

LIVE LIFE TO THE FULLEST

Tuhan,
kini kuberpasrah pada-Mu
memohon ampunan-Mu
atas segala dosa

Tuhan,
terimalah sujud syukurku
atas segalanya yang telah
Engkau berikan dan limpahkan
jadikanlah hamba-Mu ini semata
orang yang mengerti akan arti syukur
dan bukan orang yang mengkufurinya

Tuhan,
terimalah ucap doaku