Thursday, February 24, 2005

AC, TANGGA, CURHAT

Atas dasar sikap pemikiran yang berbeda setiap manusia cenderung untuk bisa bersikap netral, untuk bisa bersikap ada adanya. Mengerti dalam artian sebenarnya pun sulit untuk dilakukan, terlalu rumit, terlalu beribet nampaknya atau karena kadar ego yang tinggi sehingga sulit untuk mengerti dan melihat segala sesuatunya dalam pandangan dan jangkauan yang lebih luas dan tidak "small minded." Atas dasar pemikiran yang berbeda pula setiap manusia tidak pernah puas dengan apa yang ada dan telah didapat, selalu ingin lebih dan lebih dan lebih lagi.

Saya baru saja pindah ke gedung baru, gedung yang boleh dikatakan jauh lebih representatif dari gedung yang lama. Katanya gedung ini adalah milik Mr. Prime Minister of Cambodia, Samdech Hun Sen dan sudah dipakai oleh dua negara sebelum Indonesia, yaitu Kekaisaran Jepang dan Kerajaan Thailand. Gedung dengan fasilitas yang boleh dikata sangat preventif dari apa yang disebut dengan ancaman peluru. Kaca-kaca yang terpasang pada Gedung A [terdiri atas Gedung A, B dan C] dilengkapi dengan kaca anti peluru dan pintu-pintu besi yang naudzubillah beratnya.

Gedung A ini terdiri dari lantai dasar, lantai satu dan lantai dua. Lantai dasar adalah ruang tamu Mr. Ambassador, resepsionis, toilet tamu dan ruang makan [jika Mr. Ambassador mengundang makan tamu tentunya]. Lantai dua terdiri atas tiga buah kamar utama. Kamar yang paling luas dan lengkap ditempati oleh Mr. Ambassador. Kamar kedua ditempati oleh Mr. Minister Counsellor / Head of Chancery atau Kepala Operasional Perwakilan dan kamar ketiga ditempati oleh staff bidang Politik. Saya yang posisinya merupakan lingkar satu Mr. Ambassador dan merupakan penyaring utama [dari mulai makan, telpon, tamu, semuanya .. ] diletakkan di hall, di void, didepan kamar Mr. Ambassador, sebuah teras dalam rumah yang kemudian dibikin sekat sehingga membentuk satu ruangan. Entah nasib atau apalah, yang jelas acap kali pindah gedung, saya tidak pernah mendapat satu ruangan yang benar-benar nyaman, yang benar-benar enak, ruangan yang benar-benar milik sendiri dan bisa menata sesuka hati. Tapi ya sudahlah memang demikian adanya.

Berhubung ini adalah ruangan baru maka dipasanglah AC a.k.a sang pendingin ruangan karena hawa yang sangat panas tentunya jika tidak ada sang AC ini [bayangkan, Phnom Penh sekarang ini panasnya sedang lucu-lucunya membakar kulit]. Ternyata setelah dipasang semalam suntuk, hawa dingin yang dikeluarkan ternyata kurang memadai [padahal AC tersebut baru dan dalam kondisi 1.5 PK]. Oh nasib .. nasib ..

Datang pukul delapan pagi seperti biasanya dan melihat ruangan masih dalam keadaan seperti kapal karam, rasanya ingin marah-marah pada semua orang [which actually it's not their mistake for sur]. Kemudian terpiculah kemarahan dan rasa luapan emosi yang tak terkendali ketika seorang Local Staff yang biasa dipanggil dengan nama Mr. Jack Busro menanyakan tentang perintah tidak tertulis Mr. Ambassador bahwa hanya beliau, Mr. Head of Chancery and all Home Staff dan para tamu terhormat yang boleh memakai tangga utama menuju ruang Mr. Ambassador, sementara yang lain harus memakai tangga lingkar. Mr. Jack Busro menanyakan kebenaran tentang hal tersebut. Saya mengatakan apa adanya namun tampaknya Mr. Jack Busro tidak puas dengan apa yang saya katakan secara jujur dan benar. So then on the way accompanying Mr. Ambassador to the car, I talked to Mr. Ambassador about my problem, my objections of Mr. Jack Busro's attitude yang buat saya pribadi menunjukkan ketinggihatiannya dan seolah adalah seorang yang 'lebih' dari yang lainnya. Mr. Ambassador didn't commet to what I told him only that he said that he asked me to talk to Mr. Jack Busro that Mr. Jack Busro could go with any stairs that he wanted to. I did, I talked and passed Mr. Ambassador's message to Mr. Jack Busro.

Semakin hari nampaknya dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi, saya semakin mengenal individu dari masing-masing orang yang ada disini. Well, begitu banyak kekecewaan yang saya rasakan dan saya berharap ketika Mr. Treasury datang, beliau akan berlaku lebih arif dan bijak tapi nyatanya tidak. Semakin hari saya semakin kecewa atas sikapnya yang buat saya pribadi tidaklah bersahabat, sikap yang berpura-pura baik didepan saya. Saya tahu darimana datangnya racun tersebut namun biarlah, buat saya pribadi saya berusaha untuk memendamnya dan menjadikannya bahan pelajaran kehidupan, istilah kerennya Studi Kasus.

Kekesalan hati saya hari ini saya limpahkan sepenuhnya kepada Mr. Van Maghel namun nampaknya bukan jalan terbaik, nampaknya bukan waktu yang baik. Saya hanya merasa sebegitu sedikitnya orang di dunia ini yang willing to listen to what I feel, to listen to what I want to tell, to listen to what I say, to listen to my story... hanya sedikit ...

Perasaan melankolis ini muncul semenjak beberapa hari belakangan ini dan terus terang hal ini sangatlah menganggu ritme kerja saya yang sudah sedemikian baiknya belakangan ini. Saya tahu saya memerlukan banyak mawas diri dan eling sehingga saya bisa lebih tahu dan bisa lebih arif bijaksana dalam mengambil tindakan yang saya inginkan.

Saya pikir semua ini bermula dari AC yang panas ...

Benar apa orang bilang ..
one lead to another .. klausul berkait .. atau hanya saya yang membuatnya exxagerate ? what do you think ? ...

No comments: