Wednesday, July 16, 2008

PERUBAHAN - sebuah pemikiran sederhana

Beberapa waktu yang lalu ketika lagi asyik minum kopi dengan Fad an Dhie di Kedai Kopi Bintang Dollar di Menteng, tiba-tiba saya sedikit terperangah dengan kalimat yang dikeluarkan oleh Dhie.


“Things are not the same when we are not single.”


Errr .. sebuah pernyataan yang sedikit menganggu tapi memang benar adanya.

Beberapa waktu lalu saya dan teman-teman pergi ke Klab Surga. Sekedar membayar keramahan yang sudah ditawarkan maka saya setuju untuk pergi. Waktu itu kita baru saja selesai sesi pemotretan untuk sebuah buku yang akan diluncurkan tidak lama lagi.

Sesampai di Klab Surga, saya seperti biasa hanya berdiri dengan manis dan merokok sambil sesekali tertawa mendengar komentar-komentar dari beberapa teman saya tentang orang-orang yang hobi datang ke Klab Surga itu dan melakukan “pose – pose cantik” (dilafalkan dengan gaya Malaysia). Lex dan saya datang terlambat sementara Li, Dhie dan yang lainnya sudah cukup lama berada di dalam Klab Surga itu.

Saya noticed bahwa Dhie sepertinya sedang mengadakan pendekatan dengan seseorang secara gencar, terlihat dari segala manuver-manuver yang dia lakukan. Sesekali saya membahas hal itu dengan Li atau Lex.

Setelah capai berdiri dan sementara itu Klab pun sudah mulai kosong, kami semua bergegas pulang dan istirahat mengingat setelah seharian beraktifitas. Tidur tengah malam, bangun pagi untuk urusan shooting trailer sebuah festival film dilanjutkan dengan session pemotretan untuk cover buku yang berlangsung sampai tengah malam kemudian lanjut clubbing, well, untuk ukuran orang seusia saya, hmm .. tampak sedikit dipaksakan energi yang saya keluarkan plus tidak sebanding dengan apa yang didapat. HAHAHAHA.

Setelah beberapa waktu dan lama tidak bertemu dengan Dhie, tiba-tiba saya mendapat kabar kalau Dhie jadian dengan seseorang yang dikenalnya di Klab Surga itu dan mereka tampak sekali intens dalam berhubungan. Agaknya saya mulai mengenal Dhie secara baik, hampir setiap hari kita selalu berkomunikasi baik itu melalui telpon atau sms. Prinsipnya adalah jika tidak ada kabar dari Dhie untuk satu waktu yang signifikan maka itu berarti semua berjalan dengan baik-baik. Demikian pula dengan masalah dia jadian dengan katakanlah JS. No news at all from him so I think that it’s a good news.

Saya bisa melihat perubahan yang mendasar yang terjadi pada diri Dhie. Mungkin karena saya hampir setiap hari ketemu, setiap hari komunikasi sehingga apa yang menjadi kebiasaan dia atau tingkah laku dia pun secara tidak langsung saya mengenalinya. Perubahan mendasar yang saya katakan adalah saat saya melihat bahwa setelah jadian begitu banyak hal yang tadinya dia sering omongkan dan terkadang dia tidak suka menjadi kebalikannya. Dia melakukan segala hal yang pernah dia katakan bahwa dia tidak suka! .. I guess that’s the power and magic *again* of LOVE. Yuuuuuccccckkkk …. !!!!!!

Yang paling membuat saya agak tertohok adalah apa yang dia katakan ketika kita baru saja selesai meeting mingguan untuk project buku dan kemudian meeting tersebut masih mau berlanjut karena rencananya kita akan bertemu dengan salah satu penulis plus Dhie pun terlibat pada satu film festival yang akan berlangsung dan dia in-charge untuk desain-graphisnya dan menjelang festival berlangsung, tentunya kesibukan semakin meningkat.

I do remind him untuk bisa focus dan bisa menjalankan semua tugasnya dengan simultan dan tentunya dengan harapan dapat berhasil dengan baik. When I did remind him about all those things, he came up with one statement:

“Things are not the same when we are not single!”

Entah mungkin disebabkan oleh kecemburuan bahwa saya masih single up to the moment (ngiklan diri dikit aaahhh .. hahahahaha) atau mungkin juga karena dia yang begitu santainya berbicara seperti itu and yet up till now I still cannot forget his expression when he said that, I was then so angry with him.

Tapi kemudian saya mengkaji ulang semuanya dan mengingat-ingat apakah benar adanya bahwa ketika kita tidak lagi single semuanya berubah dan tidak sama ?

Hmm … saya perhatikan beberapa teman-teman saya yang ketika masih single statusnya begitu berbeda dengan sikapnya ketika sudah berpasangan.

Ryn misalnya, seorang anak muda yang berusia 18 tahun dan baru saja menapaki dunia barunya, tiba-tiba saja tanpa ada kabar berita menghilang dan ketika saya iseng-iseng mencari tahu kabarnya, dia baru saja putus dan kemudian sekarang sudah menjalin hubungan dengan seseorang yang baru lagi dan hilang tanpa ada kabar. I used to send him some messages yang terkadang dijawab tapi terkadang pun tidak sama sekali.

Hal, salah seorang teman baik, tiba-tiba saja ketika dia jadian dengan seseorang, hidupnya pun penuh dengan kemisteriusan walaupun terkadang dia masih suka cerita. Saya tak pernah lagi bertanya ini dan itu karena saya percaya eventually tokh nanti dia akan cerita ketika things are not the same dengan situasi yang dia inginkan.

Dhie, dia pun begitu, menjadi saksi hidup atas tiga kali jadiannya dia. Saya menyimpulkan bahwa yes, he changes.

Al, yang baru dalam tahap pendekatan pun tiba-tiba saja mempunyai tingkah yang berbeda dan tidak lagi menjadi seseorang yang saya kenal sebelumnya.

Agaknya saya harus sudah mulai belajar untuk menerima perubahan teman-teman dekat saya yang pada masanya sedang mengalami masa-masa romansa. Seperti yang selalu Dhie katakan pada saya, “Kang, people change.”

Yes, I do agree that people change but we also do need to remember bahwasanya perubahan yang terjadi itu pun seharusnya disadari oleh masing-masing individunya dan seyogyanya dengan bijaksana yang bersangkutan ataupun saya sendiri bisa menyikapinya.

Agaknya saya harus belajar untuk menerima perubahan secara bijaksana dan tertawa pada akhirnya jika perubahan itu kemudian berbalik kembali menjadi seperti sebelumnya. What I mean, sometimes ketika things what happen are not the same like what we expect, biasanya kita berubah menjadi seseorang yang sama seperti sebelumnya. Haruskah begitu ? Dapatkah hal itu dikatakan tidak konsisten ? …

Hanya anda yang dapat menjawabnya karena saya tidak mau berdebat untuk urusan ini.

Friday, July 11, 2008

PERTEMANAN - Sebuah Keputusan

Back then around couple years ago in Phnom Penh, I ever posted this little story in my blog but I re-post again with some additional at the end.

“I guess so much for the friendship now and you should know very well, Hary, that people change.”

Kutipan sebuah pembicaraan diatas itu terjadi ketika pada hari Sabtu lalu saya bertemu dengan teman lokal yang mana kita berdua cukup lama tidak bertemu. Mister V ini adalah salah satu anggota dari High Quality Bitches yang dulu sekitar enam atau delapan bulan yang lalu sempat merambah dunia pergaulan Phnom Penh setiap akhir minggu dari satu tempat gaul ke tempat gaul lainnya atau dari satu pesta ke pesta lainnya.

Berawal dari satu perkenalan tidak resmi, pembicaraan seputar kehidupan dan jalannya dinamika hidup percintaan, saya mengenal Mister V ini dari Mister J yang saya kenal terlebih dahulu, dari Mister J ini pula saya mengenal Mister D. Lalu hampir setiap weekend dimulai dari hari Jumat sampai dengan Minggu sore kami berempat selalu bertemu entah itu undangan suatu pesta perpisahan salah satu expat atau pesta ulang tahun atau acara-acara lainnya. Mister J menamakan kami sebagai High Quality Bitches, the name that for sure I am not proud of :p.

Mister J berasal dari Korea Selatan, saya dari Indonesia dan Mister V serta Mister D adalah our local friends from Cambodia. Pada masa-masanya kita sering berkumpul, kita sering membicarakan banyak hal, mulai dari hal-hal yang bersifat umum sampai hal-hal yang bersifat sangat pribadi namun herannya kami semua menikmati masa-masa itu dan saling membantu, sampai kemudian pada satu titik dimana Mister J mengatakan pada saya dan dua orang teman lainnya tersebut bahwa dia harus pindah ke London karena pacarnya menginginkan dia untuk pindah.

Singkat cerita, setelah kepindahan Mister J ke London, mulailah grup High Quality Bitches ini terpecah-belah. I still try to manage to keep in touch with Mister J via email dan mengirimkan sms at least beberapa kali dalam seminggu kepada Mister V dan Mister D namun lambat-laun frekuensinya semakin berkurang dan berkurang dan berkurang sampai pada satu titik dimana tidak ada lagi kabar mengenai satu dan lainnya.

Saya berpikir apakah karena saya waktu itu baru saja mengenal mereka (the three of them had known each other long time before they knew me) atau mungkin proses adaptasi saya tidak berhasil ? that left a big question mark in my mind tapi saya coba untuk tidak ambil pusing walaupun sedikit banyaknya saya menyayangkan hal itu terjadi.

Then to my surprise, I met with Mister V last Saturday nite.

Setelah segala urusan pekerjaan selesai; well, yes, you can complain, I did work last Saturday because of my boss held a friendly dinner; saya memutuskan untuk gabung dengan beberapa teman saya yang sudah lebih dulu ada di Elsewhere, salah satu tempat membaurnya para lokal dan expats di Phnom Penh. Tak berapa lama kemudian, teman-teman saya berniat untuk makan malam di salah satu tempat makan seafood yang enak dan murah (well, if then you cannot call it supper, you could call it dinner though it was 10.30 pm already), I decided not to join dan memutuskan untuk pulang sambil membayangkan menonton serial The Golden Girls di dvd.

Tapi kemudian entah kenapa, saya berubah pikiran dan memutuskan untuk pay a short visit to Salt Lounge, one of my favorite place in Phnom Penh. Saat tiba disana dan masuk ruangan distulah saya bertemu lagi dengan Mister V setelah sekian lama tidak pernah bertemu. Kami bertukar cerita sambil sesekali bercanda. Pada kesempatan itulah saya bertanya mengenai kabarnya Mister J dan Mister D. Mister V hanya tersenyum getir dan menjawab dengan pahit bahwa satu demi satu teman-temannya menghilang, Mister J tidak lagi ada kontak bahkan melalui surat elektronik sekalipun, pesan di telepon tangan pun tidak dijawab sementara Mister D sekarang sudah sangat berubah bahwasanya dia sekarang sudah bekerja dan akan berangkat ke London dalam waktu dekat.

“I only realize that it is may be my condition so they did not want to be my friend anymore. I know, Hary, I am jobless now, I have no money and I am not the person that may be they used to know.”

KABOOOMM!!!!

It hit me hard right in my heart and I felt my chest hurt.

Kejadian sekian tahun lalu kembali terputar dengan indahnya dalam memori. Betapa sangat menyakitkannya ketika you are really in the deep shit and really in the deep trouble terus tiba-tiba semua orang menghilang, dihubungi tidak bisa, didatangi pun tak mau keluar menemui, kalau bertemu atau berpapasan di jalan atau dimana pun terlihat satu senyuman terpaksa dan basa-basi yang anak kecil pun tahu bahwa itu adalah basa-basi semata saja.

Oh yes, been-there-done-that.

I was grateful while I was in deep shit and trouble, I still have those that I can call friend. Those I can lean on and those that I still can share my story with or laugh together over something that may be buat sebagian orang tidak lucu atau tidak perlu ditertawakan. I don’t need to mention them but they know who they are and I pray to God every damn day may they always get happiness and nothing else except happiness in their entire life. I love you guys so much …

So yes I can understand damn well perasaannya Mister V sekarang.

He said:

“I was surprised when I saw you entering this place and you look so happy to meet me and hug me and as if nothing happens with me. So, after you know my condition now, will you still be my friend ?”

Mata saya berkaca-kaca, kenapa harus sebegitunya ? kenapa harus untuk menjadi teman pun masih harus dipertanyakan ? mungkin pengalaman Mister V dengan dua orang (mantan) sahabatnya yang membuat dia sekarang menjadi sangat berhati-hati.

And I said:

‘I might not be as rich as Mister J or as lucky as Mister D but one thing that you should know, Mister V. Whatever you are, even you are scum or anything lower than that, you are still my friend. A one dear friend. So, take out those worried eyes and I want to see the smile back in your face. The real smile!’

We ordered drink and we toast! That nite we spent the whole nite together. Talking !

Keesokan harinya ketika saya membereskan kamar tidur saya; yang tentunya merupakan tugas rutin hari Minggu; saya teringat kejadian semalam dan saya merasa bahwa saya bersyukur sampai dengan saat ini saya tidak pernah berhenti mengucap syukur kepada-Nya atas segala yang telah diberikan pada perjalanan hidup saya. At least saya tahu bagaimana menghargai pertemanan dan tahu bagaimana teman yang sesungguhnya itu.

Kini ketika keadaan berbalik dan saya kembali mengalami apa yang dialami oleh Mister V, I am smiling because I know that there are some of my friends that really a truly friends around me ..

Seperti tertulis di liriknya the Golden Girls ..

“.. thank you for being my friend .. “

Yes, it’s right, somehow lately I did really want to cry. Well, you can call me anything. Mau dibilang cengeng, manja dan lainnya atau ngga malu sama umur, I just don’t care. This is what I feel right now. I do want to cry. Ngerasa aja ketika kita membutuhkan teman hanya untuk sekedar berbagi cerita dan keluh kesah kok kayaknya susah yaa ? .. too busy, too hectic dan too too lainnya padahal hanya butuh teman untuk mendengarkan cerita, apalagi kalau butuh hal lain yaa ? .. it hurts. Mungkin memang sudah destiny-nya bahwa saya harus menjadi seorang pendengar yang baik. Bahwa saya harus selalu ada setiap saat untuk orang yang membutuhkan even only to borrow ear to listen. Hey! I am also a human being yang juga punya keinginan untuk bercerita, punya keinginan untuk mengeluarkan isi hati, .. is it too much to ask ?

So, for the time being walaupun mungkin dalam hati begitu sesak dan sampai-sampai mengeluh seolah tidak punya teman atau out of list from any invitation, I will try so hard to be back to my old life, being solitaire. Don’t complain, don’t say something but for the time being saya hanya merasa bahwa mungkin ini jalan terbaik.

Hmm .. sudahlah .. hari sudah menjelang pagi. Time to prepare my bed and then later on wake up and continue my work preparing for the film festival. Better make myself busy so then my mind not focusing to other things.

Tuesday, July 08, 2008

7th Q! Film Festival 2008

The 7th Q! Film Festival organized by a non-profit organization Q-munity will be held from 08 August – 16 August 2008. Showcasing around 80 films (feature, documentary and shorts) coming from more than 20 countries, the theme this year is “Naturally Different.” Q! Film Festival is a leading showcase for diverse, international LGBTIQ (Lesbian, Gay, Bisexual, Transgender, Intersex & Questioning) film festival in Asia. In this 7th Q! Film Festival, Q-munity join forces with Kalyana Shira Foundation to present the new section: Human Rights. The highlighted films are :

- The Amazing Truth About Queen Raquela (Dir: Olaf De Fleur Johannsson – Iceland/Philiphines)
- I Don’t Want to Sleep Alone (Dir: Tsai Ming Liang - Taiwan/France)
- My Super 8 Season (Dir: Alessandro Avellis - France)
- Spinnin’ (Dir: Eusebio Pastrana – Spain)
- Sita Sings The Blues (Dir: Nina Paley - USA)
- Good boys (Dir: Yair Hochner - Israel)
- A Very Natural Thing (Dir: Christopher Larkin - USA)
- With Gilbert and George (Dir: Julian Cole - UK)
- 881 (Dir: Royston Tan - Singapore)
- Risk, Stretch or Die (Dir: Saskia Heyden - Germany)
- The Birthday (Dir: Negin Kianfar & DaisyMohr - The Netherlands)
- Suddenly last winter (Dirs: Gustav Hofer & Luca Ragazzi - Italy)
- Love songs (Christophe Honore - France)

Human Rights Section:

- Perempuan Punya Cerita (Chants of Lotus) – Dir. Fatimah T. Rony, Upi, Nia Dinata, Lasja Fawzia - Indonesia
- 9808 – Dir. Anggun Priambodo, Ariani Darmawan, Edwin, Hafiz, Ifa Ifansyah, Lucky Kuswandi, Otty Widasari, Ucu Agustin, Steve Pillar Setiabudi, Wisnu Suryapratama - Indonesia
- May – Dir. Viva Westi - Indonesia
- Suddenly Last Winter – Dir. Gustav Hofer & Luca Ragazzi - Italy
- My Super 8 Season – Dir. Alessandro Avellis - France
- Opera Tikus Got – Dir. Santosa Amin - Indonesia
- Dua Sisi – Dir. Faisal - Indonesia
- The Birthday – Dir. Negin Kianfar & Daisy Mohr – The Netherlands

Most of the events are FREE OF CHARGE and will take place in:

Blitz Megaplex at Grand Indonesia
Goethe Institute
Erasmus Huis
Galery Cemara 6
Centre Culturel Francais (CCF) Salemba
Kineforum
Subtitles


This year festival will also be attended by the directors, actors as well as the organizer of film festivals from abroad, such as:

1. Julian Cole – Director (With Gilbert and George) – United Kingdom
2. Saskia Heyden – Director (Risk, Stretch or Die) - Germany
3. Ocean Leroy – Actor/Drag King Performer (Risk, Stretch Or Die) - Germany
4. Poj Anorn – Director (Bangkok Love Story) - Thailand
5. Chaiwat Thongsaeng - Actor (Bangkok Love Story) - Thailand
6. Jun Lana – Director (Roxxxanne) - Phillipines
7. Josh Kim – Director (The Postcard, The Police Box) – South Korea
8. K. Raja Gopal – Director (Lucky 7) – Singapore
9. Anita Schoepp – Director (Dedicated) - Canada
10. Petra Van Dongen – Cinemasia Film Festival Holland
11. Laura Gerber – Director Berlin Asian Hotshots Film Festival
12. Victor Silakong – Director Bangkok World Film Festival


Apart from the film screenings, the festival also has some wonderful fringe events not to be missed involving some well-known artists, like:

3 Photo Exhibitions
1. “Q! Life in Paris” by French Photographer: Amaury Grisel.
2. “Transgender in Indonesia” by Indonesian Photographer: Adi
3. “What Queer?” by several Indonesian and international professional and non-professional photographers.

Outdoor Screenings will be held during weekends at Goethe Institute, where the audiences could enjoy watching movie in an open air under the stars.

A talk show called “Silat Lidah Binan” adapted from one of Indonesian television channel program, with audiences that will throw the topics to be brought up to the panelists. The panelists that have been confirmed are: Melissa Karim, Ria Irawan, Djenar Maesa Ayu and will be moderated by Alvin Adam.

There is also a small comedy operette talk show called “Rush Hour” that will be performed by non-professional actors with some well-known guest stars.

Other program is the literature event. There will be a book launch “Heterophobia”, the second book of “Macho Man Ngomong Cong” – The Serial, taken from a blog author; Fa. Together with Institut Pelangi Perempuan, Q! Film Festival is also having a book discussion on poetry and short stories by lesbians.

The Festival also invites you to join the Q! Gossips. The hot topic is Homosexuality and Religion; a heated panel discussion with some religious experts. Another Q! Gossip’s subject is The application of “Bahasa Binan” or Indonesian Queer’s Language that has been a popular slang language from psychology and linguistic point of view.

All further completed info can be found at our website by end of July: www.qfilmfestival.org

Please pass this info to friends and lovers and ex-friends, ex-lovers that you think might be interested in our events.

See you in August!

Q! Film Festival team

------------------------------------
Dimas Hary
Film Traffic & Administrator

Q!Film Festival 2008
Jakarta, 08 - 16 August 2008
Bali, 21 - 24 August 2008
Surabaya, 14 - 19 October 2008