Sunday, February 10, 2008

"Do I deserve it ?"

Pada satu malam ketika lagi asyik ngopi barengan dengan Bonnie di ruang makan rumah tercinta di Halim, tiba-tiba terlintas ucapan “Do I deserve it ?” .. saya lupa dalam konteks apa kami berbicara, kalau tidak salah ketika kita membahas mengenai tali pertemanan, persahabatan, kinerja dan pergaulan.

Kalimat tersebut entah kenapa tiba-tiba terus menganggu alam pikiran saya, entah kenapa semua hal yang pernah dilewati dalam langkah-langkah kehidupan di dunia nyata ini mendadak terbentang luas dan keburukannya adalah menjadi perhitungan atas apa yang pernah dilakukan dimana dan untuk siapa walaupun sesungguhnya hal itu sama sekali tidak boleh dilakukan.

Hujan terus merintik membasahi bumi persada dan saya tetap terpekur, sambil mengisap sebatang Lucky Strike Menthol dan segelas kopi tubruk buatan Bonnie. Saya kemudian berpikir apakah semua yang telah saya lakukan selama ini sudah benar langkahnya ? atau mungkin salah namun saya percaya pada kepiawaian insting saya semata sehingga apa yang salah seolah terasa menjadi benar ?

Secara jujur saya katakan bahwa belakangan ini telah banyak hal yang saya alami dan itu membuat saya terus berpikir dan mengkaji ulang semuanya. Kekecewaan terdalam yang beruntun terjadi hanya dalam waktu kurang dari tiga bulan terakhir namun banyak pelajaran hidup yang saya dapat dari itu semua.

Ketika kemudian saya mempertanyakan hal ini kepada Yang Punya Hidup, “Do I deserve it ?” lalu saya seolah mendapat jawaban bahwasanya semua ini adalah satu babak dalam kehidupan yang memang harus dijalani dengan satu keyakinan bahwa pada akhir dari babak tersebut maka hasil yang didapat, kepuasannya akan melebihi atas sakit dan derita yang dialami, seolah semua kekering kerontangan makna perjalanan terhapus oleh hujan sehari yang membasuh semua menjadi kesejukan dan kedamaian semata.

Call me melancholic but that’s what I feel now.

Everything started last December ketika cobaan demi cobaan menerpa perjalanan hidup saya, saya sendiri berusaha untuk terus menjalani semuanya dengan bekal kesabaran dan rasa pasrah yang masih saya miliki. Saya percaya bahwa Tuhan tidak pernah tidur dan saya percaya bahwa Dia akan selalu membantu umat-Nya.

Hal lain adalah masalah pertemanan. Saya tidak mengatakan bahwa saya kehilangan banyak teman, saya lebih suka mengatakan bahwa entah kenapa saya merasakan bahwa teman-teman saya menjauh. Mungkin atas tingkah laku saya, mungkin juga atas apa yang pernah saya katakana, mungkin juga hal-hal lain yang saya tidak tahu. Untuk itu saya meminta maaf, semoga kedamaian selalu ada pada mereka-mereka dan semoga segala kelancaran mendampingi setiap langkah mereka.

Saya belajar bahwa lamanya pertemanan tidaklah menjamin segala sesuatunya menjadi lebih baik. Ada masa naik turun seperti layaknya gelombang di samudera yang luas. Namun seperti pepatah lama yang sering kali terucap bahwa teman yang sejati adalah mereka-mereka yang ada ketika kita sedang ada pada titik terendah dalam kehidupan kita. Dan saya bersyukur saya memiliki teman sejati walaupun jumlahnya tak lebih dari jari tangan sebelah kanan.

Adalah ketika kita sedang berada pada titik rendah kita bisa mengetahui siapa sesungguhnya mereka, bagaimana sifat sejatinya. Well, siapa sich yang mau temenan dengan orang yang lagi susah ? sangat jarang!

Segala kesulitan dan kegulanaan hati yang terus mendera dan mendera seolah menjadikan batu ujian yang tak pernah selesai. Syukur Alhamdulillah ketika sedikit demi sedikit dengan kepala dingin dan berdamai dengan diri atas apa yang telah terjadi, kini saya mulai menapaki kembali lembar baru dalam kehidupan saya.

Bahwa kemudian atas pertanyaan “Do I deserve it ?”, saya berpikir ulang dan saya meyakininya bahwa itu semua adalah karma yang mungkin harus saya bayar. Semoga saja masih banyak darma yang saya miliki sehingga kehidupan saya akan terus berjalan dengan seimbang dan bisa menyenangkan hati banyak orang. Amin.

Saturday, February 02, 2008

Obrolan Iseng: Jatuh Cinta

Seharian ini di rumah, ngobrol ini dan itu sama Bonnie, Ade dan Egi, sambil menikmati hujan, tadinya mau pergi meeting tapi mengingat Jakarta yang hujan terus semenjak dini hari sampai menjelang Maghrib, alhasil bawaannya bermalas-malasan sambil nge-net, ngopi, ngerokok dan mengirimkan beberapa email untuk urusan publikasi film Claudia / Jasmine dan sambil ditutori Bonnie mengerjakan beberapa hal administrasi dan up date laporan ke Produser.

Hidup adalah sebuah pilihan dan kita sendiri yang menentukan apakah pilihan tersebut. Saya baru mengerti makna dari kalimat tersebut. Adalah sebuah kenikmatan tersendiri untuk duduk bercengkrama dan berinteraksi dengan orang-orang yang kita sayangi tanpa harus menjadi orang lain. Sebuah kenikmatan hidup yang memang susah untuk digantikan dengan apa pun.

Saya bersyukur dan saat ini hati saya begitu tenang dan nyaman. Melewati sebuah hari dengan penuh makna dan acap kali mengingat kembali apa yang telah lalu, adalah salah satu proses pembelajaran dalam melangkah, menapakkan kaki di alam kehidupan ini.

Obrolan demi obrolan sambil lalu yang terkadang membuat kita menjadi terperangah karena banyak hal baru yang sering kali kita dapatkan jika kita bicara tanpa beban.

Satu hal yang menarik dari pembicaraan sore ini adalah mengenai jatuh cinta. Yaaa .. obyek pembicaraan yang selalu menarik untuk dibicarakan tapi juga terkadang terlalu complicated. Balik-baliknya ada pada pernyataan standar: relatif.

Tapi yang menarik adalah pernyataan bahwa jatuh cinta itu sebenarnya adalah satu kondisi unconditional yang semua orang tidak pernah tahu kapan datangnya. Secara literally yang namanya jatuh pasti orang tidak mengharapkan. Kalau jatuh itu pasti penuh dengan rasa keterkejutan, tanpa adanya pemberitahuan akan jatuh, tanpa adanya persiapan. Itulah sebabnya seperti yang lagu lama bilang bahwa jatuh cinta itu berjuta rasanya. Sama dengan ketika kita berjalan tiba-tiba terpeleset kemudian jatuh, ada banyak rasa yang kita rasakan, bukan ?

Setelah tahu hal itu, kini saya bisa mengambil kesimpulan, satu kesimpulan diri pribadi bahwa sesungguhnya jatuh cinta itu tidaklah bisa setiap saat. Yaa sekarang gini saja, masa sich ada orang yang mau jatuh tiap kali ? iya kalau jatuhnya pas dalam satu kondisi yang enak, kalau misalnya jatuh pada saat moment yang salah ? pastinya hasilnya pun akan berbeda.

Kalau ditarik garis ke belakang, maka saya mendapati bahwa jatuh cinta yang pernah saya alami ternyata hanya satu atau dua kali dari sekian banyak hubungan yang pernah saya jalani *eh .. euleuuuhh geuningan membocorkan rahasia dapur pacaran hahahahaha …* ..

Buat sebagian orang, proses jatuh cinta itu adalah satu proses yang mana dapat memporakporandakan satu siklus kecil dalam kehidupan kita namun siklus kecil itu membawa dampak besar pada langkah-langkah kita. Gejala-gejala orang jatuh cinta dapat sangat mudah ditemukan walaupun ketika ditanya banyak sekali orang yang tidak mau mengakui bahwa dirinya jatuh cinta. Cukup mengherankan, padahal proses jatuh cinta itu biasanya membuat orang tidak bisa tidur atau mungkin tidur dengan nyenyaknya sampai-sampai terkadang dalam tidurnya itu tersungging senyum simpul nan manis, .. proses jatuh cinta itu pun membuat orang tiba-tiba punya nafsu makan yang besar, willing to do anything yang biasanya tidak pernah mau dikerjakan dan yang paling menyebalkan adalah tiba-tiba menjadi seseorang yang bagai kerbau dicocok hidungnya .. dimintai mengerjakan apa pun oleh pasangannya itu pasti bersedia dan tanpa banyak protes ini dan itu.

Buat saya proses jatuh cinta adalah waktu yang sangat menyenangkan, sangat sangat menyenangkan. Saya bisa lebih menikmati hidup, saya bisa tertawa lepas, saya bisa memberikan aura-aura bahagia pada lingkungan sekitar saya. Judulnya adalah saya menjelma menjadi orang yang sangat menyenangkan.

Tapi terkadang jatuh cinta membuat kita pula menjadi bukan kita yang sesungguhnya, mendadak orang yang tidak suka puisi terus tiba-tiba menjelma menjadi pujangga karbitan, mendadak orang yang tidak suka hura-hura menjadi clubbers / party go-ers sejati, yaa seperti judul film .. mendadak dangdut sajalah.

Itulah sebagian buah pemikiran yang saya pikir cukup menarik. Ada banyak hal yang saya, Egi, Bonnie dan Ade bicarakan, … next time I will post it ..

Anyway, malam telah bergerak menuju dini hari dan rintik hujan pun usai, entah apakah embun pagi kan datang atau mungkin mendung kembali menggantung dan membuaikan diri dalam hembusan angin sejuknya ? *eh kok mendadak saya merangkai kata dalam untaian kalimat bermakna yaa ? .. apakah saya lagi jatuh cinta ? .. hayoooo tebaaaaaaaakkk …*

Friday, February 01, 2008

Hanya Sebuah Tulisan Iseng

Tadi malam kembali saya minum kopi dengan beberapa teman saya. Egi, Avin, Bonnie, Ade dan Vivian. Ketika saat makan malam tiba dan tiga orang dari teman saya tersebut memutuskan untuk makan di tempat lain yang jaraknya dapat ditempuh dengan berjalan kaki, tinggallah saya, Egi dan Avin duduk manis, menikmati rokok dan kopi.

Avin adalah salah satu dari teman terbaik saya. Teman yang tidak perduli dengan status social yang saya sandang, teman yang tidak perduli dengan masa kelam saya, teman yang tidak perduli dengan segala macam kebusukan yang mungkin tanpa saya sadari dia lihat itu. Tidak banyak saya punya teman seperti itu, jari tangan yang cuman sepuluh pun masih berlebih.

Entah kenapa, pembicaraan dengan dia malam tadi begitu mengasyikkan, walaupun yang dibahas bukan sesuatu yang sangat spesifik atau sesuatu significant yang memerlukan kecerdasan otak dan pikiran. Hanya satu hal yang saya rasakan tadi malam bahwa saya bisa tidur dengan tersenyum.

Salah satu hal yang membuat saya menyayangi sahabat saya yang satu ini, ketika kita bicara panjang lebar, berkeluh kesah tentang banyak hal, beliau ini selalu dengan bijak dan penuh canda dan ketawa memberikan masukan-masukan yang kemudian pada masanya membuat saya berpikir bahwa apa yang dikatakannya itu benar.

Mungkin hal itulah yang membuat saya kemudian tadi malam tidur dengan nyenyak karena segala curhatan saya didengarnya dengan penuh kesabaran dan saksama diselingi dengan segala bentuk canda dan tawa.

Banyak hal yang terjadi semenjak kembalinya saya ke Tanah Air. Banyak hal yang sudah sangat berubah semenjak kembalinya saya ke Tanah Air. Saya bersyukur bahwa saya masih diberi kenikmatan oleh-NYA sekarang ini, saya bersyukur bahwa saya masih diberi teman-teman yang mencintai saya apa adanya tanpa melihat status saya seperti apa saat ini. Bahwa Tuhan tidak tidur dan selalu mendengar doa umat-NYA adalah benar. Saya percaya itu, bahkan doa satu kata pun jika kita memiliki niat bulat dalam mengucapkannya sudah pasti akan terkabulkan.

Ini hanya sekedar tulisan yang tak terencanakan saja. Saya bersyukur bahwa semakin hari dengan semakin bertambahnya usia, saya bisa melihat dunia secara lebih jelas dan saya bisa lebih mengerti arti dari pertemanan yang sesungguhnya.

To Avin, Egi, Bonnie, Ade and Vivian, .. thanks so much for being there when I am in the deepest of my sorrow ..., you guys rock ..