Monday, September 22, 2008

TTM - sebuah langkah kebodohan

Beberapa waktu lalu ketika lagi asyik bersantai di Rumah Syenang, Hal, seorang teman baik pecinta lagu-lagu 80an memasang lagu-lagunya almarhum Chrisye. Saya agak tergelitik dengan satu lagu yang saat itu lagi dinyanyikan oleh almarhum Chrisye.

"Sejak jumpa kita pertama
kulangsung jatuh cinta
walau kutahu kau ada pemiliknya
tapi ku tak dapat membohongi hati nurani
ku tak dapat menghindari gejolak cinta ini

Maka ijinkanlah aku mencintaimu
atau bolehkah ku sekedar sayang padamu

Memang serba salah rasanya
tertusuk panah cinta
apalagi juga ada pemiliknya
tapi ku tak mampu membohongi hati nurani
ku tak mampu menghindari gejolak cinta ini

Maka maafkan jika ku mencintaimu
atau biarkan ku mengharap kau sayang padaku"


It was back then few months ago when I was single (and yet now still remaining single) lalu saya terlibat hubungan dengan seseorang, kategori yang saya jalani dapat saya katakan adalah TTM menurut istilah sekarang (Teman Tapi Mesra), tidak pernah ada komitmen diantara kita plus juga tidak pernah ada kata untuk memutuskan jalan bersama, all happened just like that. You want to believe it or not, it's up to you.

Hubungan yang buat saya pada saat itu adalahmenjadikan diri naik turun dalam hal emosional dan lainnya. Entah kenapa di satu sisi terkadang rasa sebal muncul dengan status yang hanya seperti itu tapi terkadang di sisi lain muncul rasa senang dan membayangkan bahwa jika saja hubungan itu kemudian menjadi resmi dan happily ever after like in a fairy tales story. How I wish.

Sudah beberapa kali saya mengalami hal seperti itu sampai kemudian ketika saya ngobrol dnegan salah satu sahabat baik saya dan kemudian kami menyimpulkan bahwa it is my destiny untuk selalu terlibat dengan seseorang yang sudah punya pasangan. DAMN!!! Though I was so hard try to deny but still could not. The fact was I did it!.

Tentunya ketika menjalani hubungan TTM ini sebagai individu yang sadar akan segala risiko yang ditempuh, saya menyadari sepenuhnya konsekuensi yang saya ambil atas jalan yang saya jejakkan ini. Bahwa tidak bisa menuntut lebih atas apa yang terjadi di dalam hubungan, bahwa tidak bisa mengatakan apa pun atas status yang biasanya selalu dikatakan dalam ruang lingkup pergaulan, bahwa tidak bisa ini, tidak bisa itu, dan banyak tidak bisa lainnya. Belum lagi availabilitas atas kapan bisa bertemu dan kapan tidak bisa bertemu, itu semua adalah bentuk toleransi dan pengertian ketika kita menjalani apa yang disebut dengan status TTM.

Kebodohan itu berulang dan berulang kembali dan entah kenapa saya tidak kuasa untuk menolaknya atau mungkin saya tidak punya keteguhan hati untuk tidak melakukannya lagi. Yang pasti saya menikmati setiap waktu, setiap moment bersama TTM saya tersebut. I know it's wrong but again ... I just can't help it.

Seperti semua orang bilang bahwa ketika kita taruhlah belum jatuh cinta tapi dalam masa pendekatan, segala sesuatu terasa menjadi bermakna dan memiliki arti tersendiri. Every single conversation, every single message, every single gesture, every single words spoken ... semua menjadi bahan pemaknaan tersendiri dan terkadang tanpa kita sadari kita salah dalam menilainya, but hey! it's normal.. (mungkin).

Pernah dalam satu percakapan dengan seseorang dia bilang begini:

"Tau nggak ? gue itu yaa paling pantang ngejar orang yang udah punya pacar"

BANG!!! .. it's a big slap in my face and I was stunned and speechless. Kalau ditanya apakah ada yang salah dengan melakukan itu ? tentunya iya, well, namanya juga menganggu rumah tangga orang masak sich ngga salah ?

Teori pembenarannya adalah kembali ke syair lagu diatas, mungkin yang bisa dilakukan adalah hanya sekedar sayang tanpa mengharapkan balasan atas rasa sayangnyaitu. Bukan hal yang mudah untuk dilakukan tapi, well, mungkin itu adalah hal yang paling baik yang bisa dilakukan dengan catatan tentunya tak boleh lagi ada pengharapan-pengharapan walaupun itu sekedar pengharapan semu.

Tapi yang paling baik mungkin adalah memberhentikannya. Tokh hal itu tidak akan bisa berjalan kemana-mana. Pertanyaannya adalah apakah sudah siap untuk berhenti ? apakah sudah bisa untuk melepas dengan rasa ikhlas dan tidak lagi membebani pemikiran-pemikiran tersebut dengan hal itu ?

Well, setiap jejak langkah pasti ada konsekuensinya, ada risiko yang harus diambil dan ditempuh dan dirasakan.

Seperti tadi malam ketika saya dikirim sms oleh salah seorang teman baik saya untuk minum kopi dan saya membalas bahwa saya akan menyusul kemudian, tiba-tiba dia membalas sms saya itu dengan:

".. things are not the same when you are not single"

Teman baik saya itu berpikir bahwa karena saya dengan seseorang lalu saya telah menjadi seseorang yang berubah. The fact is that I just want to have time for myself.

Saya hanya tertawa miris membaca kalimat itu, I do wish that I am not single but the fact is that I am single!

Well, I am writing down all this that-so-called "menyek-menyek" stuff just wants to clear up things that bothering my mind. Mau dikomentarin drama atau apa pun, terserah, but I just am being honest to myself.