Thursday, June 05, 2008

EKSISTENSIALISME - Sebuah Aliran Baru

4 bulan setelah kembali ke tanah ari tercinta, saya sudah taruhlah atau katakanlah datang pada 2 acara Gala Premiere Film Indonesia dan 1 acara Pembukaan Festival Film sebuah negara Eropa, 1 peluncuran buku, beberapa pembukaan pameran dan gathering-gathering yang sering kali saya lewatkan.

Well, di satu sisi cukup menyenangkan, kembali pada dunia lama, ketemu teman-teman lama, updating yang namanya gossip sebagai bumbu dalam perjalanan kehidupan dan hal-hal lainnya.

An old friend of mine bilang bahwa saya adalah Banci Eksis.

Ketika disebut sebagai Banci Eksis, saya agak tertegun. Berpikir beberapa detik dan kemudian mencari tahu arti dari eksis yang dimaksud.

Diambil dari kata “exist” atau “existences”, pengertian sesungguhnya adalah hadir, tampak, ada, muncul.

Pengertian Banci Eksis disini adalah untuk setiap kehadiran saya pada beberapa event tertentu menurut teman saya. Well, saya katakan bahwa sebutan itu agak kurang cocok sebenarnya untuk saya, .. lha wong ndak di semua acara saya ada dan hadir kok! Misalnya, saya tidak pernah hadir dalam acara-acara diplomatik di Indonesia, atau, saya tidak pernah hadir dalam acara-acara peluncuran buku masak misalnya! Atau acara Istighosah atau juga kumpul-kumpul bareng FPI ..

Saya pernah membicarakan masalah ini dengan soulmate saya, Des, .. di suatu sore sambil bincang-bincang minum kopi, tiba-tiba saja kita bicara tentang eksistensi. Des menyebutnya sebagai suatu aliran baru Eksistensialisme.

Kita berdua kemudian asyik membahas mengenai apa yang disebut dengan Eksistensialisme ini. Hal ini mungkin terpacu dengan semakin berkembangnya jaman dan bergantinya waktu. Keberadaan individu untuk bisa tampil dalam suatu ruang lingkup komunitas tertentu yang kemudian membuat individu tersebut merasa bahwa kehadirannya haruslah diakui. Belum lagi masalah senioritas yang sering menjadi suatu kendala pada satu komunitas.

Misalnya,

Beberapa tahun yang silam ketika saya lagi getol-getolnya membuat puisi, pernah pada suatu hari ketika sedang berdiskusi dengan teman-teman yang juga punya hobi sama kemudian memutuskan untuk membuat suatu antalogi puisi bersama.

Sebuah ide yang spektakuler untuk saat itu, dengan bersemangat kami meluangkan waktu setiap hari Minggu untuk bertemu dan berdiskusi, sampailah pada saat pengumpulan puisi-puisi untuk kemudian diseleksi dan dibaca oleh seorang sastrawan senior.

Ketika kemudian puisi-puisi tersebut sudah dikirimkan melalui email kepada sang sastrawan yang mana beliau ini merupakan salah satu sastrawan senior dalam kancah perpuisian Indonesia, kami tak pernah mendapat jawaban yang pasti dari beliau-beliau sampai saat ini.

Mungkin kesibukan beliau yang menyita waktu sehingga puisi-puisi kami terbengkalai ? atau mungkin juga email kami yang masuk ke bulk mail dan beliau bukan tipe orang yang tidak pernah memeriksa bulk mail ? atau mungkin beliau adalah tipe orang yang enggan ke-eksistensi-an dirinya terusik apalagi oleh generasi-generasi yang jauh lebih muda dari beliau ?

Adalah suatu hal yang cukup sulit untuk diterima ketika kita terbiasa untuk selalu ada atau istilah sekarang adalah ya itu tadi exist dan tiba-tiba eksistensi itu mulai memudar. Istilah lebih luasnya adalah “post power syndrome.”

Well, tampaknya Eksistensialisme ini sekarang mulai merambah menjangkiti (walaupun tidak semua) hampir setiap orang. Ketika aliran baru ini mulai bekerja sistematikanya, adalah bagaimana cara individu yang berhasil lulus dalam bidang Eksistensialisme ini menyikapinya. Baiknya untuk tetap sadar, membumi dan menikmatinya dengan satu pemikiran positif, untuk tidak menjadi besar kepala dan kemudian tidak mengenal kawan-kawan lamanya lagi misalnya.

Banyak orang yang menyikapi eksistensi dirinya dengan berbagai hal. Salah satu teman baik saya yang menjadi founder dari salah satu komunitas yang cukup besar (besar karena anggota-anggotanya yang mendunia) di Jakarta malah ingin mengundurkan diri dari status founder. Lhaaa .. bagaimana bisa ? sampai Lebaran Brimob pun tidak akan bisa. Mengundurkan diri dari eksistensinya di komunitas adalah mungkin tetapi untuk mengundurkan diri dari status founder .. kembali saya katakan .. sampai Lebaran Brimob pun ngga akan bisa.

Naaahh! .. bagaimana dengan anda ? apakah anda sudah masuk dalam aliran baru Eksistensialisme ini ? atau mungkin anda sedang merintisnya ? atau mungkin anda sudah eksis dan mulai terjangkiti rasa kecemasan akan kepudaran eksistensi anda ? …