Thursday, January 06, 2005

PUASA .. PUASA .. PUASA ..

Ada banyak macam puasa. Dari semenjak saya kecil sudah dididik sedemikian rupa untuk mengenal apa yang disebut dengan puasa. Saya tumbuh dari satu keluarga yang punya kultur / budaya Jawa yang sangat sangat sangat kental [kelak dikemudian hari ketika saya dewasa, saya baru menyadari sebagian yang pernah saya lakukan adalah bagian dari aliran Islam Kejawen ataupun aliran Manunggaling Kawulo Gusti], sering sekali saya disuruh berpuasa. Tanpa bertanya fungsi, makna dan esensinya, saya menjalankan puasa yang diperintahkan oleh almarhum Bapak. Sebagai anak yang patuh pada orang tua, saya tak pernah membantah. Menjalankan apa yang disebut "laku" dengan tertib, tidak bertanya mengapa harus melakukan ini dan mengapa tidak boleh melakukan itu.

Ketika saya sudah beranjak dewasa memasuki usia duapuluh delapan, kemudian mencapai tiga puluh, saya baru menyadarinya bahwasanya apa yang dulu saya lakukan waktu kecil, sejatinya adalah proses pembekalan diri agar lebih tegar, lebih tentram, lebih ayem, lebih sabar, lebih bijak dalam menghadapi berbagai macam persoalan hidup yang datang silih berganti.

Ketertarikan saya pada masalah puasa ini kembali terulang ketika saya berusia tigapuluh tahun. Saya mulai kembali menjalankan proses puasa mutih yang biasa dilakukan oleh orang Jawa pada hari Rabu Pon dan berakhir di hari Jumat Kliwon [menurut hitungannya, puasa pada tiga hari itu sama nilainya dengan puasa mutih 40 hari], pada akhir puasa saya tidak merasakan perbedaan yang mendasar dengan saat sebelum saya melakukan puasa, namun setelah beberapa hari saya baru menyadarinya bahwa jalan saya dalam menghadapi masalah ataupun karakter manusia menjadi lebih mudah, menjadi lebih bebas. Setelah itu saya menjalankan apa yang disebut dengan puasa 'weton' atau lebih dikenal dengan puasa hari lahir, karena hitungan pasaran saya maka untuk puasa hari lahir ini pun saya menjalani selama tiga hari, dimulai Jumat dan ditutup hari Minggu.

Buat saya semua puasa intinya sama, buat proses penenangan diri, pembersihan hati nurani, agar lebih arif bijaksana dalam berpikir, lebih sabar dalam menghadapi banyak hal. Dan saya sudah merasakan manfaat itu secara nyata.

Namun tidak semua puasa yang kita lakukan berhasil. Masih banyak orang kebanyakan yang saya lihat rajin melakukan puasa namun tutur sapa, cara men-treat orang lain sama sekali tidak mencerminkan kebersihan dan keikhlasan jiwanya saat menjalankan puasa. Mungkin [seperti statement kemarin] mereka melakukan puasa hanya untuk riya semata saja.

Naudzubillah min dzalik.

No comments: