FAT
Tadinya saya tidak begitu ambil pusing dengan kalimat buaian yang dikatakan oleh beberapa temans local staff mengenai my general outlook .. my general performance. Lalu setelah beberapa saat barulah saya terhenyak dan mulai berpikir dengan sedikit panik tentunya.
"Pak Hary, you know what ? with that kind of your hair style, you look much-much younger than before."
"Thank you. I take it as a compliment."
"No, it's true, you look younger comparing to the first time you came here. Besides now you are so fat, so healthy."
.........tttttttttttttteeeeeeeeeeeeeettttttt ..... maka paniklah dunia mungil milik seorang Hary Carpijanto Saptadi ini. Bayangkan, dibilang lebih sehat sich bukan masalah. Yang jadi masalah adalah dibilang GEMUK atau terjemahan bebasnya dari so fat adalah SANGAT GEMUK.
Buru-buru lari ke toilet dan memperhatikan wajah secara seksama. Am I getting fatter and fatter ? goosssh .. Am I really ? .. ooohhh ...
Beberapa waktu yang lalu saya sempat euphoria dengan yang namanya fitness center. Tiada hari tanpa fitness namun ketika kesibukan akan pindahan kantor semakin meningkat tajam maka berbanding terbalik dengan kesibukan saya tersebut, kegiatan fitness saya semakin menurun drastis. Sangat drastis. Hampir dikata tidak pernah latihan sama sekali.
Ditambah lagi dengan sekarang ini saya sudah mengurangi rokok cukup banyak walaupun belum berhenti total. Efek samping dari mengurangi rokok ini adalah kegiatan ngemil-mengemil saya semakin hari semakin naik kurvanya.
Saya mencoba untuk mengurangi berat badan yang mengembang dengan secara gila-gilaan ini. Berat sudah mencapai angka 78. Saya mulai kembali dengan diet yang saya atur sendiri. Artinya adalah makan pagi normal, siang normal dan malam hanya memamah biak buah saja, tidak lebih dan tidak kurang ditambah dengan rokok yang cukup banyak pada malam hari [hitungannya sekarang ini setengah bungkus adalah sudah cukup banyak]. Mudah-mudahan berat akan segera turun karena jika tidak maka berarti tambahan biaya lagi untuk membeli keperluan sandang.
Monday, February 28, 2005
BERDUKA
BERDUKA
Bukan karena kemudian Phnom Penh yang tiba-tiba saja hari ini sebagian besar mendung. Tapi seolah mendung hari ini ikut mengiringi kepedihan hati saya karena aktris favorit saya yang saya jagokan untuk menang dalam ajang Piala Oscar 2005 ternyata harus menelan pil pahit untuk tidak menang dan dikalahkan oleh Hillary SWANK ... !!!
Annette Bening yang bermain sangat cantik dalam 'Being Julia' ... seolah tak mampu mengusik hati para pemilih sehingga untuk kesekian kalinya harus melepaskan kesempatan mendapatkan Oscar.
Look .. Isn't she soooo adorable ??? ...
For sure BEING JULIA is one of my favorite movies ...
Bukan karena kemudian Phnom Penh yang tiba-tiba saja hari ini sebagian besar mendung. Tapi seolah mendung hari ini ikut mengiringi kepedihan hati saya karena aktris favorit saya yang saya jagokan untuk menang dalam ajang Piala Oscar 2005 ternyata harus menelan pil pahit untuk tidak menang dan dikalahkan oleh Hillary SWANK ... !!!
Annette Bening yang bermain sangat cantik dalam 'Being Julia' ... seolah tak mampu mengusik hati para pemilih sehingga untuk kesekian kalinya harus melepaskan kesempatan mendapatkan Oscar.
Look .. Isn't she soooo adorable ??? ...
For sure BEING JULIA is one of my favorite movies ...
PINTU, CMD 02, DELEGASI
PINTU, CMD 02, DELEGASI
Sudah menjadi ketentuan bahwa tangga utama adalah tangganya Mr. Ambassador beserta tamunya, Mr. Head of Chancery beserta tamunya, para Home Staff yang terhormat. Selain daripada itu yang lain harus secara sadar menggunakan tangga melingkar [yang benar-benar melingkar dan membuat kepala menjadi pusing setelah melewatinya, belum lagi risiko kepala terbentur pada anak tangga]. Dan masalah ini sudah harus disosialisasikan semenjak hari pertama menempati kantor baru nan indah nan ciamik ini.
Semenjak beberapa hari yang lalu semua sudah berjalan lancar namun entah mengapa hari ini semua kembali kacau dan seolah-olah semua orang menjadi semena-mena. I try not to pay attention a lot dan coba untuk ignore sejengkel apa pun yang ada di dalam hati. I don't know why but since in the morning up till now I have a terrible mood. Gampang sekali marah dan tersinggung tapi juga gampang sekali menyesal [which mungkin sudah tidak ada gunanya lagi].
Pagi ini dimulai dengan sangat manis ketika salah satu Local Staf, yang secara kontrak akan berada di Phnom Penh sampai dengan akhir 2005, membanting pintu kamar kerja saya [kamar kerja saya merupakan lalu lintas utama hampir semua orang; that's why no privacy at all] dan tanpa perasaan bersalah sedikit pun berlalu begitu saja. I was so angry karena pada dasarnya dari dulu saya tidak suka mendengar bantingan pintu. Saya bicara padanya dengan nada ketus dan marah namun tampaknya dari respons yang diberikan olehnya atas omongan saya tersebut terkesan tidak ada masalah baginya. Kembali saya menjadi manusia waras dengan mengalah dan tidak memperpanjang masalah.
Lalu telpon saya berdering setelah saya angkat ternyata adalah Mr. Aich-one yang meminta ijin saya untuk menggunakan mobil CMD 34 - 002 yang biasanya digunakan untuk Madame Ambassador if she's in town [kebetulan Madame Ambassador sedang berada di Jakarta]. CMD 34 - 002 hanya digunakan untuk stand-by dalam iring-iringan penjemputan delegasi dari Indonesia besok. Hmm .. if accordingly to the plan, maka besok merupakan pertama kalinya saya bertemu dengan Mr. Marty Natalegawa. Seorang diplomat yang secara masih muda merupakan pejabat eselon I di Deplu dan banyak yang tidak suka dengan melejitnya dia di kalangan dunia internasional [hmm .. saya pikir itu cuma faktor sirik dan cemburu saja].
Delegasi yang datang besok adalah delegasi kecil pada dasarnya [hanya 3 orang] namun karena level mereka semua adalah direktur [2 orang] dan satu orang direktur jenderal, maka hampir sebagian besar anggota kedutaan dibuat sibuk.
Terutama Mr. Aich-one yang bertugas sehari-hari sebagai staf protokol kedutaan yang harus wara-wiri untuk memenuhi semua fasilitas yang mungkin diperlukan oleh delegasi dari tanah air seperti sewa telpon genggam [heiii .. in my country we will never be able to do that] lalu setelah itu jadwal para pengemudi dan juga acara-acara jamuan makan malam [this one we decided to have a japanese food karena sang tamu terhormat amat sangat menyukai sushi] dan pembicaraan - pembicaraan seputar hubungan bilateral dua negara dan juga hubungan dengan ASEAN. What a nite will be starting tomorrow till Thursday ...
Namun dibalik kesibukan itu semua, I will have spare time a lot in the evening, I guess ..
Lalu secara sadar terngiang-ngiang kembali .. "fitness .. fitness .. fitness ... " ... "dvd .. dvd .. dvd ... " .... "massage .. massage ... massage ... " ...
Aduh .. mana yang harus dikerjakan duluankah ?
Sudah menjadi ketentuan bahwa tangga utama adalah tangganya Mr. Ambassador beserta tamunya, Mr. Head of Chancery beserta tamunya, para Home Staff yang terhormat. Selain daripada itu yang lain harus secara sadar menggunakan tangga melingkar [yang benar-benar melingkar dan membuat kepala menjadi pusing setelah melewatinya, belum lagi risiko kepala terbentur pada anak tangga]. Dan masalah ini sudah harus disosialisasikan semenjak hari pertama menempati kantor baru nan indah nan ciamik ini.
Semenjak beberapa hari yang lalu semua sudah berjalan lancar namun entah mengapa hari ini semua kembali kacau dan seolah-olah semua orang menjadi semena-mena. I try not to pay attention a lot dan coba untuk ignore sejengkel apa pun yang ada di dalam hati. I don't know why but since in the morning up till now I have a terrible mood. Gampang sekali marah dan tersinggung tapi juga gampang sekali menyesal [which mungkin sudah tidak ada gunanya lagi].
Pagi ini dimulai dengan sangat manis ketika salah satu Local Staf, yang secara kontrak akan berada di Phnom Penh sampai dengan akhir 2005, membanting pintu kamar kerja saya [kamar kerja saya merupakan lalu lintas utama hampir semua orang; that's why no privacy at all] dan tanpa perasaan bersalah sedikit pun berlalu begitu saja. I was so angry karena pada dasarnya dari dulu saya tidak suka mendengar bantingan pintu. Saya bicara padanya dengan nada ketus dan marah namun tampaknya dari respons yang diberikan olehnya atas omongan saya tersebut terkesan tidak ada masalah baginya. Kembali saya menjadi manusia waras dengan mengalah dan tidak memperpanjang masalah.
Lalu telpon saya berdering setelah saya angkat ternyata adalah Mr. Aich-one yang meminta ijin saya untuk menggunakan mobil CMD 34 - 002 yang biasanya digunakan untuk Madame Ambassador if she's in town [kebetulan Madame Ambassador sedang berada di Jakarta]. CMD 34 - 002 hanya digunakan untuk stand-by dalam iring-iringan penjemputan delegasi dari Indonesia besok. Hmm .. if accordingly to the plan, maka besok merupakan pertama kalinya saya bertemu dengan Mr. Marty Natalegawa. Seorang diplomat yang secara masih muda merupakan pejabat eselon I di Deplu dan banyak yang tidak suka dengan melejitnya dia di kalangan dunia internasional [hmm .. saya pikir itu cuma faktor sirik dan cemburu saja].
Delegasi yang datang besok adalah delegasi kecil pada dasarnya [hanya 3 orang] namun karena level mereka semua adalah direktur [2 orang] dan satu orang direktur jenderal, maka hampir sebagian besar anggota kedutaan dibuat sibuk.
Terutama Mr. Aich-one yang bertugas sehari-hari sebagai staf protokol kedutaan yang harus wara-wiri untuk memenuhi semua fasilitas yang mungkin diperlukan oleh delegasi dari tanah air seperti sewa telpon genggam [heiii .. in my country we will never be able to do that] lalu setelah itu jadwal para pengemudi dan juga acara-acara jamuan makan malam [this one we decided to have a japanese food karena sang tamu terhormat amat sangat menyukai sushi] dan pembicaraan - pembicaraan seputar hubungan bilateral dua negara dan juga hubungan dengan ASEAN. What a nite will be starting tomorrow till Thursday ...
Namun dibalik kesibukan itu semua, I will have spare time a lot in the evening, I guess ..
Lalu secara sadar terngiang-ngiang kembali .. "fitness .. fitness .. fitness ... " ... "dvd .. dvd .. dvd ... " .... "massage .. massage ... massage ... " ...
Aduh .. mana yang harus dikerjakan duluankah ?
SECARA
SECARA
Tadinya saya sama sekali tidak ingat dengan kata 'secara' itu secara baik dan benar. Setelah kemudian seorang sahabat saya kembali mengunakan kata itu secara terus menerus maka pikiran ini rasanya agak terganggu dan lebih parahnya kata itu terngiang-ngiang di otak saya secara sadar.
Secara mengingatkan pada satu masa, kata tersebut seolah-olah membuat kita kembali pada masa Orde Baru, pada masa Eyang Soeharto masih punya gigi yang utuh yang bisa menggigit siapa saja, kapan saja dan dimana saja [as like Coke's slogan]. Waktu saya menemukan kata itu dipergunakan oleh sahabat saya, I can't help myself for keep smiling and laughing. Bukannya apa-apa, secara bahasa Indonesia yang baik dan benar, mungkin penggunaan kata itu salah namun tetap saja dipergunakan, secara penggunanya adalah seorang pembesar negara dan punya kekuasaan. Secara salah, beliau tetap benar.
Akhirnya kata-kata itu membuat saya kemudian teringat beberapa waktu kebelakang saat almarhum Bapak masih ada. Kalau diingat, walaupun tidak terlalu sering, Bapak dulu sering menggunakan kata secara itu dalam setiap kalimat-kalimat yang disampaikannya. Sehingga dalam pikiran saya sekarang ini adalah apakah kata 'secara' itu digunakan oleh orang-orang jaman dulu atau pada dasarnya adalah orang-orang Jawa yang berpendidikan Belanda pada masanya ? adakah ahli sejarah bahasa yang menelusuri mengenai hal itu ?
Secara awam .. saya tidak tahu. Bagaimana dengan anda ?
Tadinya saya sama sekali tidak ingat dengan kata 'secara' itu secara baik dan benar. Setelah kemudian seorang sahabat saya kembali mengunakan kata itu secara terus menerus maka pikiran ini rasanya agak terganggu dan lebih parahnya kata itu terngiang-ngiang di otak saya secara sadar.
Secara mengingatkan pada satu masa, kata tersebut seolah-olah membuat kita kembali pada masa Orde Baru, pada masa Eyang Soeharto masih punya gigi yang utuh yang bisa menggigit siapa saja, kapan saja dan dimana saja [as like Coke's slogan]. Waktu saya menemukan kata itu dipergunakan oleh sahabat saya, I can't help myself for keep smiling and laughing. Bukannya apa-apa, secara bahasa Indonesia yang baik dan benar, mungkin penggunaan kata itu salah namun tetap saja dipergunakan, secara penggunanya adalah seorang pembesar negara dan punya kekuasaan. Secara salah, beliau tetap benar.
Akhirnya kata-kata itu membuat saya kemudian teringat beberapa waktu kebelakang saat almarhum Bapak masih ada. Kalau diingat, walaupun tidak terlalu sering, Bapak dulu sering menggunakan kata secara itu dalam setiap kalimat-kalimat yang disampaikannya. Sehingga dalam pikiran saya sekarang ini adalah apakah kata 'secara' itu digunakan oleh orang-orang jaman dulu atau pada dasarnya adalah orang-orang Jawa yang berpendidikan Belanda pada masanya ? adakah ahli sejarah bahasa yang menelusuri mengenai hal itu ?
Secara awam .. saya tidak tahu. Bagaimana dengan anda ?
Friday, February 25, 2005
"You see, I spent my time from eight in the morning till around eleven in the nite. Nobody wants me .. except that if you can find sumone which available for me. Do you have any ? I spent most of my time with you ... Ahahahahaha, what do you say if you are the one who is available for me ?".... dan dia melanjutkan tawanya sambil menyupiri mobil yang kami tumpangi.
Sementara itu saya ....
*blank* ... speechless ...
Sementara itu saya ....
*blank* ... speechless ...
MENU
Sarapan :
Roti isi Nutella 2 tangkap
Roti isi telur mata sapi
Satu mug kopi hangat
Satu mug orange juice dingin
Makan Siang :
Nasi putih
Daging empal goreng
Oseng-oseng pare
Bandeng presto
Sambal
Sayur tahu bumbu macam-macam
Mangga
Vanilla Cookies Ice Cream
Air Putih
Penganan Soré Hari :
Kopi Pahit
Pisang Goreng
Makan Malam :
....
....
....
....
[titik - titik akan diisi kemudian]
Roti isi Nutella 2 tangkap
Roti isi telur mata sapi
Satu mug kopi hangat
Satu mug orange juice dingin
Makan Siang :
Nasi putih
Daging empal goreng
Oseng-oseng pare
Bandeng presto
Sambal
Sayur tahu bumbu macam-macam
Mangga
Vanilla Cookies Ice Cream
Air Putih
Penganan Soré Hari :
Kopi Pahit
Pisang Goreng
Makan Malam :
....
....
....
....
[titik - titik akan diisi kemudian]
Thursday, February 24, 2005
AC, TANGGA, CURHAT
Atas dasar sikap pemikiran yang berbeda setiap manusia cenderung untuk bisa bersikap netral, untuk bisa bersikap ada adanya. Mengerti dalam artian sebenarnya pun sulit untuk dilakukan, terlalu rumit, terlalu beribet nampaknya atau karena kadar ego yang tinggi sehingga sulit untuk mengerti dan melihat segala sesuatunya dalam pandangan dan jangkauan yang lebih luas dan tidak "small minded." Atas dasar pemikiran yang berbeda pula setiap manusia tidak pernah puas dengan apa yang ada dan telah didapat, selalu ingin lebih dan lebih dan lebih lagi.
Saya baru saja pindah ke gedung baru, gedung yang boleh dikatakan jauh lebih representatif dari gedung yang lama. Katanya gedung ini adalah milik Mr. Prime Minister of Cambodia, Samdech Hun Sen dan sudah dipakai oleh dua negara sebelum Indonesia, yaitu Kekaisaran Jepang dan Kerajaan Thailand. Gedung dengan fasilitas yang boleh dikata sangat preventif dari apa yang disebut dengan ancaman peluru. Kaca-kaca yang terpasang pada Gedung A [terdiri atas Gedung A, B dan C] dilengkapi dengan kaca anti peluru dan pintu-pintu besi yang naudzubillah beratnya.
Gedung A ini terdiri dari lantai dasar, lantai satu dan lantai dua. Lantai dasar adalah ruang tamu Mr. Ambassador, resepsionis, toilet tamu dan ruang makan [jika Mr. Ambassador mengundang makan tamu tentunya]. Lantai dua terdiri atas tiga buah kamar utama. Kamar yang paling luas dan lengkap ditempati oleh Mr. Ambassador. Kamar kedua ditempati oleh Mr. Minister Counsellor / Head of Chancery atau Kepala Operasional Perwakilan dan kamar ketiga ditempati oleh staff bidang Politik. Saya yang posisinya merupakan lingkar satu Mr. Ambassador dan merupakan penyaring utama [dari mulai makan, telpon, tamu, semuanya .. ] diletakkan di hall, di void, didepan kamar Mr. Ambassador, sebuah teras dalam rumah yang kemudian dibikin sekat sehingga membentuk satu ruangan. Entah nasib atau apalah, yang jelas acap kali pindah gedung, saya tidak pernah mendapat satu ruangan yang benar-benar nyaman, yang benar-benar enak, ruangan yang benar-benar milik sendiri dan bisa menata sesuka hati. Tapi ya sudahlah memang demikian adanya.
Berhubung ini adalah ruangan baru maka dipasanglah AC a.k.a sang pendingin ruangan karena hawa yang sangat panas tentunya jika tidak ada sang AC ini [bayangkan, Phnom Penh sekarang ini panasnya sedang lucu-lucunya membakar kulit]. Ternyata setelah dipasang semalam suntuk, hawa dingin yang dikeluarkan ternyata kurang memadai [padahal AC tersebut baru dan dalam kondisi 1.5 PK]. Oh nasib .. nasib ..
Datang pukul delapan pagi seperti biasanya dan melihat ruangan masih dalam keadaan seperti kapal karam, rasanya ingin marah-marah pada semua orang [which actually it's not their mistake for sur]. Kemudian terpiculah kemarahan dan rasa luapan emosi yang tak terkendali ketika seorang Local Staff yang biasa dipanggil dengan nama Mr. Jack Busro menanyakan tentang perintah tidak tertulis Mr. Ambassador bahwa hanya beliau, Mr. Head of Chancery and all Home Staff dan para tamu terhormat yang boleh memakai tangga utama menuju ruang Mr. Ambassador, sementara yang lain harus memakai tangga lingkar. Mr. Jack Busro menanyakan kebenaran tentang hal tersebut. Saya mengatakan apa adanya namun tampaknya Mr. Jack Busro tidak puas dengan apa yang saya katakan secara jujur dan benar. So then on the way accompanying Mr. Ambassador to the car, I talked to Mr. Ambassador about my problem, my objections of Mr. Jack Busro's attitude yang buat saya pribadi menunjukkan ketinggihatiannya dan seolah adalah seorang yang 'lebih' dari yang lainnya. Mr. Ambassador didn't commet to what I told him only that he said that he asked me to talk to Mr. Jack Busro that Mr. Jack Busro could go with any stairs that he wanted to. I did, I talked and passed Mr. Ambassador's message to Mr. Jack Busro.
Semakin hari nampaknya dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi, saya semakin mengenal individu dari masing-masing orang yang ada disini. Well, begitu banyak kekecewaan yang saya rasakan dan saya berharap ketika Mr. Treasury datang, beliau akan berlaku lebih arif dan bijak tapi nyatanya tidak. Semakin hari saya semakin kecewa atas sikapnya yang buat saya pribadi tidaklah bersahabat, sikap yang berpura-pura baik didepan saya. Saya tahu darimana datangnya racun tersebut namun biarlah, buat saya pribadi saya berusaha untuk memendamnya dan menjadikannya bahan pelajaran kehidupan, istilah kerennya Studi Kasus.
Kekesalan hati saya hari ini saya limpahkan sepenuhnya kepada Mr. Van Maghel namun nampaknya bukan jalan terbaik, nampaknya bukan waktu yang baik. Saya hanya merasa sebegitu sedikitnya orang di dunia ini yang willing to listen to what I feel, to listen to what I want to tell, to listen to what I say, to listen to my story... hanya sedikit ...
Perasaan melankolis ini muncul semenjak beberapa hari belakangan ini dan terus terang hal ini sangatlah menganggu ritme kerja saya yang sudah sedemikian baiknya belakangan ini. Saya tahu saya memerlukan banyak mawas diri dan eling sehingga saya bisa lebih tahu dan bisa lebih arif bijaksana dalam mengambil tindakan yang saya inginkan.
Saya pikir semua ini bermula dari AC yang panas ...
Benar apa orang bilang ..
one lead to another .. klausul berkait .. atau hanya saya yang membuatnya exxagerate ? what do you think ? ...
Atas dasar sikap pemikiran yang berbeda setiap manusia cenderung untuk bisa bersikap netral, untuk bisa bersikap ada adanya. Mengerti dalam artian sebenarnya pun sulit untuk dilakukan, terlalu rumit, terlalu beribet nampaknya atau karena kadar ego yang tinggi sehingga sulit untuk mengerti dan melihat segala sesuatunya dalam pandangan dan jangkauan yang lebih luas dan tidak "small minded." Atas dasar pemikiran yang berbeda pula setiap manusia tidak pernah puas dengan apa yang ada dan telah didapat, selalu ingin lebih dan lebih dan lebih lagi.
Saya baru saja pindah ke gedung baru, gedung yang boleh dikatakan jauh lebih representatif dari gedung yang lama. Katanya gedung ini adalah milik Mr. Prime Minister of Cambodia, Samdech Hun Sen dan sudah dipakai oleh dua negara sebelum Indonesia, yaitu Kekaisaran Jepang dan Kerajaan Thailand. Gedung dengan fasilitas yang boleh dikata sangat preventif dari apa yang disebut dengan ancaman peluru. Kaca-kaca yang terpasang pada Gedung A [terdiri atas Gedung A, B dan C] dilengkapi dengan kaca anti peluru dan pintu-pintu besi yang naudzubillah beratnya.
Gedung A ini terdiri dari lantai dasar, lantai satu dan lantai dua. Lantai dasar adalah ruang tamu Mr. Ambassador, resepsionis, toilet tamu dan ruang makan [jika Mr. Ambassador mengundang makan tamu tentunya]. Lantai dua terdiri atas tiga buah kamar utama. Kamar yang paling luas dan lengkap ditempati oleh Mr. Ambassador. Kamar kedua ditempati oleh Mr. Minister Counsellor / Head of Chancery atau Kepala Operasional Perwakilan dan kamar ketiga ditempati oleh staff bidang Politik. Saya yang posisinya merupakan lingkar satu Mr. Ambassador dan merupakan penyaring utama [dari mulai makan, telpon, tamu, semuanya .. ] diletakkan di hall, di void, didepan kamar Mr. Ambassador, sebuah teras dalam rumah yang kemudian dibikin sekat sehingga membentuk satu ruangan. Entah nasib atau apalah, yang jelas acap kali pindah gedung, saya tidak pernah mendapat satu ruangan yang benar-benar nyaman, yang benar-benar enak, ruangan yang benar-benar milik sendiri dan bisa menata sesuka hati. Tapi ya sudahlah memang demikian adanya.
Berhubung ini adalah ruangan baru maka dipasanglah AC a.k.a sang pendingin ruangan karena hawa yang sangat panas tentunya jika tidak ada sang AC ini [bayangkan, Phnom Penh sekarang ini panasnya sedang lucu-lucunya membakar kulit]. Ternyata setelah dipasang semalam suntuk, hawa dingin yang dikeluarkan ternyata kurang memadai [padahal AC tersebut baru dan dalam kondisi 1.5 PK]. Oh nasib .. nasib ..
Datang pukul delapan pagi seperti biasanya dan melihat ruangan masih dalam keadaan seperti kapal karam, rasanya ingin marah-marah pada semua orang [which actually it's not their mistake for sur]. Kemudian terpiculah kemarahan dan rasa luapan emosi yang tak terkendali ketika seorang Local Staff yang biasa dipanggil dengan nama Mr. Jack Busro menanyakan tentang perintah tidak tertulis Mr. Ambassador bahwa hanya beliau, Mr. Head of Chancery and all Home Staff dan para tamu terhormat yang boleh memakai tangga utama menuju ruang Mr. Ambassador, sementara yang lain harus memakai tangga lingkar. Mr. Jack Busro menanyakan kebenaran tentang hal tersebut. Saya mengatakan apa adanya namun tampaknya Mr. Jack Busro tidak puas dengan apa yang saya katakan secara jujur dan benar. So then on the way accompanying Mr. Ambassador to the car, I talked to Mr. Ambassador about my problem, my objections of Mr. Jack Busro's attitude yang buat saya pribadi menunjukkan ketinggihatiannya dan seolah adalah seorang yang 'lebih' dari yang lainnya. Mr. Ambassador didn't commet to what I told him only that he said that he asked me to talk to Mr. Jack Busro that Mr. Jack Busro could go with any stairs that he wanted to. I did, I talked and passed Mr. Ambassador's message to Mr. Jack Busro.
Semakin hari nampaknya dalam berkomunikasi, berinteraksi dan bersosialisasi, saya semakin mengenal individu dari masing-masing orang yang ada disini. Well, begitu banyak kekecewaan yang saya rasakan dan saya berharap ketika Mr. Treasury datang, beliau akan berlaku lebih arif dan bijak tapi nyatanya tidak. Semakin hari saya semakin kecewa atas sikapnya yang buat saya pribadi tidaklah bersahabat, sikap yang berpura-pura baik didepan saya. Saya tahu darimana datangnya racun tersebut namun biarlah, buat saya pribadi saya berusaha untuk memendamnya dan menjadikannya bahan pelajaran kehidupan, istilah kerennya Studi Kasus.
Kekesalan hati saya hari ini saya limpahkan sepenuhnya kepada Mr. Van Maghel namun nampaknya bukan jalan terbaik, nampaknya bukan waktu yang baik. Saya hanya merasa sebegitu sedikitnya orang di dunia ini yang willing to listen to what I feel, to listen to what I want to tell, to listen to what I say, to listen to my story... hanya sedikit ...
Perasaan melankolis ini muncul semenjak beberapa hari belakangan ini dan terus terang hal ini sangatlah menganggu ritme kerja saya yang sudah sedemikian baiknya belakangan ini. Saya tahu saya memerlukan banyak mawas diri dan eling sehingga saya bisa lebih tahu dan bisa lebih arif bijaksana dalam mengambil tindakan yang saya inginkan.
Saya pikir semua ini bermula dari AC yang panas ...
Benar apa orang bilang ..
one lead to another .. klausul berkait .. atau hanya saya yang membuatnya exxagerate ? what do you think ? ...
Saturday, February 19, 2005
And the first note has not finished yet .. they've been doing it since 10 o'clock in the morning.
Seberapa sulitkah membuat surat untuk seorang raja ? haruskah semuanya dikerjakan secara sempurna dan penuh dengan bahasa kalbu ? supposed to be delivered by today but then look at the time .. yang mengerikannya adalah besok hari Minggu dan saya disuruh untuk menyerahkan surat tersebut .. hiiiiyyy .. it doesn't make sense for me and other but it does make sense for him.
Just like neverending nightmare .. koreksi .. print .. koreksi .. print .. koreksi .. print ..
entah sampai jam berapa akan selesai hari ini ..
I don't want to predict my time rather than I'll get upset ..
Just enjoy ..
Seberapa sulitkah membuat surat untuk seorang raja ? haruskah semuanya dikerjakan secara sempurna dan penuh dengan bahasa kalbu ? supposed to be delivered by today but then look at the time .. yang mengerikannya adalah besok hari Minggu dan saya disuruh untuk menyerahkan surat tersebut .. hiiiiyyy .. it doesn't make sense for me and other but it does make sense for him.
Just like neverending nightmare .. koreksi .. print .. koreksi .. print .. koreksi .. print ..
entah sampai jam berapa akan selesai hari ini ..
I don't want to predict my time rather than I'll get upset ..
Just enjoy ..
One letter has been signed by Mr. Ambassador and now I am waiting the second letter ...
What a great weekend. I am still in the office. Working from 10 o'clock this morning and up till now haven't been home yet. All plan is cancelled. Ngga jadi ngopi sambil baca, ngga jadi makan malam sama Mr. Kyuuutt, ngga jadi take a picture of Phnom Penh in the nite, ngga jadi ... waaahh banyak.
I hope I can still be able to smile.
No matter what, after this I am going out and won't be back till around 3 in the morning, Eh .. can I ?
What a great weekend. I am still in the office. Working from 10 o'clock this morning and up till now haven't been home yet. All plan is cancelled. Ngga jadi ngopi sambil baca, ngga jadi makan malam sama Mr. Kyuuutt, ngga jadi take a picture of Phnom Penh in the nite, ngga jadi ... waaahh banyak.
I hope I can still be able to smile.
No matter what, after this I am going out and won't be back till around 3 in the morning, Eh .. can I ?
WHEN HARY MET PALS
Itu judul yang ada disalah satu blog belongs to a good friend of mine. Sumhow sampai sekarang pun terkadang masih tidak percaya bahwa kemarin itu sempat pulang, menginjakkan kaki di tanah air, tanah tumpah darahku yang suci mulia .. [éh kok jadi nyanyi lalu wajib nasional ?].
I didn't make a lot of pictures. Kamera memang ikut pergi kemana pun saya pergi namun rasanya untuk mengambil gambar diperlukan satu support, satu ajakan yang bukan dari diri. Saya jadi terus berpikir mengapa saya tidak mau membuat banyak photo ketika saya punya kesempatan untuk bertemu dengan banyak teman baik saya di tanah air beberapa waktu lalu. Mungkin karena saya ingin menganggap bahwa semua hanyalah persinggahan sesaat atau mungkin karena saya tidak ingin berlarut-larut dengan kenangan manis yang terjadi pada saat pengambilan photo tersebut. I myself really don't know.
So here the pals one by one ..
MIKO RIVALDI [Aldi]. I just know him about a year ago. A person that I can feel comfort whenever he's around. Walaupun mungkin cuman duduk diam berdua sambil nikmatin kopi, we did enjoy each other company. Orang yang saya sayang dalam artian sebenarnya .. he's a bro, a friend, a consultant .. everything .. :) .. setahun sudah semenjak insiden Bandung, Al ... ready to go back there again ? or just wait for me to accompany you again ? Hahahaha ..
EMA PURNAMA [TEm]. Kenal TEm dari Gaby .. kayaknya belum lama [which personally I forgot exactly how many years already I know TEm]. Biasa manggil dengan nama TEm singkatan dari Teh Éma. Mantan Ratu Cianjur periode tahun 80an. Pokoknya awal mula kenalnya di salah satu cafe terkenal dibilangan Kafe Taman Semanggi yang sekarang cafe tersebut sudah terpuruk, tutup alias tidak lagi beroperasi. TEm adalah seorang kakak, manager, ibu dan teman dari seorang calon [sudah bukan bakal calon lagi] penyanyi kondang Indonesia or the next Indonesian Idol .. [who knows .. ].
ELDY [Ameth]. Nama sebenarnya adalah Eldy. Yang punya kepercayaan diri tergantung atas mood yang terjadi di lubuk hatinya yang paling dalam. Tiada hari tanpa 'ngondek'.. itu istilahnya. Orang yang sangat enjoy dengan kumpul-kumpul tapi tetap tergantung seperti apakah kumpulannya tersebut. Yang kehidupan percintaannya sangatlah misterius, never disclose apa yang sedang dialaminya. Suka hobi hidup dalam dunianya sendiri. Seorang self-center sejati ... Miss Prejudice yang belum ada tandingannya sampai saat ini. Teman jalan 24 jam yang selalu siap sedia at anytime panggilan menanti .. tapi masih suka choosy untuk beberapa hal sehingga menghambat jalannya dinamika kehidupan miliknya ..
TITIS SAPUTRA [Poetra]. Bintang sinetron that wants to be an actor yang sebenarnya adalah aktinya tidak diragukan. Yang diragukan hanyalah moodnya saja. Memandang hidup setengah-setengah .. terkadang mau maju setelah mendekati akhir. Memiliki seribu satu kehidupan sesungguhnya yang dia tutupi bahkan dari orang yang paling dekat dengannya sekali pun. Tetapi dia adalah makhluk yang sangat didambakan dan ditunggu kehadirannya setiap saat, melebihi atas apa yang diharapkannya. Bukan orang yang perhitungan sepertinya namun pada dasarnya 'njelimet'.. apalagi kalau belum dapat jodoh ..
BRAHMANTYA PARAMAJATI [Brahm]. Adalah seorang dengan predikat Miss Denial All the Years .. merebut gelar tersebut dari Fandy dengan sukses yang gemilang. Penuh dengan lika-liku dalam menjalani hidup, dalam artian .. terlalu banyak menjaga image dan menutupi segala sesuatu, menjaga tingkah laku so can perform as Mr. Perfect .. which .. tidak ada that so-called Mr. Perfect. Lebih suka mengkorek-korek info dan gussip dari orang lain tapi enggan menjawab issue-issue seputaran dirinya. Sibuk jika orang-orang berkumpul lebih banyak diam sementara dia sendiri tidak menyadari baha dirinya pun sesungguhnya pendiam. Sering mengambil keputusan berdasarkan atas dasar emosional .. dan masih sering marah untuk satu hal yang tidak significant or clear ...
GABRIEL BANANG HARVIANTO [Gaby]. A loveable, care-able, adorable brother .. punya bakat yang cukup bisa dibanggakan namun terkadang masih suka rendah diri. Teman curhat yang mengasyikkan dan teman jalan yang dapat diandalkan. Masih suka bermain tergantung akan moodnya. Masih suka mengambil keputusan tergantung akan moodnya pula. Seorang yang mampu merubah karakter dirinya dengan sukses untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Bisa dikatakan sebagai aktor yang cukup menghibur.
RIZAL IWAN [Rizal]. Ooooh ... mengingat pertemuan pertama kalinya dulu di Plaza Indonesia ketika kami sedang sama-sama ditawari untuk menjadi salah satu pengurus yayasan yang bergerak di bidang festival film. Bertemu lagi beberapa saat menjelang penyelenggaraan sebuah festival film di Jakarta dan dari situlah semuanya berkembang menuju sebuah persahabatan tulus .. sebuah persaudaraan sejati .. sebuah pertemanan abadi. He's one of the best .. he's adorable .. he's such a loveable .. and he's the most nice-kind-beautifu-friend-forever ..
That's when Hary met pals in Jakarta ..
Januari 31st - February 04th, 2005
The days that I shall value the time ..
Itu judul yang ada disalah satu blog belongs to a good friend of mine. Sumhow sampai sekarang pun terkadang masih tidak percaya bahwa kemarin itu sempat pulang, menginjakkan kaki di tanah air, tanah tumpah darahku yang suci mulia .. [éh kok jadi nyanyi lalu wajib nasional ?].
I didn't make a lot of pictures. Kamera memang ikut pergi kemana pun saya pergi namun rasanya untuk mengambil gambar diperlukan satu support, satu ajakan yang bukan dari diri. Saya jadi terus berpikir mengapa saya tidak mau membuat banyak photo ketika saya punya kesempatan untuk bertemu dengan banyak teman baik saya di tanah air beberapa waktu lalu. Mungkin karena saya ingin menganggap bahwa semua hanyalah persinggahan sesaat atau mungkin karena saya tidak ingin berlarut-larut dengan kenangan manis yang terjadi pada saat pengambilan photo tersebut. I myself really don't know.
So here the pals one by one ..
MIKO RIVALDI [Aldi]. I just know him about a year ago. A person that I can feel comfort whenever he's around. Walaupun mungkin cuman duduk diam berdua sambil nikmatin kopi, we did enjoy each other company. Orang yang saya sayang dalam artian sebenarnya .. he's a bro, a friend, a consultant .. everything .. :) .. setahun sudah semenjak insiden Bandung, Al ... ready to go back there again ? or just wait for me to accompany you again ? Hahahaha ..
EMA PURNAMA [TEm]. Kenal TEm dari Gaby .. kayaknya belum lama [which personally I forgot exactly how many years already I know TEm]. Biasa manggil dengan nama TEm singkatan dari Teh Éma. Mantan Ratu Cianjur periode tahun 80an. Pokoknya awal mula kenalnya di salah satu cafe terkenal dibilangan Kafe Taman Semanggi yang sekarang cafe tersebut sudah terpuruk, tutup alias tidak lagi beroperasi. TEm adalah seorang kakak, manager, ibu dan teman dari seorang calon [sudah bukan bakal calon lagi] penyanyi kondang Indonesia or the next Indonesian Idol .. [who knows .. ].
TITIS SAPUTRA [Poetra]. Bintang sinetron that wants to be an actor yang sebenarnya adalah aktinya tidak diragukan. Yang diragukan hanyalah moodnya saja. Memandang hidup setengah-setengah .. terkadang mau maju setelah mendekati akhir. Memiliki seribu satu kehidupan sesungguhnya yang dia tutupi bahkan dari orang yang paling dekat dengannya sekali pun. Tetapi dia adalah makhluk yang sangat didambakan dan ditunggu kehadirannya setiap saat, melebihi atas apa yang diharapkannya. Bukan orang yang perhitungan sepertinya namun pada dasarnya 'njelimet'.. apalagi kalau belum dapat jodoh ..
BRAHMANTYA PARAMAJATI [Brahm]. Adalah seorang dengan predikat Miss Denial All the Years .. merebut gelar tersebut dari Fandy dengan sukses yang gemilang. Penuh dengan lika-liku dalam menjalani hidup, dalam artian .. terlalu banyak menjaga image dan menutupi segala sesuatu, menjaga tingkah laku so can perform as Mr. Perfect .. which .. tidak ada that so-called Mr. Perfect. Lebih suka mengkorek-korek info dan gussip dari orang lain tapi enggan menjawab issue-issue seputaran dirinya. Sibuk jika orang-orang berkumpul lebih banyak diam sementara dia sendiri tidak menyadari baha dirinya pun sesungguhnya pendiam. Sering mengambil keputusan berdasarkan atas dasar emosional .. dan masih sering marah untuk satu hal yang tidak significant or clear ...
GABRIEL BANANG HARVIANTO [Gaby]. A loveable, care-able, adorable brother .. punya bakat yang cukup bisa dibanggakan namun terkadang masih suka rendah diri. Teman curhat yang mengasyikkan dan teman jalan yang dapat diandalkan. Masih suka bermain tergantung akan moodnya. Masih suka mengambil keputusan tergantung akan moodnya pula. Seorang yang mampu merubah karakter dirinya dengan sukses untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi. Bisa dikatakan sebagai aktor yang cukup menghibur.
RIZAL IWAN [Rizal]. Ooooh ... mengingat pertemuan pertama kalinya dulu di Plaza Indonesia ketika kami sedang sama-sama ditawari untuk menjadi salah satu pengurus yayasan yang bergerak di bidang festival film. Bertemu lagi beberapa saat menjelang penyelenggaraan sebuah festival film di Jakarta dan dari situlah semuanya berkembang menuju sebuah persahabatan tulus .. sebuah persaudaraan sejati .. sebuah pertemanan abadi. He's one of the best .. he's adorable .. he's such a loveable .. and he's the most nice-kind-beautifu-friend-forever ..
That's when Hary met pals in Jakarta ..
Januari 31st - February 04th, 2005
The days that I shall value the time ..
SMS
SMS
Har, takut deh. Ary brsan crita kmrn mimpi kamu meninggal. Trus, kok ga' ada kbr, sih ?
from I Love You.
01:03:01
Har, takut deh. Ary brsan crita kmrn mimpi kamu meninggal. Trus, kok ga' ada kbr, sih ?
from I Love You.
01:03:01
Friday, February 18, 2005
35, BAROKAH, SURAT
35, BAROKAH, SURAT
Astaga .. kembali cuaca hari ini cerah ceria atau lebih tepatnya sangat cerah. Betapa tidak, angin sama sekali tidak berhembus, mendung sama sekali tidak berkunjung dan lebih tepatnya mentari tidak tersenyum namun tertawa terbahak-bahak sehingga sinarnya membuat kulit merasa dibakar, menusuk dan membuat kenyamanan terganggu untuk beraktifitas yang paling sederhana sekalipun.
Menurut stasiun TV lokal bahwa panas hari ini menurun dari kemarin yang telah mencapai suhu 37 - 38 derajat Celsius menjadi 35 - 36 derajat Celsius. Gooosssh ... I've never been in this so hot weather before. Mesin pendingin ruangan pun tampaknya tidak bisa bekerja dengan sempurna. Melakukan aktifitas dengan banyak gerakan tubuh akan mengakibatkan bercucurannya peluh disekitar saya [saya adalah orang yang mudah sekali berkeringat]. Shalat Jumat pun berhubung datangnya terlambat dan bagian dalam mesjid sudah penuh maka terpaksalah saya duduk di pelataran luar dengan pantulan panas dari mobil-mobil yang diparkir di halaman masjid dan kembali ... keringat.
Seperti biasanya pada hari Jumat maka saya setiap berangkat shalat Jumat selalu bersama dengan Mr. Van Maghel dan setelah itu biasanya pulang dari Jumatan saya akan dijamu makan siang oleh Mr. Van Maghel dan istrinya serta putranya yang bungsu. So ritual itu pun berjalan seperti biasa, seperti pula hari ini. Dan kembali dalam perjalanan pulang dari mesjid menuju ke kediaman beliau tercetuslah pembicaraan seputaran masalah agama ... [let me smile .. :)]
Siang ini selain Mr. Van Maghel, saya, Mr. Jack Busro, ada satu orang kawan lagi yang ikut pergi bersama-sama untuk Jumatan dan kemudian pulang bersama-sama pula, Mr. Aich-one. Pembicaraan dimulai ketika Mr. Aich-one mengemukakan mengenai kredit motor Modenas yang baru dengan DP USD 400 ditambah dengan cicilan USD 100 setiap bulannya sampai mencapai jumlah harga beli, kalau tidak salah sich sekitar USD 1,050.
Lalu Mr. Aich-one ini membicarakan keinginannya untuk membeli mobil [he used to have a Camry but then he sold it in a way to buy a land for his son's future] .. I proposed to him [in an intention of my own ambition .. hahaha] to buy a Caravalle karena I wasn't following the conversation tahu-tahu sudah bicara tentang VW. I could not forget his face when I proposed that car to him. He then said that he just wanted to buy a car that price is less than USD 3,000.
Kemudian di perjalanan mengantar Mr. Aich-one ke rumahnya itulah terjadi pembicaraan menyangkut hubungan antara mobil dan barokah dan itu terjadi karena celetukan saya mengenai mobil Katana dan seperti biasa pembicara utamanya adalah Mr. Jack Busro. Goooshhh ... why can't he stop talking the connection between religion and general things ? .. bukan apa-apa tapi nampaknya seperti sesuatu yang menjadi timpang dalam sudut pandang saya, dalam artian bahwa kemudian perilaku menjadi tidak sesuai dengan apa yang diucap atau pun dipikirkan.
Ada salah satu Home Staff di Phnom Penh ini yang karena sifatnya yang teramat sangat akhirnya menjadi sangat dibenci oleh hampir semua orang especially para Local Staff yang sudah lama sekali bekerja disini. Naah, kemudian Mr. Roundabout ini memiliki satu buah mobil yang tampaknya selalu ngadat dan tidak pernah beres. Beliau sering membawa mobilnya ke bengkel yang menjadi langganannya yang mana bengkel tersebut dimata para rekan-rekan local staff yang sudah cukup lama tinggal disini mengatakan bahwa bengkel tersebut bukanlah bengkel yang dapat dipercaya.
Sebelum belok ke rumah Mr. Aich-one, mobil yang kami tumpangi berpapasan dengan Jimny Katana nampaknya [looks like seperti itu in my opinion] lalu saya bilang pada Mr. Van Maghel bahwa jika mobil seperti itu dijual dengan harga USD 1,000 then I am willing to buy no matter what. Mr. Van Maghel said that that kind of car would cost around USD 2,000 while Mr. Aich-one said it would cost around USD 1,800 ... berdebat soal harga akhirnya ditanyalah oleh Mr. Van Maghel dimana informasi harga USD 1,800 itu didapat lalu [jika tidak salah] Mr. Aich-one mengatakan bahwa harga itu didapat dari informasi salah satu montir di bengkel tempat Mr. Roundabout membengkelkan mobilnya .. terbahak-bahaklah semua yang ada di mobil. Informasi apa pun yang datang dari bengkel itu nampaknya sudah tidak dipercaya ...
Mr. Jack Busro tiba-tiba berkata bahwa jika Mr. Roundabout menjual mobilnya, dia tidak akan membeli mobil tersebut karena tidak barokah ... menurut dia dalam Islam ada hitungannya mobil tersebut didapat darimana, dipakai kemana saja, untuk berbuat apa saja dan lain-lain. Dan untuk kesekian kalinya dia mengatakan bahwa sesuai dengan prinsipnya dia tidak akan membeli mobil tersebut. Saya hanya terdiam saja, malas mengomentari, sementara itu Mr. Aich-one sudah turun dan Mr. Van Maghel pun nampak senyum-senyum mendengarnya.
Buat saya pointnya adalah.. adakah keinginan dia untuk membeli mobil tersebut ? adakah dia memiliki dana untuk membeli mobil tersebut ? kalau misalnya ini hanya berandai-andai .. waahh saya pikir waktu yang terbuang untuk berandai-andai lebih baik untuk mengerjakan yang lain, belum lagi masalah prinsipil yang pun belum tentu kejadian atau dijalankan pada saat kesempatan datang ..
What can I say ? ..
Setibanya dikantor, saya dihujani dengan surat-surat dari Embassy of Brunei and Embassy of Myanmar .. mereka mengirimi surat-surat yang saya perlukan [maklum namanya juga lagi pindahan jadi yang namanya surat pasti ketlingsut entah kemana] ... Mr. Ambassador ingin membuat surat ucapan kepada Cambodian Red Cross yang kebetulan pada hari ini ulang tahun. Tiba-tiba draft surat yang diberikan kepada salah satu Home Staff belum turun, Mr. Ambassador kemudian menerima draft surat lain yang ditujukan kepada the Great King Father Norodom Sihanouk ... bentuk suratnya bukan nota diplomatik tapi first note ... *gubraaakkss* .. alamat bakalan sampai lama di kantor nich ... mengedit first note itu membutuhkan waktu yang lebih panjang dan lebih njelimet daripada nota diplomatik ...
Oooh tidakkah ada tugas yang lebih menyenangkan selain mengedit surat pada akhir minggu yang sangat cerah ceria ini .... [baca: panas menyengat] ? ...
Astaga .. kembali cuaca hari ini cerah ceria atau lebih tepatnya sangat cerah. Betapa tidak, angin sama sekali tidak berhembus, mendung sama sekali tidak berkunjung dan lebih tepatnya mentari tidak tersenyum namun tertawa terbahak-bahak sehingga sinarnya membuat kulit merasa dibakar, menusuk dan membuat kenyamanan terganggu untuk beraktifitas yang paling sederhana sekalipun.
Menurut stasiun TV lokal bahwa panas hari ini menurun dari kemarin yang telah mencapai suhu 37 - 38 derajat Celsius menjadi 35 - 36 derajat Celsius. Gooosssh ... I've never been in this so hot weather before. Mesin pendingin ruangan pun tampaknya tidak bisa bekerja dengan sempurna. Melakukan aktifitas dengan banyak gerakan tubuh akan mengakibatkan bercucurannya peluh disekitar saya [saya adalah orang yang mudah sekali berkeringat]. Shalat Jumat pun berhubung datangnya terlambat dan bagian dalam mesjid sudah penuh maka terpaksalah saya duduk di pelataran luar dengan pantulan panas dari mobil-mobil yang diparkir di halaman masjid dan kembali ... keringat.
Seperti biasanya pada hari Jumat maka saya setiap berangkat shalat Jumat selalu bersama dengan Mr. Van Maghel dan setelah itu biasanya pulang dari Jumatan saya akan dijamu makan siang oleh Mr. Van Maghel dan istrinya serta putranya yang bungsu. So ritual itu pun berjalan seperti biasa, seperti pula hari ini. Dan kembali dalam perjalanan pulang dari mesjid menuju ke kediaman beliau tercetuslah pembicaraan seputaran masalah agama ... [let me smile .. :)]
Siang ini selain Mr. Van Maghel, saya, Mr. Jack Busro, ada satu orang kawan lagi yang ikut pergi bersama-sama untuk Jumatan dan kemudian pulang bersama-sama pula, Mr. Aich-one. Pembicaraan dimulai ketika Mr. Aich-one mengemukakan mengenai kredit motor Modenas yang baru dengan DP USD 400 ditambah dengan cicilan USD 100 setiap bulannya sampai mencapai jumlah harga beli, kalau tidak salah sich sekitar USD 1,050.
Lalu Mr. Aich-one ini membicarakan keinginannya untuk membeli mobil [he used to have a Camry but then he sold it in a way to buy a land for his son's future] .. I proposed to him [in an intention of my own ambition .. hahaha] to buy a Caravalle karena I wasn't following the conversation tahu-tahu sudah bicara tentang VW. I could not forget his face when I proposed that car to him. He then said that he just wanted to buy a car that price is less than USD 3,000.
Kemudian di perjalanan mengantar Mr. Aich-one ke rumahnya itulah terjadi pembicaraan menyangkut hubungan antara mobil dan barokah dan itu terjadi karena celetukan saya mengenai mobil Katana dan seperti biasa pembicara utamanya adalah Mr. Jack Busro. Goooshhh ... why can't he stop talking the connection between religion and general things ? .. bukan apa-apa tapi nampaknya seperti sesuatu yang menjadi timpang dalam sudut pandang saya, dalam artian bahwa kemudian perilaku menjadi tidak sesuai dengan apa yang diucap atau pun dipikirkan.
Ada salah satu Home Staff di Phnom Penh ini yang karena sifatnya yang teramat sangat akhirnya menjadi sangat dibenci oleh hampir semua orang especially para Local Staff yang sudah lama sekali bekerja disini. Naah, kemudian Mr. Roundabout ini memiliki satu buah mobil yang tampaknya selalu ngadat dan tidak pernah beres. Beliau sering membawa mobilnya ke bengkel yang menjadi langganannya yang mana bengkel tersebut dimata para rekan-rekan local staff yang sudah cukup lama tinggal disini mengatakan bahwa bengkel tersebut bukanlah bengkel yang dapat dipercaya.
Sebelum belok ke rumah Mr. Aich-one, mobil yang kami tumpangi berpapasan dengan Jimny Katana nampaknya [looks like seperti itu in my opinion] lalu saya bilang pada Mr. Van Maghel bahwa jika mobil seperti itu dijual dengan harga USD 1,000 then I am willing to buy no matter what. Mr. Van Maghel said that that kind of car would cost around USD 2,000 while Mr. Aich-one said it would cost around USD 1,800 ... berdebat soal harga akhirnya ditanyalah oleh Mr. Van Maghel dimana informasi harga USD 1,800 itu didapat lalu [jika tidak salah] Mr. Aich-one mengatakan bahwa harga itu didapat dari informasi salah satu montir di bengkel tempat Mr. Roundabout membengkelkan mobilnya .. terbahak-bahaklah semua yang ada di mobil. Informasi apa pun yang datang dari bengkel itu nampaknya sudah tidak dipercaya ...
Mr. Jack Busro tiba-tiba berkata bahwa jika Mr. Roundabout menjual mobilnya, dia tidak akan membeli mobil tersebut karena tidak barokah ... menurut dia dalam Islam ada hitungannya mobil tersebut didapat darimana, dipakai kemana saja, untuk berbuat apa saja dan lain-lain. Dan untuk kesekian kalinya dia mengatakan bahwa sesuai dengan prinsipnya dia tidak akan membeli mobil tersebut. Saya hanya terdiam saja, malas mengomentari, sementara itu Mr. Aich-one sudah turun dan Mr. Van Maghel pun nampak senyum-senyum mendengarnya.
Buat saya pointnya adalah.. adakah keinginan dia untuk membeli mobil tersebut ? adakah dia memiliki dana untuk membeli mobil tersebut ? kalau misalnya ini hanya berandai-andai .. waahh saya pikir waktu yang terbuang untuk berandai-andai lebih baik untuk mengerjakan yang lain, belum lagi masalah prinsipil yang pun belum tentu kejadian atau dijalankan pada saat kesempatan datang ..
What can I say ? ..
Setibanya dikantor, saya dihujani dengan surat-surat dari Embassy of Brunei and Embassy of Myanmar .. mereka mengirimi surat-surat yang saya perlukan [maklum namanya juga lagi pindahan jadi yang namanya surat pasti ketlingsut entah kemana] ... Mr. Ambassador ingin membuat surat ucapan kepada Cambodian Red Cross yang kebetulan pada hari ini ulang tahun. Tiba-tiba draft surat yang diberikan kepada salah satu Home Staff belum turun, Mr. Ambassador kemudian menerima draft surat lain yang ditujukan kepada the Great King Father Norodom Sihanouk ... bentuk suratnya bukan nota diplomatik tapi first note ... *gubraaakkss* .. alamat bakalan sampai lama di kantor nich ... mengedit first note itu membutuhkan waktu yang lebih panjang dan lebih njelimet daripada nota diplomatik ...
Oooh tidakkah ada tugas yang lebih menyenangkan selain mengedit surat pada akhir minggu yang sangat cerah ceria ini .... [baca: panas menyengat] ? ...
....
hanya titik-titik kosong
seperti diri ini
hampa
tak lagi ada asa
walau hanya sepintas lalu
...
dalam kegelimangan gulana
hela napas kehidupan
seakan membebaskan
seribu kati beban dalam diri
...
hanya titik titik kosong
dan aku menanti ..
masih ..
seperti diri ini
hampa
tak lagi ada asa
walau hanya sepintas lalu
...
dalam kegelimangan gulana
hela napas kehidupan
seakan membebaskan
seribu kati beban dalam diri
...
hanya titik titik kosong
dan aku menanti ..
masih ..
Thursday, February 17, 2005
API, AFI, IDOL, KDI
API, AFI, IDOL, KDI
Tiba-tiba pagi ini setelah meeting, Mr. Ambassador memanggil dan bicara dengan saya. Di dalam ruangan ada Mr. Cultural.
Membicarakan mengenai perkembangan dunia perfilman Indonesia saat ini dan hasil bincang-bincang saya dengan Mr. Absolute-John when I was at Jakarta two weeks ago. Ujung dari pembicaraan adalah Mr. Ambassador berniat mengadakan Festival Film Indonesia di Phnom Penh. Konsepnya seperti apa, masih blank .. what make me happy adalah pada akhirnya salah satu cita-cita saya untuk mempromosikan sineas Indonesia di luar akhirnya tercapai juga walaupun mungkin apa yang saya lakukan adalah hal yang bisa dikatakan hal kecil.
Setelah Mr. Cultural keluar ruangan, Mr. Ambassador menanyakan kemungkinan besar dinner malam ini akan selesai pukul berapa, well .. according to my predict kalo yang namanya friendly dinner biasanya akan end up sampai pukul sebelas or dua belas malam dan akhirnya akan sampai di Wisma setengah jam setelah kegiatan dinner tersebut selesai, beliau agak tercenung sesaat lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. Saya agak heran karena biasanya beliau tidak pernah bertanya mengenai jam berapa undangan akan selesai. Lalu terjawablah pertanyaan saya.
Beliau bercerita kalau tadi malam beliau nonton API a.k.a Akademi Pelawak Indonesia di TPI dan sumhow I got the impression kalau beliau ternyata impress dengan acara tersebut [terbukti dengan beliau bercerita kepada saya sambil tergelak-gelak] lalu beliau dengan nada berbisik [seolah-olah takut omongannya didengar orang lain karena rahasia] bilang bahwa acara finalnya malam ini pukul 9 malam.
Entah apa yang sedang terjadi belakangan ini, apa yang sedang saya kerjakan, biasanya beliau sedang mengerjakan hal yang sama atau sebaliknya. Seperti saat ini beliau sibuk mencari tahu agenda apa yang mesti beliau kerjakan saat jam 9 malam nanti, saya sibuk dengan menakar waktu packing barang-barang terakhir, karena saya ingin lihat American Idol di Star World ... HA ! ..
Lalu kami mulai terlibat dalam satu diskusi mengenai perkembangan dunia kontes ataupun that so-called festival or pemilihan yang semakin hari semakin membooming di tanah air. AFI 2005 sudah mulai audisi lagi [Mbak Didien, apa kabar Mbak ? masih berlaku tawaran untuk jadi manager AFI ? .. hehehe], Indonesian Idol menurut iklannya sebentar lagi akan mulai audisi, Miss Indonesia akan segera menyelenggarakan finalnya hari Sabtu ini dan belum lagi beberapa bulan kedepan Putri Indonesia akan kembali dilangsungkan. Masalahnya I am kind of fans of that kind of activities, jadi ngga kebayang kalo saat ini di Jakarta, bagaimana menyusun agenda supaya tidak ketinggalan shownya. Beruntungnya di Phnom Penh ini hanya Indosiar dan RCTI yang bisa ditangkap [oleh Cable TV] .. sementara di ruang kerja Mr. Ambassador di Wisma Indonesia, he can see most of Indonesian channels because of the Parabola. Mau marah ...
Dari dulu hampir semua teman saya tahu bahwa saya adalah pecinta AFI sejati [bayangkan, saya sampai meracun bedinde di Halim untuk menonton AFI dan mengajarinya bagaimana melihat kontestan secara suara dan pakaian serta gaya; sampai-sampai Boni dan Adé eneg liatnya .. ahahahaha]. Ketika Indonesian Idol muncul, tidak ada rasa untuk melihat secara intens, saya cuma sesekali saja, mungkin karena AFI adalah variety show yang bisa menguras air mata [benarkah ?] atau mungkin karena saya lebih suka melihat para bintang AFI ? .. [oooppsss ... ].
Anyway, sampai dengan saat saya menuliskan ini, Mr. Ambassador masih terus berpikir bagaimana caranya untuk bisa keluar dari lingkungan dinner sebelum pukul 9. Sementara saya masih terus berpikir untuk menyusun jadwal AFI dan Indonesian Idol ..
Tiba-tiba pagi ini setelah meeting, Mr. Ambassador memanggil dan bicara dengan saya. Di dalam ruangan ada Mr. Cultural.
Membicarakan mengenai perkembangan dunia perfilman Indonesia saat ini dan hasil bincang-bincang saya dengan Mr. Absolute-John when I was at Jakarta two weeks ago. Ujung dari pembicaraan adalah Mr. Ambassador berniat mengadakan Festival Film Indonesia di Phnom Penh. Konsepnya seperti apa, masih blank .. what make me happy adalah pada akhirnya salah satu cita-cita saya untuk mempromosikan sineas Indonesia di luar akhirnya tercapai juga walaupun mungkin apa yang saya lakukan adalah hal yang bisa dikatakan hal kecil.
Setelah Mr. Cultural keluar ruangan, Mr. Ambassador menanyakan kemungkinan besar dinner malam ini akan selesai pukul berapa, well .. according to my predict kalo yang namanya friendly dinner biasanya akan end up sampai pukul sebelas or dua belas malam dan akhirnya akan sampai di Wisma setengah jam setelah kegiatan dinner tersebut selesai, beliau agak tercenung sesaat lalu mengangguk-anggukkan kepalanya. Saya agak heran karena biasanya beliau tidak pernah bertanya mengenai jam berapa undangan akan selesai. Lalu terjawablah pertanyaan saya.
Beliau bercerita kalau tadi malam beliau nonton API a.k.a Akademi Pelawak Indonesia di TPI dan sumhow I got the impression kalau beliau ternyata impress dengan acara tersebut [terbukti dengan beliau bercerita kepada saya sambil tergelak-gelak] lalu beliau dengan nada berbisik [seolah-olah takut omongannya didengar orang lain karena rahasia] bilang bahwa acara finalnya malam ini pukul 9 malam.
Entah apa yang sedang terjadi belakangan ini, apa yang sedang saya kerjakan, biasanya beliau sedang mengerjakan hal yang sama atau sebaliknya. Seperti saat ini beliau sibuk mencari tahu agenda apa yang mesti beliau kerjakan saat jam 9 malam nanti, saya sibuk dengan menakar waktu packing barang-barang terakhir, karena saya ingin lihat American Idol di Star World ... HA ! ..
Lalu kami mulai terlibat dalam satu diskusi mengenai perkembangan dunia kontes ataupun that so-called festival or pemilihan yang semakin hari semakin membooming di tanah air. AFI 2005 sudah mulai audisi lagi [Mbak Didien, apa kabar Mbak ? masih berlaku tawaran untuk jadi manager AFI ? .. hehehe], Indonesian Idol menurut iklannya sebentar lagi akan mulai audisi, Miss Indonesia akan segera menyelenggarakan finalnya hari Sabtu ini dan belum lagi beberapa bulan kedepan Putri Indonesia akan kembali dilangsungkan. Masalahnya I am kind of fans of that kind of activities, jadi ngga kebayang kalo saat ini di Jakarta, bagaimana menyusun agenda supaya tidak ketinggalan shownya. Beruntungnya di Phnom Penh ini hanya Indosiar dan RCTI yang bisa ditangkap [oleh Cable TV] .. sementara di ruang kerja Mr. Ambassador di Wisma Indonesia, he can see most of Indonesian channels because of the Parabola. Mau marah ...
Dari dulu hampir semua teman saya tahu bahwa saya adalah pecinta AFI sejati [bayangkan, saya sampai meracun bedinde di Halim untuk menonton AFI dan mengajarinya bagaimana melihat kontestan secara suara dan pakaian serta gaya; sampai-sampai Boni dan Adé eneg liatnya .. ahahahaha]. Ketika Indonesian Idol muncul, tidak ada rasa untuk melihat secara intens, saya cuma sesekali saja, mungkin karena AFI adalah variety show yang bisa menguras air mata [benarkah ?] atau mungkin karena saya lebih suka melihat para bintang AFI ? .. [oooppsss ... ].
Anyway, sampai dengan saat saya menuliskan ini, Mr. Ambassador masih terus berpikir bagaimana caranya untuk bisa keluar dari lingkungan dinner sebelum pukul 9. Sementara saya masih terus berpikir untuk menyusun jadwal AFI dan Indonesian Idol ..
Wednesday, February 16, 2005
SURAT, SIRAT, SERAT
SURAT, SIRAT, SERAT
Pagi bangun dan menghabiskan waktu hampir satu jam lebih untuk mencari ID Kamboja milik saya dan Mrs. Ambassador yang sampai sekarang belum ketemu. Dengan perasaan kesal dan jengkel saya berangkat ke kantor untuk menunaikan tugas saya sebagaimana biasanya.
Hari ini ini hampir separuh harian dihabiskan untuk men-draft, mem-print, koreksi, print, koreksi, print surat - surat Mr. Ambassador. Surat pertama yang dikonsep adalah ucapan selamat kepada salah satu rekannya yang telah menyerahkan Credential Letters kepada kepala pemerintahan tempat beliau ditugaskan. Pemakaian konsep baku terkadang membuat bahasa Indonesia yang dipakai menjadi tidak lugas, tidak adaptable. Mungkin maksudnya adalah pemakaian bahasa sopan dan baku, bahasa yang EYD kalau kata Mr. Van Maghel.
Dulu sekali ketika pertama kali bekerja untuk Mr. Ambassador, acap kali saya diharuskan untuk mem-print ulang surat dan kemudian beliau mengkoreksi kembali dan saya harus mem-print ulang lagi ... acap kali itu pula gelegak darah saya sampai di batas ubun-ubun. Namun kini saya sudah terbiasa akan habit beliau dan bisa melakukannya dengan tenang, santai dan tertawa-tawa jika beliau meminta saya untuk mem-print berulang-ulang surat yang beliau koreksi. Entahlah, nampaknya mungkin masalah linguistik yang dimiliki beliau, tapi juga mungkin bahasa diplomatis yang penuh dengan kebasa-basian namun secara tidak langsung harus mencapai titik tujuan tertentu but I prefer to choose the last one. Saya ingat pesan Mr. Ambassador untuk tidak percaya sepenuhnya dengan keramahtamahan diplomatik dari para rekanan perwakilan negara-negara asing lain, bukan apa-apa .. dalam keramahan itu terkadang kita menjadi buta dan tidak bisa lagi melihat pesan tersirat dibelakangnya.
Seperti halnya dalam pergaulan yang terjadi di lingkungan tempat saya bekerja. Begitu banyak pesan tersirat yang disampaikan baik melalui perkataan langsung, tidak langsung, gesture, sikap dan lainnya. Kini saya lebih mencermati untuk bisa bersikap lebih awas, eling lan waspada. Mencoba untuk bersikap terbuka dan menerima semua omongan yang terkadang membuat diri langsung menggelegak mendidih dan ingin berkata-kata dalam oktaf yang cukup tinggi.
Surat kedua yang harus diselesaikan adalah surat kepada Mr. Minister of Foreign Affair Kingdom of Cambodia yang akan ditandatangani oleh Mr. Ambassador. Surat tersebut merupakan surat pengantar. Kembali kesalahkaprahan terjadi. Terbiasa dengan kalimat-kalimat panjang, maka Mr. Jack Busro membuat draft surat dengan buaian kalimat-kalimat penuh makna yang dirangkai dalam jalinan aksara-aksara indah. Namun tak dinyana bahwa Mr. Ambassador kali ini menginginkan surat yang cukup pendek. Surat yang cukup jelas dan padat.
Maka terjadilah perbedaan persepsi. Mr. Jack Busro harus mengkoreksi draft yang sudah dibikin dan diambil dari tangan Mr. Ambassador. Saya hanya tersenyum dan tertawa saja melihat kepanikan yang ada dimukanya kali ini. Saya pikir dia pasti punya acara sehingga mukanya terlihat agak kecut ketika menerima koreksi draft dari tangan saya [biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mengkoreksi satu surat, walaupun itu surat pendek].
Setelah beberapa kali pengoreksian disana dan disini, akhirnya selesai juga surat tersebut dan akhirnya ditandatangani [you know that I now have kind of a habit .. at anytime Mr. Ambassador will sign sumthing, I always cross my fingers in order to have a bless so then there would be no changes in the letter anymore .. hehehe].
Setelah semua urusan surat menyurat selesai, so then akhirnya I got a chance to clean up my table yang sudah kayak meja pegawai kelurahan yang penuh dengan berkas-berkas dan mesin tik. Gooosshh ... I hate myself for not being able to organize my time better so then I could spare a time to tidy up my desk.
Tiba-tiba saja tersirat dalam pikiran mengenai Blossoms of Longings .. sebuah buku yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar yang berisikan Serat Centhini -- puisi Jawa kuno tentang cinta. I was wondering if only I can get the original copy of Serat Centhini tersebut which mungkin agak impossible.
I sent an sms today ..
"Mama Yus, I am sorry that I could not come to the 1000 harinya UK, but do remember that my pray is always be with you and I pray for UK as well. Ma, jangan lupa yaa, simpenin Babad Tanah Jawi, bukunya UK yang ingin aku simpan" ...
Oh .. satu lagi yang hampir saja terlewatkan untuk diceritakan adalah .. surat-surat elektronik hari ini yang dilakukan oleh gank Sekitar Kita sebenarnya banyak sekali menyampaikan pesan-pesan tersirat .. pesan-pesan yang disembunyikan dalam satu rangkaian kalimat atau dua.
Adakah yang menyadarinya ?
Pagi bangun dan menghabiskan waktu hampir satu jam lebih untuk mencari ID Kamboja milik saya dan Mrs. Ambassador yang sampai sekarang belum ketemu. Dengan perasaan kesal dan jengkel saya berangkat ke kantor untuk menunaikan tugas saya sebagaimana biasanya.
Hari ini ini hampir separuh harian dihabiskan untuk men-draft, mem-print, koreksi, print, koreksi, print surat - surat Mr. Ambassador. Surat pertama yang dikonsep adalah ucapan selamat kepada salah satu rekannya yang telah menyerahkan Credential Letters kepada kepala pemerintahan tempat beliau ditugaskan. Pemakaian konsep baku terkadang membuat bahasa Indonesia yang dipakai menjadi tidak lugas, tidak adaptable. Mungkin maksudnya adalah pemakaian bahasa sopan dan baku, bahasa yang EYD kalau kata Mr. Van Maghel.
Dulu sekali ketika pertama kali bekerja untuk Mr. Ambassador, acap kali saya diharuskan untuk mem-print ulang surat dan kemudian beliau mengkoreksi kembali dan saya harus mem-print ulang lagi ... acap kali itu pula gelegak darah saya sampai di batas ubun-ubun. Namun kini saya sudah terbiasa akan habit beliau dan bisa melakukannya dengan tenang, santai dan tertawa-tawa jika beliau meminta saya untuk mem-print berulang-ulang surat yang beliau koreksi. Entahlah, nampaknya mungkin masalah linguistik yang dimiliki beliau, tapi juga mungkin bahasa diplomatis yang penuh dengan kebasa-basian namun secara tidak langsung harus mencapai titik tujuan tertentu but I prefer to choose the last one. Saya ingat pesan Mr. Ambassador untuk tidak percaya sepenuhnya dengan keramahtamahan diplomatik dari para rekanan perwakilan negara-negara asing lain, bukan apa-apa .. dalam keramahan itu terkadang kita menjadi buta dan tidak bisa lagi melihat pesan tersirat dibelakangnya.
Seperti halnya dalam pergaulan yang terjadi di lingkungan tempat saya bekerja. Begitu banyak pesan tersirat yang disampaikan baik melalui perkataan langsung, tidak langsung, gesture, sikap dan lainnya. Kini saya lebih mencermati untuk bisa bersikap lebih awas, eling lan waspada. Mencoba untuk bersikap terbuka dan menerima semua omongan yang terkadang membuat diri langsung menggelegak mendidih dan ingin berkata-kata dalam oktaf yang cukup tinggi.
Surat kedua yang harus diselesaikan adalah surat kepada Mr. Minister of Foreign Affair Kingdom of Cambodia yang akan ditandatangani oleh Mr. Ambassador. Surat tersebut merupakan surat pengantar. Kembali kesalahkaprahan terjadi. Terbiasa dengan kalimat-kalimat panjang, maka Mr. Jack Busro membuat draft surat dengan buaian kalimat-kalimat penuh makna yang dirangkai dalam jalinan aksara-aksara indah. Namun tak dinyana bahwa Mr. Ambassador kali ini menginginkan surat yang cukup pendek. Surat yang cukup jelas dan padat.
Maka terjadilah perbedaan persepsi. Mr. Jack Busro harus mengkoreksi draft yang sudah dibikin dan diambil dari tangan Mr. Ambassador. Saya hanya tersenyum dan tertawa saja melihat kepanikan yang ada dimukanya kali ini. Saya pikir dia pasti punya acara sehingga mukanya terlihat agak kecut ketika menerima koreksi draft dari tangan saya [biasanya membutuhkan waktu sekitar 2 jam untuk mengkoreksi satu surat, walaupun itu surat pendek].
Setelah beberapa kali pengoreksian disana dan disini, akhirnya selesai juga surat tersebut dan akhirnya ditandatangani [you know that I now have kind of a habit .. at anytime Mr. Ambassador will sign sumthing, I always cross my fingers in order to have a bless so then there would be no changes in the letter anymore .. hehehe].
Setelah semua urusan surat menyurat selesai, so then akhirnya I got a chance to clean up my table yang sudah kayak meja pegawai kelurahan yang penuh dengan berkas-berkas dan mesin tik. Gooosshh ... I hate myself for not being able to organize my time better so then I could spare a time to tidy up my desk.
Tiba-tiba saja tersirat dalam pikiran mengenai Blossoms of Longings .. sebuah buku yang diterbitkan oleh Yayasan Lontar yang berisikan Serat Centhini -- puisi Jawa kuno tentang cinta. I was wondering if only I can get the original copy of Serat Centhini tersebut which mungkin agak impossible.
I sent an sms today ..
"Mama Yus, I am sorry that I could not come to the 1000 harinya UK, but do remember that my pray is always be with you and I pray for UK as well. Ma, jangan lupa yaa, simpenin Babad Tanah Jawi, bukunya UK yang ingin aku simpan" ...
Oh .. satu lagi yang hampir saja terlewatkan untuk diceritakan adalah .. surat-surat elektronik hari ini yang dilakukan oleh gank Sekitar Kita sebenarnya banyak sekali menyampaikan pesan-pesan tersirat .. pesan-pesan yang disembunyikan dalam satu rangkaian kalimat atau dua.
Adakah yang menyadarinya ?
LIDAH MANJA UMAR KAYAM
LIDAH MANJA UMAR KAYAM
ditulis oleh BONDAN WINARNO
Kami memperingati kematian. Tetapi, yang sungguh kami rasakan justru adalah kehidupan. A life lived to the fullest. Begitulah setidaknya yang saya simpulkan ketika menghadiri acara peringatan seribu hari kematian Umar Kayam [UK], budayawan yang merakyat, di Gedung Sositet, Yogyakarta, malam minggu yang lalu.
Mengapa di Yogyakarta ? Bukankah pada akhir hayatnya Mas Kayam lebih banyak tinggal di Jakarta ? Dan dimakamkan di Jakarta pula ? Kedirian UK memang lebih identik dengan Yogya. Sekalipun selama tinggal di Yogya pun ia sudah bolak-balik ke Jakarta karena keluarganya pindah ke ibu kota, bagi UK yogya adalah panggung utamanya. Seperti ditulis Jennifer Lindsay, "disanalah dia tampil bersama cantriknya, tokoh-tokoh lokal - tetapi, seperti pemain ketoprak, dia bisa masuk-keluar panggung itu pada setiap saat, menurut berkembangnya lakon."
Begitu masuk Gedung Sosistet [Soos atau Sociteit di masa Hindia-Belanda dulu], para tamu disambut dengan denting-denting siter [sitar, kecapi] Pak Narto. Semua teman-teman Mas Kayam tentu ingat, Pak Narto "The Troubadour" dulu selalu datang seminggu sekali ke B-12 [sebutan untuk rumah UK di kompleks perumahan dosen Universitas Gadjah Mada, Jalan Bulaksumur B-12]. Kepada tamu-tamunya, dengan bangga UK menyebut Pak Narto sebagai roving ambassador kesenian Jawa, yang keluar-masuk kampung menggotong sitarnya. Seni ndeso selalu merupakan kepedulian Mas Kayam.
Di dekat pintu masuk tersaji berbagai jajanan pasar kesukaan UK. Saya terkejut menemukan cabuk rambak, sebuah makanan khas Solo, tersaji dalam kelompok jajanan pasar. Di Solo, makanan sederhana ini sudah hampir punah. Dulu, orang Solo suka makan cabuk rambak untuk sarapan - jajanan ndeso. Hanya ketupat diiris-iris, dan dimakan dengan sambal yang mirip sambal pecel, dan krupuk karak.
Selain sebagai budayawan terkemuka Indonesia, UK harus dicatat sebagai promotor makanan tradisional. Ia sangat suka memanjakan lidahnya, dan paling tahu di mana bisa memperoleh makanan tradisional yang paling enak. [Bayangkan, betapa sedihnya ketika pada hari-hari terakhir hidupnya, ia hanya "makan" melalui infus. "Makan tanpa bisa saya rasakan?"protesnya kepada dokter, dan memandang selang infus dengan nelongso].
Di dalam gedung tersaji display kehidupan UK. Di layar, sebuah film tentang kehidupan UK terus-menerus diputar. Di beberapa sudut tampak replika ruang kerja UK di B-12, display foto, koleksi lukisan UK, bahkan juga mobil dinas jip Toyota keluaran tahun 1977 berplat merah. Saya terharu melihat lukisan kaca bertuliskan "Sugeng Rawuh". Saya ingat benar di mana letak lukisan itu, di dekat pintu masuk rumahnya. Lagi-lagi, contoh lain keberpihakan Mas Kayam pada seni ndeso yang kemudian memang membuat seni lukis kaca naik daun.
Sangat banyak kawan-kawan yang datang malam itu. Sekitar 500 orang memenuhi Gedung Sositet. Segala usia, segala lapisan sosial - persis ketika Mas Kayam masih hidup dulu. Banyak yang khusus datang dari luar kota, seperti Goenawan Mohamad, Nano dan Ratna Riantiarno, Binny Buchori, termasuk Jennifer Lindsay yang khusus datang dari Singapura. Betul-betul reuni Kayam-fans!.
Sebelumnya, tahlil 1000 hari memang sudah dilakukan sendiri di rumah Mbak Yus Kayam, istri UK. Dalam kepercayaan Jawa, seribu hari setelah kematian merupakan ritual pelintasan yang signifikan. Setelah 1000 hari, jasad yang ditanam telah hancur, dan pada saat itu terputus pulalah semua hubungan dengan dunia fana.
[sekedar catatan: Mas Kayam meninggal pada 16 Maret 2002. Awalnya, ketika sedang dalam kondisi sakit berkepanjangan, rumahnya di Cipinang Indah kebanjiran. Air masuk hingga 1,5 meter ke dalam rumahnya. UK ditandu, dan dievakuasi. Selama sebulan ia mengungsi di rumah Saryanto Sarbini di Menteng. Sepulang kembali ke Cipinang, ia terjatuh di depan kamar mandi. Pangkal pahanya patah. Setelah operasi, diketahui ususnya pecah dan mengalami pendarahan].
Acara yang dipandu oleh MC Jajang Pamuntjak dimulai dengan penampilan dalang wayang suket Slamet Gundono. Ia tidak mendalang malam itu. Ia melantunkan tembang yang digubahnya khusus untuk Mas Kayam dengan gitar kecil yang dimainkannya sendiri. Lagu kedua, diiringi perkusi oleh Djaduk Ferianto, yang juga menjadi penyanyi kedua. Keduanya tampil kompak dan menawan.
Setelah itu Ashadi Siregar memperkenalkan buku yang baru saja diterbitkan oleh Yayasan 1000 Kunang-Kunang [ingat cerita pendek UK berjudul "Seribu Kunang-Kunang di Manhattan"?]. Buku itu berjudul Umar Kayam Luar Dalam - sebuah kumpulan tulisan dari beberapa orang yang dekat dengan Mas Kayam.
Kemudian, kami disuguhi rekaman suara dan video Mas Kayam pada hari-hari terakhinya. Di dalam rekaman itu Mas Kayam sudah sangat jelas meninggalkan pesan-pesan terakhir. Ia siap dan pasrah. Ia sadar benar bahwa El Maut sudah menunggu di depan pintu. WS Rendra diminta membacakan puisi di kaki tempat tidur - terekam dengan latar belakang suara orang mengaji di sekeliling deathbed UK.
... kemarin dan esok adalah hari ini
bencana dan keberuntungan sama saja
langit di luar, langit di badan
bersatu dalam jiwa
Dalam rekaman video itu, tampak UK dalam kondisi yang teramat rapuh. Namun, diatas tempat tidurnya, ia masih melayani Jennifer Lindsay yang mengajaknya berjoged ketika menjenguk. Ia mendengarkan lagu "Ave Maria" yang dinyanyikan Dunuk untuknya.
Beberapa orang yang tak tahan melihat tayangan itu, keluar diam-diam. Dan menunggu di serambi. Mereka masuk lagi ketika Butet Kartaredjasa tampil "menirukan" UK pada hari-hari terakhirnya. Sita dan Wulan, kedua anak UK, tak tahan melihat penampilan Butet. Mereka segera keluar. "Butet hebat. Persis Bapak," kata Wulan. Beberapa orang yang tadi keluar, kemudian keluar lagi karena tak tahan menyaksikan Mas Kayam "hidup kembali" dalam raga Butet.
Obrolan Butet itu sungguh membuat kami menyadari betapa ndalem Pak Ageng di Bulaksumur B-12 itu telah menjadi rumah singgah bagi begitu banyak orang dari berbagai jalan hidup. Di rumah itu - termasuk juga di warung-warung ke mana UK sering mengajak teman-temannya - selalu terjadi dialog yang intens, olah rasa yang mendalam, dan obrolan yang menyenangkan. Rumah B-12 boleh dibilang merupakan sebuah "pusat" yang turut menjaga nurani Yogyakarta. Dari rumah ini keluar berbagai pemikiran, baik dari UK, maupun dari orang-orang yang ikut ngobrol dengannya. Bukan hanya Yogya, pemikiran-pemikiran UK bahkan menembus ke tataran nasional maupun internasional. Yogya harus memikirkan untuk apa rumah B-12 itu nanti setelah keluarga Umar Kayam menyerahkan rumah dinas itu kembali ke UGM.
Semua orang tertawa ketika pada akhir penampilannya Butet menyatakan keheranannya. "Pak Kayam itu ndableg dan ngeyelan, tetapi ternyata ia sangat pasrah ketika menghadapi kematian," katanya.
Lalu, Jajang mempersilahkan kami makan. Banyak makanan ndeso dan sajian kaki lima yang dihadirkan di sana. Seperti dikatakan Butet, dulu Mas Kayam selalu jadi kasir yang siap nraktir. "Bila kami datang ke tempat Pak Kayam, selalu terjadi perbaikan gizi, " katanya. Jenis-jenis makanan itulah yang disajikan untuk makan malam kami.
Ada sate kambing kesukaan Mas Kayam. Ada thengkleng dan nasi liwet Keprabon dari Solo. Ada sate ambal van Kebumen. Ada pecel sambel wijen. Ada gudeg selokan - nama yang mengacu pada para penjual gudeg versi mBarek yang berlokasi di kawasan Selokan Mataram. Dan tentu saja ada penggeng eyem [panggang ayam Klaten] Pak Joyoboyo yang selalu disebut-sebutnya dalam kolom "Mangan Ora Mangan Kumpul". Juga brongkos Mister Rigen [julukan bagi pengemudinya, Sadimin]. Tak lupa "Nasi Goreng Masih Sepuluh" [nama asli "Bakmi Ketandan", konon masih saudara Harry Tjan Silalahi] kesukaan Mas Kayam. Gerobag wedang ronde bahkan sudah tidak menyisakan apa-apa ketika acara makan malam resmi diumumkan pada pukul sembilan malam. Rupanya, sudah terlebih dahulu "digerilya" sebelum kami keluar dari mengikuti acara di dalam.
Sambil makan, kami dihibur oleh kelompok musik "Sinten Remen" pimpinan Djaduk Ferianto dengan berbagai lagu yang menyemarakkan suasana. Makanan cepat habis diserbu para hadirin. Untung saya masih kebagian sedikit trancam dan brongkos Mister Rigen yang legendaris itu.
Semua sajian itu sungguh membuat kenangan tentang Mas Kayam menjadi semakin nyata. [Silahkan baca juga "Napak tilas Makansutra Mas Kayam" di Jalansutra, Mei 2002, atau di halaman 314 buku Jalansutra]. Sungguh, malam itu kami tidak merayakan kematian. Kami seperti merasa Mas Kayam masih ada bersama kami, dan dengan senyum lebarnya memperhatikan kami semua makan dengan gembira.
Terima kasih Tinuk Yampolsky dan Yayasan Lontar yang telah menjadi event organizer bagi acara ini. Mas Kayam pasti tertawa terbahak-bahak di atas sana, melihat kalian semua mau-maunya dikerjain olehnya.
ditulis oleh BONDAN WINARNO
Kami memperingati kematian. Tetapi, yang sungguh kami rasakan justru adalah kehidupan. A life lived to the fullest. Begitulah setidaknya yang saya simpulkan ketika menghadiri acara peringatan seribu hari kematian Umar Kayam [UK], budayawan yang merakyat, di Gedung Sositet, Yogyakarta, malam minggu yang lalu.
Mengapa di Yogyakarta ? Bukankah pada akhir hayatnya Mas Kayam lebih banyak tinggal di Jakarta ? Dan dimakamkan di Jakarta pula ? Kedirian UK memang lebih identik dengan Yogya. Sekalipun selama tinggal di Yogya pun ia sudah bolak-balik ke Jakarta karena keluarganya pindah ke ibu kota, bagi UK yogya adalah panggung utamanya. Seperti ditulis Jennifer Lindsay, "disanalah dia tampil bersama cantriknya, tokoh-tokoh lokal - tetapi, seperti pemain ketoprak, dia bisa masuk-keluar panggung itu pada setiap saat, menurut berkembangnya lakon."
Begitu masuk Gedung Sosistet [Soos atau Sociteit di masa Hindia-Belanda dulu], para tamu disambut dengan denting-denting siter [sitar, kecapi] Pak Narto. Semua teman-teman Mas Kayam tentu ingat, Pak Narto "The Troubadour" dulu selalu datang seminggu sekali ke B-12 [sebutan untuk rumah UK di kompleks perumahan dosen Universitas Gadjah Mada, Jalan Bulaksumur B-12]. Kepada tamu-tamunya, dengan bangga UK menyebut Pak Narto sebagai roving ambassador kesenian Jawa, yang keluar-masuk kampung menggotong sitarnya. Seni ndeso selalu merupakan kepedulian Mas Kayam.
Di dekat pintu masuk tersaji berbagai jajanan pasar kesukaan UK. Saya terkejut menemukan cabuk rambak, sebuah makanan khas Solo, tersaji dalam kelompok jajanan pasar. Di Solo, makanan sederhana ini sudah hampir punah. Dulu, orang Solo suka makan cabuk rambak untuk sarapan - jajanan ndeso. Hanya ketupat diiris-iris, dan dimakan dengan sambal yang mirip sambal pecel, dan krupuk karak.
Selain sebagai budayawan terkemuka Indonesia, UK harus dicatat sebagai promotor makanan tradisional. Ia sangat suka memanjakan lidahnya, dan paling tahu di mana bisa memperoleh makanan tradisional yang paling enak. [Bayangkan, betapa sedihnya ketika pada hari-hari terakhir hidupnya, ia hanya "makan" melalui infus. "Makan tanpa bisa saya rasakan?"protesnya kepada dokter, dan memandang selang infus dengan nelongso].
Di dalam gedung tersaji display kehidupan UK. Di layar, sebuah film tentang kehidupan UK terus-menerus diputar. Di beberapa sudut tampak replika ruang kerja UK di B-12, display foto, koleksi lukisan UK, bahkan juga mobil dinas jip Toyota keluaran tahun 1977 berplat merah. Saya terharu melihat lukisan kaca bertuliskan "Sugeng Rawuh". Saya ingat benar di mana letak lukisan itu, di dekat pintu masuk rumahnya. Lagi-lagi, contoh lain keberpihakan Mas Kayam pada seni ndeso yang kemudian memang membuat seni lukis kaca naik daun.
Sangat banyak kawan-kawan yang datang malam itu. Sekitar 500 orang memenuhi Gedung Sositet. Segala usia, segala lapisan sosial - persis ketika Mas Kayam masih hidup dulu. Banyak yang khusus datang dari luar kota, seperti Goenawan Mohamad, Nano dan Ratna Riantiarno, Binny Buchori, termasuk Jennifer Lindsay yang khusus datang dari Singapura. Betul-betul reuni Kayam-fans!.
Sebelumnya, tahlil 1000 hari memang sudah dilakukan sendiri di rumah Mbak Yus Kayam, istri UK. Dalam kepercayaan Jawa, seribu hari setelah kematian merupakan ritual pelintasan yang signifikan. Setelah 1000 hari, jasad yang ditanam telah hancur, dan pada saat itu terputus pulalah semua hubungan dengan dunia fana.
[sekedar catatan: Mas Kayam meninggal pada 16 Maret 2002. Awalnya, ketika sedang dalam kondisi sakit berkepanjangan, rumahnya di Cipinang Indah kebanjiran. Air masuk hingga 1,5 meter ke dalam rumahnya. UK ditandu, dan dievakuasi. Selama sebulan ia mengungsi di rumah Saryanto Sarbini di Menteng. Sepulang kembali ke Cipinang, ia terjatuh di depan kamar mandi. Pangkal pahanya patah. Setelah operasi, diketahui ususnya pecah dan mengalami pendarahan].
Acara yang dipandu oleh MC Jajang Pamuntjak dimulai dengan penampilan dalang wayang suket Slamet Gundono. Ia tidak mendalang malam itu. Ia melantunkan tembang yang digubahnya khusus untuk Mas Kayam dengan gitar kecil yang dimainkannya sendiri. Lagu kedua, diiringi perkusi oleh Djaduk Ferianto, yang juga menjadi penyanyi kedua. Keduanya tampil kompak dan menawan.
Setelah itu Ashadi Siregar memperkenalkan buku yang baru saja diterbitkan oleh Yayasan 1000 Kunang-Kunang [ingat cerita pendek UK berjudul "Seribu Kunang-Kunang di Manhattan"?]. Buku itu berjudul Umar Kayam Luar Dalam - sebuah kumpulan tulisan dari beberapa orang yang dekat dengan Mas Kayam.
Kemudian, kami disuguhi rekaman suara dan video Mas Kayam pada hari-hari terakhinya. Di dalam rekaman itu Mas Kayam sudah sangat jelas meninggalkan pesan-pesan terakhir. Ia siap dan pasrah. Ia sadar benar bahwa El Maut sudah menunggu di depan pintu. WS Rendra diminta membacakan puisi di kaki tempat tidur - terekam dengan latar belakang suara orang mengaji di sekeliling deathbed UK.
... kemarin dan esok adalah hari ini
bencana dan keberuntungan sama saja
langit di luar, langit di badan
bersatu dalam jiwa
Dalam rekaman video itu, tampak UK dalam kondisi yang teramat rapuh. Namun, diatas tempat tidurnya, ia masih melayani Jennifer Lindsay yang mengajaknya berjoged ketika menjenguk. Ia mendengarkan lagu "Ave Maria" yang dinyanyikan Dunuk untuknya.
Beberapa orang yang tak tahan melihat tayangan itu, keluar diam-diam. Dan menunggu di serambi. Mereka masuk lagi ketika Butet Kartaredjasa tampil "menirukan" UK pada hari-hari terakhirnya. Sita dan Wulan, kedua anak UK, tak tahan melihat penampilan Butet. Mereka segera keluar. "Butet hebat. Persis Bapak," kata Wulan. Beberapa orang yang tadi keluar, kemudian keluar lagi karena tak tahan menyaksikan Mas Kayam "hidup kembali" dalam raga Butet.
Obrolan Butet itu sungguh membuat kami menyadari betapa ndalem Pak Ageng di Bulaksumur B-12 itu telah menjadi rumah singgah bagi begitu banyak orang dari berbagai jalan hidup. Di rumah itu - termasuk juga di warung-warung ke mana UK sering mengajak teman-temannya - selalu terjadi dialog yang intens, olah rasa yang mendalam, dan obrolan yang menyenangkan. Rumah B-12 boleh dibilang merupakan sebuah "pusat" yang turut menjaga nurani Yogyakarta. Dari rumah ini keluar berbagai pemikiran, baik dari UK, maupun dari orang-orang yang ikut ngobrol dengannya. Bukan hanya Yogya, pemikiran-pemikiran UK bahkan menembus ke tataran nasional maupun internasional. Yogya harus memikirkan untuk apa rumah B-12 itu nanti setelah keluarga Umar Kayam menyerahkan rumah dinas itu kembali ke UGM.
Semua orang tertawa ketika pada akhir penampilannya Butet menyatakan keheranannya. "Pak Kayam itu ndableg dan ngeyelan, tetapi ternyata ia sangat pasrah ketika menghadapi kematian," katanya.
Lalu, Jajang mempersilahkan kami makan. Banyak makanan ndeso dan sajian kaki lima yang dihadirkan di sana. Seperti dikatakan Butet, dulu Mas Kayam selalu jadi kasir yang siap nraktir. "Bila kami datang ke tempat Pak Kayam, selalu terjadi perbaikan gizi, " katanya. Jenis-jenis makanan itulah yang disajikan untuk makan malam kami.
Ada sate kambing kesukaan Mas Kayam. Ada thengkleng dan nasi liwet Keprabon dari Solo. Ada sate ambal van Kebumen. Ada pecel sambel wijen. Ada gudeg selokan - nama yang mengacu pada para penjual gudeg versi mBarek yang berlokasi di kawasan Selokan Mataram. Dan tentu saja ada penggeng eyem [panggang ayam Klaten] Pak Joyoboyo yang selalu disebut-sebutnya dalam kolom "Mangan Ora Mangan Kumpul". Juga brongkos Mister Rigen [julukan bagi pengemudinya, Sadimin]. Tak lupa "Nasi Goreng Masih Sepuluh" [nama asli "Bakmi Ketandan", konon masih saudara Harry Tjan Silalahi] kesukaan Mas Kayam. Gerobag wedang ronde bahkan sudah tidak menyisakan apa-apa ketika acara makan malam resmi diumumkan pada pukul sembilan malam. Rupanya, sudah terlebih dahulu "digerilya" sebelum kami keluar dari mengikuti acara di dalam.
Sambil makan, kami dihibur oleh kelompok musik "Sinten Remen" pimpinan Djaduk Ferianto dengan berbagai lagu yang menyemarakkan suasana. Makanan cepat habis diserbu para hadirin. Untung saya masih kebagian sedikit trancam dan brongkos Mister Rigen yang legendaris itu.
Semua sajian itu sungguh membuat kenangan tentang Mas Kayam menjadi semakin nyata. [Silahkan baca juga "Napak tilas Makansutra Mas Kayam" di Jalansutra, Mei 2002, atau di halaman 314 buku Jalansutra]. Sungguh, malam itu kami tidak merayakan kematian. Kami seperti merasa Mas Kayam masih ada bersama kami, dan dengan senyum lebarnya memperhatikan kami semua makan dengan gembira.
Terima kasih Tinuk Yampolsky dan Yayasan Lontar yang telah menjadi event organizer bagi acara ini. Mas Kayam pasti tertawa terbahak-bahak di atas sana, melihat kalian semua mau-maunya dikerjain olehnya.
Tuesday, February 15, 2005
BUNGA, BANDING, BAWEL
BUNGA, BANDING, BAWEL
BUNGA
Hari ini tidak seperti kemarin pagi. Cuaca sangat-sangat cerah dan tak tampak mendung sedikitpun, angin pagi pun rasanya enggan untuk menyampaikan salamnya, hanya semilir saja. I went to work sekitar jam 8 dan seperti biasa memeriksa kondisi ruang sang Duta Besar lalu mencocokkan agenda dan menyalakan komputer.
Dalam schedule hari ini disebutkan bahwa sang Duta Besar akan menghadiri satu diplomatic reception yang diadakan oleh Kedutaan Korea Utara dalam rangka ultah presidennya [Hmm.. jadi inget acara pemotongan tumpeng setiap kali Pak Harto ultah] maka seperti biasanya I went to the florist untuk memesan rangkaian bunga yang akan dikirim ke Kedutaan Korea Utara. Sisa-sisa keramaian Valentine masih ada di florist tempat saya memesan rangkaian bunga. Pemiliknya sepasang suami istri berkewarganegaraan Singapura [kalau tidak salah] kemudian mengajak berbincang-bincang. They look so happy, mungkin karena pesanan bunganya yang sebegitu banyak .. habis terjual semua dan dengan penuh senyuman mereka bilang bahwa Cambodian is very romantic person .. AHA ! ... agak-agak anéh sich tapi yaa mungkin memang begitu adanya. So Instead of mendapatkan bunga dari florist langganan itu.. mereka memberi saya satu buah t-shirt .. seraya berkata, "I hereby take you as my Deputy Minister" ... waahh saya terkejut dan ketika saya buka t-shirtnya, tertulis "Ministry of Love".. Department of Floral Affairs. Saya seorang manusia yang jelas-jelas sedang single dan kesepian tiba-tiba diangkat jadi Deputy Minister of Love .. hmm .. adakah cinta kan berlabuh ditempat saya sekarang ? .. pick one for me ..
BANDING
Pulang dari florist, I went directly ke tempatnya Mr. Van Maghel untuk memberikan bon pembelian dan kembaliannya. I showed him my new t-shirt dan juga saya bilang bahwa the owner wants me to use it whenever I go to Gym and I said okay. Seperti biasa .. komentar unperfect condition keluar dari mulutnya Mr. Van Maghel .. "Sekalian promosi buat dia itu" .. for heaven's sake .. nampaknya nothing in this world is perfect for Mr. Van Maghel kecuali dirinya sendiri [jangan-jangan sebenarnya dia adalah anak kandung dari salah satu God Yunani .. Narciscus] ...
Selepas itu tiba-tiba satu pertanyaan muncul dari mulut Mr. Van Maghel yang kemudian merubah mood saya dan keep thinking what I am doing wrong .. pertanyaan itu ditujukan tidak pada saya .. saya diminta untuk menanyakan itu kepada pemilik toko .. sebuah pertanyaan simple sebenarnya namun membuat saya terungkit akan luka lama .. terungkit akan omongan beberapa orang ..
"Tanya coba ama dia, does he miss Trina ?" ...
I was stunned with that question, he asked me to ask the owner whether the owner of florist is missing her or not .. I refused untuk bertanya itu dan lebih banyak diam. Seharusnya mereka semua sadar bahwa sebagai manusia seutuhnya, sangatlah tidak disuka jika dibanding-bandingkan. I didn't say a lot I just said that whether like it or not .. this is my era .. I do like what I should do ..
BAWEL
Mungkin karena dianggap sebagai protes yang tidak relevan makanya saya dibilang bawel. Mr. Van Maghel said that I am over-sensitive. For me, I have my own reason untuk tidak suka dibandingkan with that so-called ex Miss Personal Secretary. She's been working with three Ambassadors before tapi tidak berarti dia tau segalanya dan dia yang terbaik, bukan ? banyak hal diatas kerja ternyata tidak menjamin kebenarannya ketika ada dalam dunia praktek.
Saya tahu saya bawel tapi terkadang orang tidak pernah mau mendengar [which is not fair for me] .. seandainya mereka mau mendengar lebih jauh kebawelan saya ataupun perkataan saya disimak lebih baik, they will know that that is the sign of my care and love to them .. tapi ya sudahlah, saya tidak berhak untuk menuntut.
Tadi malam gara-gara kebawelan saya akhirnya minuman dingin saya menjadi korban becandaan yang sangat tidak berkelas dan tidak punya taste ... saya coba untuk memendam rasa amarah dan kecewa saya dan saya berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Care to have softdrink, anyone ?
BUNGA
Hari ini tidak seperti kemarin pagi. Cuaca sangat-sangat cerah dan tak tampak mendung sedikitpun, angin pagi pun rasanya enggan untuk menyampaikan salamnya, hanya semilir saja. I went to work sekitar jam 8 dan seperti biasa memeriksa kondisi ruang sang Duta Besar lalu mencocokkan agenda dan menyalakan komputer.
Dalam schedule hari ini disebutkan bahwa sang Duta Besar akan menghadiri satu diplomatic reception yang diadakan oleh Kedutaan Korea Utara dalam rangka ultah presidennya [Hmm.. jadi inget acara pemotongan tumpeng setiap kali Pak Harto ultah] maka seperti biasanya I went to the florist untuk memesan rangkaian bunga yang akan dikirim ke Kedutaan Korea Utara. Sisa-sisa keramaian Valentine masih ada di florist tempat saya memesan rangkaian bunga. Pemiliknya sepasang suami istri berkewarganegaraan Singapura [kalau tidak salah] kemudian mengajak berbincang-bincang. They look so happy, mungkin karena pesanan bunganya yang sebegitu banyak .. habis terjual semua dan dengan penuh senyuman mereka bilang bahwa Cambodian is very romantic person .. AHA ! ... agak-agak anéh sich tapi yaa mungkin memang begitu adanya. So Instead of mendapatkan bunga dari florist langganan itu.. mereka memberi saya satu buah t-shirt .. seraya berkata, "I hereby take you as my Deputy Minister" ... waahh saya terkejut dan ketika saya buka t-shirtnya, tertulis "Ministry of Love".. Department of Floral Affairs. Saya seorang manusia yang jelas-jelas sedang single dan kesepian tiba-tiba diangkat jadi Deputy Minister of Love .. hmm .. adakah cinta kan berlabuh ditempat saya sekarang ? .. pick one for me ..
BANDING
Pulang dari florist, I went directly ke tempatnya Mr. Van Maghel untuk memberikan bon pembelian dan kembaliannya. I showed him my new t-shirt dan juga saya bilang bahwa the owner wants me to use it whenever I go to Gym and I said okay. Seperti biasa .. komentar unperfect condition keluar dari mulutnya Mr. Van Maghel .. "Sekalian promosi buat dia itu" .. for heaven's sake .. nampaknya nothing in this world is perfect for Mr. Van Maghel kecuali dirinya sendiri [jangan-jangan sebenarnya dia adalah anak kandung dari salah satu God Yunani .. Narciscus] ...
Selepas itu tiba-tiba satu pertanyaan muncul dari mulut Mr. Van Maghel yang kemudian merubah mood saya dan keep thinking what I am doing wrong .. pertanyaan itu ditujukan tidak pada saya .. saya diminta untuk menanyakan itu kepada pemilik toko .. sebuah pertanyaan simple sebenarnya namun membuat saya terungkit akan luka lama .. terungkit akan omongan beberapa orang ..
"Tanya coba ama dia, does he miss Trina ?" ...
I was stunned with that question, he asked me to ask the owner whether the owner of florist is missing her or not .. I refused untuk bertanya itu dan lebih banyak diam. Seharusnya mereka semua sadar bahwa sebagai manusia seutuhnya, sangatlah tidak disuka jika dibanding-bandingkan. I didn't say a lot I just said that whether like it or not .. this is my era .. I do like what I should do ..
BAWEL
Mungkin karena dianggap sebagai protes yang tidak relevan makanya saya dibilang bawel. Mr. Van Maghel said that I am over-sensitive. For me, I have my own reason untuk tidak suka dibandingkan with that so-called ex Miss Personal Secretary. She's been working with three Ambassadors before tapi tidak berarti dia tau segalanya dan dia yang terbaik, bukan ? banyak hal diatas kerja ternyata tidak menjamin kebenarannya ketika ada dalam dunia praktek.
Saya tahu saya bawel tapi terkadang orang tidak pernah mau mendengar [which is not fair for me] .. seandainya mereka mau mendengar lebih jauh kebawelan saya ataupun perkataan saya disimak lebih baik, they will know that that is the sign of my care and love to them .. tapi ya sudahlah, saya tidak berhak untuk menuntut.
Tadi malam gara-gara kebawelan saya akhirnya minuman dingin saya menjadi korban becandaan yang sangat tidak berkelas dan tidak punya taste ... saya coba untuk memendam rasa amarah dan kecewa saya dan saya berusaha untuk menjadi manusia yang lebih baik lagi.
Care to have softdrink, anyone ?
Monday, February 14, 2005
THE SONG ..
MASIH ADA
rasa cinta yang dulu t'lah hilang
kini bersemi kembali
t'lah kau coba lupakan dirinya hapus cerita lalu
dan lihatlah dirimu bagai bunga di musim semi
dan kau senyum, menatap indahnya dunia
yang seiring menyambut
jawaban s'gala gundahmu
walau badai menghadang
ingatlah ku kan s'lalu setia menjagamu
berdua kita lewati jalan yang berliku tajam
setiap waktu, wajahmu yang dulu
s'lalu manjakan daku
telah lama kunanti dirimu
sungguh ku kan berlabuh
cahya hatiku, yakinlah kekal abadi selamanya
seperti bintang, dan sinarnya terangi
s'luruh ruang dijiwa
membawa kedamaian
resah yang kau rasakan
kan jadi bagian hidupku bersamamu
tentang segala lara dipundakku ini ...
rasa cinta yang dulu t'lah hilang
kini bersemi kembali
t'lah kau coba lupakan dirinya hapus cerita lalu
dan lihatlah dirimu bagai bunga di musim semi
dan kau senyum, menatap indahnya dunia
yang seiring menyambut
jawaban s'gala gundahmu
walau badai menghadang
ingatlah ku kan s'lalu setia menjagamu
berdua kita lewati jalan yang berliku tajam
setiap waktu, wajahmu yang dulu
s'lalu manjakan daku
telah lama kunanti dirimu
sungguh ku kan berlabuh
cahya hatiku, yakinlah kekal abadi selamanya
seperti bintang, dan sinarnya terangi
s'luruh ruang dijiwa
membawa kedamaian
resah yang kau rasakan
kan jadi bagian hidupku bersamamu
tentang segala lara dipundakku ini ...
VALENTINE, SENIN, BIASA
VALENTIN, SENIN, BIASA
Hari ini tanggal 14 Februari, nampaknya merupakan hari yang cukup dinanti oleh sebagian besar umat manusia [baca: anak-anak muda] karena menurut sahibul hikayat, konon hari ini adalah hari kasih sayang, hari dimana kita mengungkapkan sejuta perasaan indah yang kita punya untuk pasangan kita.
Hmm .. cukup menarik fenomena tersebut, namun adakalanya kita lupa bahwa dalam satu relationship itu tidak hanya perasaan indah saja tapi perasaan-perasaan lain pun berperan serta dan mengambil andil yang cukup banyak. Sudahkah kita pertimbangkan hal itu juga ?
Saya lupa bagaimana awal muasalnya sehingga 14 Februari selalu diperingati sebagai Hari Kasih Sayang atau Valentine's Day .. [I guess I should ask Jozef; Handewi's friend - who loves cerita-cerita mitologi dari tanah Yunani] .. Hari ini tampak seperti Lebarannya Anak Muda [can I say that ? .. yes of course I can since this is my own blog .. hihihi] .. semua tempat berlomba-lomba membuat satu acara yang menarik yang sekiranya laku dijual ... sampai saat ini saya sudah mendapatkan kurang lebih lima undangan [mungkin karena posisi pekerjaan kali yaa sehingga mereka mengirimkan undangan kepada saya .. ] namun tak ada keinginan untuk hadir di salah satu acara tersebut .. entah mungkin karena pikiran saya masih dipenuhi oleh rutinitas hari Senin atau mungkin karena saya anggap hari ini adalah just an ordinary saja .. atau mungkin karena saya tidak punya pasangan untuk pergi ? .. [iiihh .. pathetic, rite ?]
Tanggal 14 Februari tahun ini yang jatuh tepat di hari Senin, tidak memberikan warna berbeda dengan hari-hari yang lain. Saya tetap dengan rutinitas hari Senin, dimana harus men-check ulang semua file yang masuk di hari Jumat malam, Sabtu dan Minggu .. [maklumlah yang namanya kawat kan tidak mengenal hari], kembali packing-mempacking, bikin kartu ucapan untuk Kedutaan Korea Utara, telpon protokol Ministry of Foreign Affairs, organizing gathering ASEAN Personal Secretaries for month of February, filing .. filing dan filing .. check petty cash .. . See .. semua adalah rutinitas biasa yang memang dilakukan setiap hari Senin .. benar-benar suatu hari yang biasa ..
Tanggal 14 Februari ini adalah hari Senin, hari kerja dan hari BIASA, bukan tanggal merah, bukan pula hari libur setengah hari atau what-soever.
Jadi kalau misalnya nanti malam ada yang mengajak saya pergi .. I should ask first .. dalam rangka apakah perginya ? ... Valentine ? .. Business atau ordinary going out ? ..
Iyak .. Valentine, Senin dan biasa .. menjadi satu kesatuan yang buat saya .. tidak extra-ordinary namun cukup dimengerti ..
Saya memilih untuk pergi ke Sorya malam ini untuk bertemu Lyna and Sothea .. mau lihat koleksi dvd mereka yang baru saja datang dari KL .. barangkali bisa ada yang dibeli ..
Kira-kira ada ndak yaa yang akan kirim saya bunga atau coklat ? anyone ??? ..
Hari ini tanggal 14 Februari, nampaknya merupakan hari yang cukup dinanti oleh sebagian besar umat manusia [baca: anak-anak muda] karena menurut sahibul hikayat, konon hari ini adalah hari kasih sayang, hari dimana kita mengungkapkan sejuta perasaan indah yang kita punya untuk pasangan kita.
Hmm .. cukup menarik fenomena tersebut, namun adakalanya kita lupa bahwa dalam satu relationship itu tidak hanya perasaan indah saja tapi perasaan-perasaan lain pun berperan serta dan mengambil andil yang cukup banyak. Sudahkah kita pertimbangkan hal itu juga ?
Saya lupa bagaimana awal muasalnya sehingga 14 Februari selalu diperingati sebagai Hari Kasih Sayang atau Valentine's Day .. [I guess I should ask Jozef; Handewi's friend - who loves cerita-cerita mitologi dari tanah Yunani] .. Hari ini tampak seperti Lebarannya Anak Muda [can I say that ? .. yes of course I can since this is my own blog .. hihihi] .. semua tempat berlomba-lomba membuat satu acara yang menarik yang sekiranya laku dijual ... sampai saat ini saya sudah mendapatkan kurang lebih lima undangan [mungkin karena posisi pekerjaan kali yaa sehingga mereka mengirimkan undangan kepada saya .. ] namun tak ada keinginan untuk hadir di salah satu acara tersebut .. entah mungkin karena pikiran saya masih dipenuhi oleh rutinitas hari Senin atau mungkin karena saya anggap hari ini adalah just an ordinary saja .. atau mungkin karena saya tidak punya pasangan untuk pergi ? .. [iiihh .. pathetic, rite ?]
Tanggal 14 Februari tahun ini yang jatuh tepat di hari Senin, tidak memberikan warna berbeda dengan hari-hari yang lain. Saya tetap dengan rutinitas hari Senin, dimana harus men-check ulang semua file yang masuk di hari Jumat malam, Sabtu dan Minggu .. [maklumlah yang namanya kawat kan tidak mengenal hari], kembali packing-mempacking, bikin kartu ucapan untuk Kedutaan Korea Utara, telpon protokol Ministry of Foreign Affairs, organizing gathering ASEAN Personal Secretaries for month of February, filing .. filing dan filing .. check petty cash .. . See .. semua adalah rutinitas biasa yang memang dilakukan setiap hari Senin .. benar-benar suatu hari yang biasa ..
Tanggal 14 Februari ini adalah hari Senin, hari kerja dan hari BIASA, bukan tanggal merah, bukan pula hari libur setengah hari atau what-soever.
Jadi kalau misalnya nanti malam ada yang mengajak saya pergi .. I should ask first .. dalam rangka apakah perginya ? ... Valentine ? .. Business atau ordinary going out ? ..
Iyak .. Valentine, Senin dan biasa .. menjadi satu kesatuan yang buat saya .. tidak extra-ordinary namun cukup dimengerti ..
Saya memilih untuk pergi ke Sorya malam ini untuk bertemu Lyna and Sothea .. mau lihat koleksi dvd mereka yang baru saja datang dari KL .. barangkali bisa ada yang dibeli ..
Kira-kira ada ndak yaa yang akan kirim saya bunga atau coklat ? anyone ??? ..
Sunday, February 13, 2005
MESSAGE, MASSAGE, MASSEUR
MESSAGE, MASSAGE, MASSEUR
Hari Minggu adalah waktu dimana semua orang bermalas-malasan. Tidak untuk saya. Minggu pagi jam 9 harus sudah berpakaian rapi untuk menyambut tamu Mr. Ambassador. Kedatangan tamu yang cukup ngaret [hampir 20 menit] semakin membuktikan bahwa orang Indonesia dimana pun mereka berada pada umumnya tetap saja sama. Budaya ngaret yang seolah-olah kalau dilepaskan dari kumpulan norma pada satu human being, satu manusia Indonesia seutuhnya, akan membawa gejolak persoalan yang mendasar. Belum lagi masalah protokoler, hebatnya Mr. Guest membuat Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia menunggu hampir 20 menit. Tinggal saya yang panik dan kebat-kebit karena hampir setiap lima menit Mr. Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary melirik pada saya dengan tatapan meminta kepastian sambil mengecam.
Mr. Guests datang tanpa perasaan bersalah dan dengan manisnya menyapa saya yang menyambut di pintu depan. Membawa Mr. Guests kedalam dan memperkenalkannya pada Mr. Ambassador. Tugas pertama selesai.
Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan tapi tidak bagi saya, entah sejak kapan namun saya sangat menikmati pekerjaan menunggu. Jam sebelas lewat beberapa menit Mr. Guests berpamitan dan saya duduk dihadapan Mr. Ambassador untuk mendengarkan point-point hasil dari pembicaraan. Waktu makan siang tiba, I didn't get my lunch, I was so sleepy so I went to my room and decided to watch dvd but instead of doing it, I slept.
Bangun dengan terkejut dan langsung makan. Selesai makan segera meluncur ke kantor karena didawuh untuk itu. Once kata senior officer, jadi sekretaris pribadi itu cuman satu modal utamanya kok .. "sendiko dawuh" .. ehm .. untuk saya memang agak berat namun saya berusaha menjalaninya.
Sampai di kantor, saya segera mengirim pesan kepada the beloved Mr. Van Maghel .. sang kritikus kondang itu, meminta beliau untuk segera datang ke embassy yang baru karena Mr. Ambassador ingin bertemu dan berdiskusi dengannya.
Satu hal yang agak menganggu dari Mr. Van Maghel adalah .. acap kali kirim message ke dia walau pun tidak sering namun kebanyakan agak lama direspons .. cara yang paling efektif tentunya melalui Mrs. Van Maghel yang akan segera menyampaikan pesannya kepada Mr. Van Maghel which I did like that.
Setiap lima menit sekali Mr. Ambassador menanyakan sudah sampai dimanakah Mr. Van Maghel .. dan saya hanya bisa .. ehm .. berbohong sedikit dengan mengatakan sudah dijalan which accordingly to the last news dari sms .. dia masih baru selesai ganti baju and about to leave the house .. *look .. I grin innocently when I said that*
Akhirnya message demi message dikirim ke mobile phone-nya dan akhirnya bertemulah saya, Mr. Ambassador and Mr. Van Maghel di embassy baru.
MASSAGE
During the conversation or I should say the discussion between Mr. Ambassador and Mr. Van Maghel, I made a phone call to my favorite massage place; In-Style Spa. Entah kenapa belakangan ini badan rasanya seperti remuk, mungkin akumulasi dari rasa penat yang tidak pernah dirasa kemudian hari ini dengan manisnya bermain-main dibawah sinar matahari sehingga membuat penat semakin menjadi dan akhirnya memutuskan diri untuk kembali bermanja-manja dengan pelayanan dari In-Style Spa.
Ya! Javanese Traditional Massage adalah obat paling mujarab untuk rasa penat, letih, lesu dan lelah [kok jadi iklan ?]. Dengan aroma therapy and oil of God knows what is the name of the oil is .. setelah massage pastinya badan ini rasanya segar dan kantuk yang hebat menyerang.
Selama pembicaraan dari ruangan ke ruangan, I followed with only a half thought while my other thought was going to the spa. Damn!
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat empatpuluh lima menit dan setelah dengan sedikit gesture / body language, akhirnya pembicaraan ruangan kantor baru tuntas sudah. I was so happy and just couldn't wait any longer to go to the spa, knowing that it will close at nine.
Sementara Mr. Van Maghel masih mengajak bicara beberapa saat and when he saw me calling, he thought that I might go to my favorite shopping center, Sorya. I took the same road on my way to go to spa with Mr. Van Maghel.
Where do you think I am going, Mr. Van Maghel ? .. figure it out ..
MASSEUR
Saya tiba di spa pukul delapan kurang lima menit. Menurut info dari Mr. Masseur yang biasa memassage saya, spa tutup jam 9, it means I have at least one hour untuk massage. I met Mrs. Owner di spa dan saya tanya apakah ada kemungkinan saya bisa dapat massage selama dua jam ? .. dan ternyata bisa .. GREAT .. !!! membayangkan dua jam dapat tidur dengan nyenyak .. [anytime I got my massage, I always sleep and snore .. hahaha].
Mr. Masseur adalah seorang anak muda, a Cambodian yang orangnya pendiam sekali dan sangat sabar dalam melayani. Dari pertama saya ke spa ini sampai dengan saat sekarang, saya belum pernah berganti orang. That's also my habit ditempat potong rambut. I always have a regular person yang menangani potong dan cuci rambut. Bukan apa-apa .. kebiasaan itu sudah terbawa sejak di Jakarta, karena dengan memaintain memakai satu orang, kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dan terlelaplah saya terbuai oleh musik relaksasi yang diambil dari kliningan Jawa ... Seandainya oh seandainya saya bisa massage setiap hari ... I won't mind to do it .. tapi sayangnya Mr. Pocket yang agak keberatan ..
Jadi ingat masa-masa mencari tukang pijat keliling yang cocok .. back then in Jakarta ..
Hari Minggu adalah waktu dimana semua orang bermalas-malasan. Tidak untuk saya. Minggu pagi jam 9 harus sudah berpakaian rapi untuk menyambut tamu Mr. Ambassador. Kedatangan tamu yang cukup ngaret [hampir 20 menit] semakin membuktikan bahwa orang Indonesia dimana pun mereka berada pada umumnya tetap saja sama. Budaya ngaret yang seolah-olah kalau dilepaskan dari kumpulan norma pada satu human being, satu manusia Indonesia seutuhnya, akan membawa gejolak persoalan yang mendasar. Belum lagi masalah protokoler, hebatnya Mr. Guest membuat Duta Besar Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Republik Indonesia menunggu hampir 20 menit. Tinggal saya yang panik dan kebat-kebit karena hampir setiap lima menit Mr. Ambassador Extraordinary and Plenipotentiary melirik pada saya dengan tatapan meminta kepastian sambil mengecam.
Mr. Guests datang tanpa perasaan bersalah dan dengan manisnya menyapa saya yang menyambut di pintu depan. Membawa Mr. Guests kedalam dan memperkenalkannya pada Mr. Ambassador. Tugas pertama selesai.
Menunggu adalah pekerjaan yang paling membosankan tapi tidak bagi saya, entah sejak kapan namun saya sangat menikmati pekerjaan menunggu. Jam sebelas lewat beberapa menit Mr. Guests berpamitan dan saya duduk dihadapan Mr. Ambassador untuk mendengarkan point-point hasil dari pembicaraan. Waktu makan siang tiba, I didn't get my lunch, I was so sleepy so I went to my room and decided to watch dvd but instead of doing it, I slept.
Bangun dengan terkejut dan langsung makan. Selesai makan segera meluncur ke kantor karena didawuh untuk itu. Once kata senior officer, jadi sekretaris pribadi itu cuman satu modal utamanya kok .. "sendiko dawuh" .. ehm .. untuk saya memang agak berat namun saya berusaha menjalaninya.
Sampai di kantor, saya segera mengirim pesan kepada the beloved Mr. Van Maghel .. sang kritikus kondang itu, meminta beliau untuk segera datang ke embassy yang baru karena Mr. Ambassador ingin bertemu dan berdiskusi dengannya.
Satu hal yang agak menganggu dari Mr. Van Maghel adalah .. acap kali kirim message ke dia walau pun tidak sering namun kebanyakan agak lama direspons .. cara yang paling efektif tentunya melalui Mrs. Van Maghel yang akan segera menyampaikan pesannya kepada Mr. Van Maghel which I did like that.
Setiap lima menit sekali Mr. Ambassador menanyakan sudah sampai dimanakah Mr. Van Maghel .. dan saya hanya bisa .. ehm .. berbohong sedikit dengan mengatakan sudah dijalan which accordingly to the last news dari sms .. dia masih baru selesai ganti baju and about to leave the house .. *look .. I grin innocently when I said that*
Akhirnya message demi message dikirim ke mobile phone-nya dan akhirnya bertemulah saya, Mr. Ambassador and Mr. Van Maghel di embassy baru.
MASSAGE
During the conversation or I should say the discussion between Mr. Ambassador and Mr. Van Maghel, I made a phone call to my favorite massage place; In-Style Spa. Entah kenapa belakangan ini badan rasanya seperti remuk, mungkin akumulasi dari rasa penat yang tidak pernah dirasa kemudian hari ini dengan manisnya bermain-main dibawah sinar matahari sehingga membuat penat semakin menjadi dan akhirnya memutuskan diri untuk kembali bermanja-manja dengan pelayanan dari In-Style Spa.
Ya! Javanese Traditional Massage adalah obat paling mujarab untuk rasa penat, letih, lesu dan lelah [kok jadi iklan ?]. Dengan aroma therapy and oil of God knows what is the name of the oil is .. setelah massage pastinya badan ini rasanya segar dan kantuk yang hebat menyerang.
Selama pembicaraan dari ruangan ke ruangan, I followed with only a half thought while my other thought was going to the spa. Damn!
Jam sudah menunjukkan pukul tujuh lewat empatpuluh lima menit dan setelah dengan sedikit gesture / body language, akhirnya pembicaraan ruangan kantor baru tuntas sudah. I was so happy and just couldn't wait any longer to go to the spa, knowing that it will close at nine.
Sementara Mr. Van Maghel masih mengajak bicara beberapa saat and when he saw me calling, he thought that I might go to my favorite shopping center, Sorya. I took the same road on my way to go to spa with Mr. Van Maghel.
Where do you think I am going, Mr. Van Maghel ? .. figure it out ..
MASSEUR
Saya tiba di spa pukul delapan kurang lima menit. Menurut info dari Mr. Masseur yang biasa memassage saya, spa tutup jam 9, it means I have at least one hour untuk massage. I met Mrs. Owner di spa dan saya tanya apakah ada kemungkinan saya bisa dapat massage selama dua jam ? .. dan ternyata bisa .. GREAT .. !!! membayangkan dua jam dapat tidur dengan nyenyak .. [anytime I got my massage, I always sleep and snore .. hahaha].
Mr. Masseur adalah seorang anak muda, a Cambodian yang orangnya pendiam sekali dan sangat sabar dalam melayani. Dari pertama saya ke spa ini sampai dengan saat sekarang, saya belum pernah berganti orang. That's also my habit ditempat potong rambut. I always have a regular person yang menangani potong dan cuci rambut. Bukan apa-apa .. kebiasaan itu sudah terbawa sejak di Jakarta, karena dengan memaintain memakai satu orang, kita akan mendapatkan hasil yang memuaskan.
Dan terlelaplah saya terbuai oleh musik relaksasi yang diambil dari kliningan Jawa ... Seandainya oh seandainya saya bisa massage setiap hari ... I won't mind to do it .. tapi sayangnya Mr. Pocket yang agak keberatan ..
Jadi ingat masa-masa mencari tukang pijat keliling yang cocok .. back then in Jakarta ..
Saturday, February 12, 2005
NEW EMBASSY, IN-STYLE, MARTINI
NEW EMBASSY, IN-STYLE, MARTINI
New Embassy
Seperti yang sudah dibilang yang lalu-lalu, acap kali dapat kerjaan baru yang permanen, acap kali itu pula selalu harus involve dengan tim pindahan. Seperti juga sekarang, setelah bertahun-tahun menempati salah satu gedung tua di bilangan Norodom Boulevard, akhirnya akhir bulan ini Kedutaan Besar Republik Indonesia di Phnom Penh, Kerajaan Kamboja, harus pindah ke tempat yang lebih memadai, tempat yang lebih that so-called representative .. tempat yang lebih luas, nyaman dan menyenangkan tentunya. Setelah proses pencarian lokasi kedutaan yang tidak mudah, akhirnya diputuskan untuk pindah tetap di bilangan Norodom Boulevard hanya letaknya agak lebih jauh dari Wisma Indonesia [embassy yang lama lokasinya berhadap-hadapan dengan Wisma Indonesia].
Hari Sabtu kemarin merupakan hari kerja bakti nasional di kalangan KBRI Phnom Penh, semua turun berjibaku mengurus barang-barang dan file-nya masing-masing. I came a little bit late, kurang lebih sekitar pukul sepuluh kurang. We supposed to come at around nine .. ternyata walaupun sudah terlambat, saya tetap yang pertama datang, sambil menunggu yang lain datang, I kept packing all things yang sekiranya bisa dibawa. Hal yang saya benci dari proses packing ini adalah pemilihan mana yang harus disimpan dan mana yang harus dibuang, which for me semuanya harus disimpan, maklumlah kalo udah urusan file saya agak sedikit paranoid.
Alhasil dari semua yang packing, nampaknya barang saya merupakan yang paling banyak. Setelah semua barang diangkut ke gedung KBRI yang baru, maka dengan Blacky [my motor] saya menyusuri jalan raya Norodom pada tengah hari bolong tepat pukul duabelas [saat ini matahari di Phnom Penh lagi cantik-cantiknya membakar]. Penataan ruangan seperti biasanya, walaupun bukan expertise saya namun at least saya punya sedikit sense of interior design .. ahahaha, setelah mengatur ruangan milik Mr. Ambassador dan ruangan saya, I decided to go home, tentunya setelah makan siang dan ngobrol-ngobrol sebentar dengan Mr. Dearest dan yang lain. Ternyata sudah saya yang datang pertama pada pagi hari .. it happened saya adalah orang yang terakhir pulang. Cukup teladan bukan ?
In-Style
Pekerjaan seharian yang membutuhkan otot tinimbang otak ini, membuat badan penat, pegal yang ngga karuan dan juga peluh yang terus bercucuran. After finish from moving's problem dan semua hal terkaitnya, akhirnya saya memutuskan untuk memanjakan diri sebentar saja.
I went to In-Style, sebuah Indonesian spa yang dikelola dengan sangat baik oleh salah seorang orang Indonesia yang tinggal di Phnom Penh, untuk memanjakan tubuh. I went to have massage dan tanpa terasa dua jam dipijat membuat diri tidur dan tanpa malu-malu mengeluarkan suara snoring yang cukup jelas. GOD .. No .. !! .. kalau yang bilang begitu adalah yang mijat saya, sang masseur, tidak apa-apa .. tapi yang bilang adalah yang punya spa .. *glek ... kalo dia bisa dengar .. apa lagi yang lain ? ..* ...
Dan yang paling mengasyikkan, it really completed my day .. adalah meeting untuk acara Indonesian Trade and Services Expo 2005 ... gooossshhh ... kenapakah mengambil waktunya tepat di malam minggu yang sedang indah-indahnya ini ?
Meeting mengambil tempat di In-Style since owner of diz spa adalah salah satu member dari kepanitiaan juga. Dengan hasil meeting yang cukup cepat, lancar dan dinamis .. ditambah tentunya dengan omongan - omongan dan perdebatan - perdebatan, dicapailah satu kesimpulan untuk mengirimkan Letter Of Offer Sponsorship.
Meeting ini sebenarnya cukup berlarut-larut namun dengan kesabaran dan kesadaran penuh kita semua mengikuti alurnya lari kemana dalam meeting tersebut. Selepas meeting, kita masih berbincang sejenak sebelum kemudian melanjutkan program berikutnya ?
It means another meeting ???
Martini
Begitu mendengar nama itu pasti yang ada dalam pikiran adalah jenis minuman. BINGO !! .. exactly what I thought waktu mendengar nama tersebut. Ternyata di Phnom Penh, Martini adalah salah satu nama restaurant yang cukup terkenal, meskipun letaknya tidak tepat di pinggir jalan atau dikawasan per-café-an.
Martini adalah tempat makan dari berbagai khalayak tetapi kebanyakan yang datang kesana adalah orang-orang asing, para expat. Mereka tentunya selain makan, minum, main bilyard ataupun berdisko [the place is kind of one stop entertainment] .. ehm .. juga mencari .. ehm .. ya you know-lah .. those kind of things .. ehm .. ya itu dech pokoknya.
Menurut cerita Tante Gaul Cambodia ini, dari dulu sampai sekarang Martini adalah [astaghfirullah .. ] tempat mencari pasangan untuk maksiat .. [that's exactly yang diinformasikan oleh Tante Gaul itu kepada saya] .. baik untuk pasangan lain jenis ataupun sejenis .. namun dominasi dari para penjaja .. ehm .. itu adalah kebanyakan wanita. Mulai dari yang Broiler, Blasteran sampai Lokal ... semua ada ...
Selesai santap malam saya mencoba untuk mengunjungi that so-called DISCOTHEQUE .. dan ternyata tidak beda jauh dengan disco-disco yang saya temui di bilangan Kota di Jakarta. It's just full with those "ladies" and para bule-bule .. dan asap rokok dan asap dry ice dan musik yang tidak jelas jenisnya dan ini dan itu dan demikian ..
Kalau ditanya mau kesitu lagi untuk kedua kalinya .. well, I don't mind asal jangan sendirian saja. For me, so far the best place in Phnom Penh for clubbing is still the one that I used to come ..
Heart of Darkness anyone ??? .. let's go dance .... ".. You can jive .. you can dance ... having the time of your life ... "...
New Embassy
Seperti yang sudah dibilang yang lalu-lalu, acap kali dapat kerjaan baru yang permanen, acap kali itu pula selalu harus involve dengan tim pindahan. Seperti juga sekarang, setelah bertahun-tahun menempati salah satu gedung tua di bilangan Norodom Boulevard, akhirnya akhir bulan ini Kedutaan Besar Republik Indonesia di Phnom Penh, Kerajaan Kamboja, harus pindah ke tempat yang lebih memadai, tempat yang lebih that so-called representative .. tempat yang lebih luas, nyaman dan menyenangkan tentunya. Setelah proses pencarian lokasi kedutaan yang tidak mudah, akhirnya diputuskan untuk pindah tetap di bilangan Norodom Boulevard hanya letaknya agak lebih jauh dari Wisma Indonesia [embassy yang lama lokasinya berhadap-hadapan dengan Wisma Indonesia].
Hari Sabtu kemarin merupakan hari kerja bakti nasional di kalangan KBRI Phnom Penh, semua turun berjibaku mengurus barang-barang dan file-nya masing-masing. I came a little bit late, kurang lebih sekitar pukul sepuluh kurang. We supposed to come at around nine .. ternyata walaupun sudah terlambat, saya tetap yang pertama datang, sambil menunggu yang lain datang, I kept packing all things yang sekiranya bisa dibawa. Hal yang saya benci dari proses packing ini adalah pemilihan mana yang harus disimpan dan mana yang harus dibuang, which for me semuanya harus disimpan, maklumlah kalo udah urusan file saya agak sedikit paranoid.
Alhasil dari semua yang packing, nampaknya barang saya merupakan yang paling banyak. Setelah semua barang diangkut ke gedung KBRI yang baru, maka dengan Blacky [my motor] saya menyusuri jalan raya Norodom pada tengah hari bolong tepat pukul duabelas [saat ini matahari di Phnom Penh lagi cantik-cantiknya membakar]. Penataan ruangan seperti biasanya, walaupun bukan expertise saya namun at least saya punya sedikit sense of interior design .. ahahaha, setelah mengatur ruangan milik Mr. Ambassador dan ruangan saya, I decided to go home, tentunya setelah makan siang dan ngobrol-ngobrol sebentar dengan Mr. Dearest dan yang lain. Ternyata sudah saya yang datang pertama pada pagi hari .. it happened saya adalah orang yang terakhir pulang. Cukup teladan bukan ?
In-Style
Pekerjaan seharian yang membutuhkan otot tinimbang otak ini, membuat badan penat, pegal yang ngga karuan dan juga peluh yang terus bercucuran. After finish from moving's problem dan semua hal terkaitnya, akhirnya saya memutuskan untuk memanjakan diri sebentar saja.
I went to In-Style, sebuah Indonesian spa yang dikelola dengan sangat baik oleh salah seorang orang Indonesia yang tinggal di Phnom Penh, untuk memanjakan tubuh. I went to have massage dan tanpa terasa dua jam dipijat membuat diri tidur dan tanpa malu-malu mengeluarkan suara snoring yang cukup jelas. GOD .. No .. !! .. kalau yang bilang begitu adalah yang mijat saya, sang masseur, tidak apa-apa .. tapi yang bilang adalah yang punya spa .. *glek ... kalo dia bisa dengar .. apa lagi yang lain ? ..* ...
Dan yang paling mengasyikkan, it really completed my day .. adalah meeting untuk acara Indonesian Trade and Services Expo 2005 ... gooossshhh ... kenapakah mengambil waktunya tepat di malam minggu yang sedang indah-indahnya ini ?
Meeting mengambil tempat di In-Style since owner of diz spa adalah salah satu member dari kepanitiaan juga. Dengan hasil meeting yang cukup cepat, lancar dan dinamis .. ditambah tentunya dengan omongan - omongan dan perdebatan - perdebatan, dicapailah satu kesimpulan untuk mengirimkan Letter Of Offer Sponsorship.
Meeting ini sebenarnya cukup berlarut-larut namun dengan kesabaran dan kesadaran penuh kita semua mengikuti alurnya lari kemana dalam meeting tersebut. Selepas meeting, kita masih berbincang sejenak sebelum kemudian melanjutkan program berikutnya ?
It means another meeting ???
Martini
Begitu mendengar nama itu pasti yang ada dalam pikiran adalah jenis minuman. BINGO !! .. exactly what I thought waktu mendengar nama tersebut. Ternyata di Phnom Penh, Martini adalah salah satu nama restaurant yang cukup terkenal, meskipun letaknya tidak tepat di pinggir jalan atau dikawasan per-café-an.
Martini adalah tempat makan dari berbagai khalayak tetapi kebanyakan yang datang kesana adalah orang-orang asing, para expat. Mereka tentunya selain makan, minum, main bilyard ataupun berdisko [the place is kind of one stop entertainment] .. ehm .. juga mencari .. ehm .. ya you know-lah .. those kind of things .. ehm .. ya itu dech pokoknya.
Menurut cerita Tante Gaul Cambodia ini, dari dulu sampai sekarang Martini adalah [astaghfirullah .. ] tempat mencari pasangan untuk maksiat .. [that's exactly yang diinformasikan oleh Tante Gaul itu kepada saya] .. baik untuk pasangan lain jenis ataupun sejenis .. namun dominasi dari para penjaja .. ehm .. itu adalah kebanyakan wanita. Mulai dari yang Broiler, Blasteran sampai Lokal ... semua ada ...
Selesai santap malam saya mencoba untuk mengunjungi that so-called DISCOTHEQUE .. dan ternyata tidak beda jauh dengan disco-disco yang saya temui di bilangan Kota di Jakarta. It's just full with those "ladies" and para bule-bule .. dan asap rokok dan asap dry ice dan musik yang tidak jelas jenisnya dan ini dan itu dan demikian ..
Kalau ditanya mau kesitu lagi untuk kedua kalinya .. well, I don't mind asal jangan sendirian saja. For me, so far the best place in Phnom Penh for clubbing is still the one that I used to come ..
Heart of Darkness anyone ??? .. let's go dance .... ".. You can jive .. you can dance ... having the time of your life ... "...
Friday, February 11, 2005
SURAT BUAT ÉCHA
SURAT BUAT ÉCHA
My dear loveable Écha,
Setelah lima purnama kujelang dan akhirnya kutemui kembali dirimu. Seribu tanya berkecamuk seperti buih-buih yang selalu menghempas hamparan pasir putih pada pantai kesepian dan kemudian hilang tak berbekas. Tak kuasa diri berucap, tak kuasa diri untuk berkata, menjalin rangkaian aksara dalam satu untaian kata-kata merajut kalimat-kalimat bermakna.
Entahlah, acap kali kubersanding denganmu, acap kali kubersamamu, kebodohan seolah meraja diraja dalam otak tua dan tak guna ini. Bahkan untuk satu kata tanya akan kabarmu pun begitu sulit terucap lancar keluar dari diriku. Kini ijinkan aku untuk mengatakan semuanya, untuk menuntaskan semuanya, semua rasa dalam hati, semua asa dalam diri. Aku tak lagi ambil perduli akan tawamu yang mungkin kan melecehkan sejuta kataku ini, adalah kepuasan diri yang kuharap dariku ketika kutuntas berucap semuanya.
Ah .. seperti benang kusut .. kalimatku berulang dan kataku terngiang ...
Tahukah kau bahwa dirimu adalah pancaran semangat kehidupanku, asa tempatku melabuhkan setiap detik kerinduanku akan tanah air, tempat keyakinanku bahwa satu saat nanti aku akan kembali menatap wajahmu dalam nyata dan mengecup dahimu untuk tunjukkan sepenggal tanda sayang ?
Tahukah kau bahwa aku mencintaimu secara diam-diam dan kemudian aku mengikrarkannya pada hembusan angin malam ditepian sungai, bahwa aku mencintaimu dulu, sekarang dan kemudian, bahwa aku ingin sekali saja berada dalam dekap hangatmu dan mendengarkan nada lembutmu mengatakan bahwa semua akan berlalu dengan baik dan semua akan berjalan sesuai akan asa kita bersama ?
Tahukah kau bahwa aku menyayangimu sungguh, bahwa aku ingin menapaki tepian sepenggalah pada penghujung lembayung senja seraya bergandeng tangan dan tersenyum, menatap kedepan dengan penuh kepastian, merajut sejuta mimpi menjadi nyata. perlahan namun pasti .. meraih asa pada tanah perdikan diujung pelangi emas .. ?
Tahukah kau ?
Kecintaanku,
Ketika hari berganti dan waktu berlalu, ketika kita harus berpisah untuk kemudian meniti jalan masing-masing, kutinggalkan sepenggal hati untuk mendampingi setiap langkahmu dan setiap desah napasmu, adakah kau rasakan itu ?
Aku tak kuasa untuk melihatmu dalam dera nestapa derita semata, kuingin membuatmu bahagia, kuingin membuatmu hidup dalam dunia bergelimang permata biduri kebahagiaan, dalam kancah jiwa batin meriakan lagu suka. Adakah kau rasakan itu ?
Cinta,
Biarkan aku mencintaimu secara sederhana jika memang itu tak membuatmu luka, jika memang itu tak membuatmu menderita, jika memang itu bisa membuatmu tertawa lepas, tersenyum senang dalam pancaran sinar mata jenaka bahagia ..
Biarkan aku menyayangimu sepenuh hati segenap jiwa, biarkan aku merasa ada dalam rumah acap kali kurasakan kuingat dekapan hangatmu pada malam buta, pada dinihari jelang tidur ..
I love you.
My dear loveable Écha,
Setelah lima purnama kujelang dan akhirnya kutemui kembali dirimu. Seribu tanya berkecamuk seperti buih-buih yang selalu menghempas hamparan pasir putih pada pantai kesepian dan kemudian hilang tak berbekas. Tak kuasa diri berucap, tak kuasa diri untuk berkata, menjalin rangkaian aksara dalam satu untaian kata-kata merajut kalimat-kalimat bermakna.
Entahlah, acap kali kubersanding denganmu, acap kali kubersamamu, kebodohan seolah meraja diraja dalam otak tua dan tak guna ini. Bahkan untuk satu kata tanya akan kabarmu pun begitu sulit terucap lancar keluar dari diriku. Kini ijinkan aku untuk mengatakan semuanya, untuk menuntaskan semuanya, semua rasa dalam hati, semua asa dalam diri. Aku tak lagi ambil perduli akan tawamu yang mungkin kan melecehkan sejuta kataku ini, adalah kepuasan diri yang kuharap dariku ketika kutuntas berucap semuanya.
Ah .. seperti benang kusut .. kalimatku berulang dan kataku terngiang ...
Tahukah kau bahwa dirimu adalah pancaran semangat kehidupanku, asa tempatku melabuhkan setiap detik kerinduanku akan tanah air, tempat keyakinanku bahwa satu saat nanti aku akan kembali menatap wajahmu dalam nyata dan mengecup dahimu untuk tunjukkan sepenggal tanda sayang ?
Tahukah kau bahwa aku mencintaimu secara diam-diam dan kemudian aku mengikrarkannya pada hembusan angin malam ditepian sungai, bahwa aku mencintaimu dulu, sekarang dan kemudian, bahwa aku ingin sekali saja berada dalam dekap hangatmu dan mendengarkan nada lembutmu mengatakan bahwa semua akan berlalu dengan baik dan semua akan berjalan sesuai akan asa kita bersama ?
Tahukah kau bahwa aku menyayangimu sungguh, bahwa aku ingin menapaki tepian sepenggalah pada penghujung lembayung senja seraya bergandeng tangan dan tersenyum, menatap kedepan dengan penuh kepastian, merajut sejuta mimpi menjadi nyata. perlahan namun pasti .. meraih asa pada tanah perdikan diujung pelangi emas .. ?
Tahukah kau ?
Kecintaanku,
Ketika hari berganti dan waktu berlalu, ketika kita harus berpisah untuk kemudian meniti jalan masing-masing, kutinggalkan sepenggal hati untuk mendampingi setiap langkahmu dan setiap desah napasmu, adakah kau rasakan itu ?
Aku tak kuasa untuk melihatmu dalam dera nestapa derita semata, kuingin membuatmu bahagia, kuingin membuatmu hidup dalam dunia bergelimang permata biduri kebahagiaan, dalam kancah jiwa batin meriakan lagu suka. Adakah kau rasakan itu ?
Cinta,
Biarkan aku mencintaimu secara sederhana jika memang itu tak membuatmu luka, jika memang itu tak membuatmu menderita, jika memang itu bisa membuatmu tertawa lepas, tersenyum senang dalam pancaran sinar mata jenaka bahagia ..
Biarkan aku menyayangimu sepenuh hati segenap jiwa, biarkan aku merasa ada dalam rumah acap kali kurasakan kuingat dekapan hangatmu pada malam buta, pada dinihari jelang tidur ..
I love you.
AKIDAH, KAMUS GAUL DAN KRITIK MEMBANGUN
AKIDAH, KAMUS GAUL DAN KRITIK MEMBANGUN
Dalam perjalanan menuju ke Mesjid Toul Thom Pong dari KBRI untuk melaksanakan shalat Jumat, ada sedikit pembicaraan menarik mengenai kata "tintring" .. sebuah kata gaul yang sudah sangat popular di Indonesia khususnya dikalangan para socialité dan social climber. Mr. Van Maghel menanyakan apa arti kata tersebut dan saya menjelaskan, lalu apa yang terjadi ? Seperti biasa Mr. Van Maghel berkomentar tentang perubahan kata yang menurut beliau adalah tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar [baca: EYD] though I already said so bahwasanya kamus gaul Debby Sahertian itu juga sudah diketahui dan disahkan oleh para ahli bahasa Indonesia karena adanya forum terbuka dan diskusi pada saat launching, tetap saja sang Maestro of Everything a.k.a Mr. Van Maghel menyalahkan para pakar bahasa tersebut karena menurutnya tetap tidak sesuai dengan EYD. Goosssh, in this kind of heat and it was in the middle of the way to go to Mosque, I was tempted to say sumthing so mean and sarcastic .. but then .. hei .. he's my bro .. he's my good friend .. what can I do except accepting the way he is. Jadilah saya diam dan tidak berkomentar apa-apa walaupun mungkin di hati sangat dongkol. One thing that I hate from him ... he thinks that he's so perfect and never want to admit that sumtimes he knows nothing .. sumtimes he acts too much and sumtimes he's so damn high in putting the standard .. but back then, may be he has his own reason to do it so.
Panas mentari benar-benar sangat menyengat hari ini. Selesai Shalat Jumat di Masjid Toul Thom Pong, saya bergegas masuk kedalam mobil dan menanti dengan sabar Mr. Van Maghel menyalakan AC. Dalam perjalanan pulang menuju rumah Mr. Van Maghel, terjadilah pembicaraan menarik antara Mr. Van Maghel dan Mr. Jack Busro. Pembicaraan adalah seputar tentang halal dan haram. Terpicu oleh selebaran yang diterima di mesjid mengenai dibukanya lagi satu warung halal buat para muslim di Phnom Penh, maka kami bertiga berlomba-lomba bicara tentang beberapa kafé - kafé yang mulai kembali bermunculan di ibukota Kerajaan Kamboja ini. Sampailah kemudian ketika Mr. Jack Busro mengatakan bahwa salah satu pemilik warung makan Indonesia di Phnom Penh mengklaim bahwa sang pemilik restauran tersebut yang notabene adalah seorang non-muslim menyatakan bahwa masakan yang dijual ditempatnya adalah HALAL. Statement tersebut membuat Mr. Jack Busro agak sedikit naik temperatur darahnya. Mr. Jack Busro mengatakan bahwa sang pemilik tidak mengetahui arti sesungguhnya kata halal bagi umat muslim, bahwa dia hanya sekedar bicara tanpa memperhatikan efeknya, dan lain sebagainya .. dan seterusnya ... Menurut Mr. Jack Busro, hal ini merupakan hal yang prinisipil, hal yang berkait dengan akidah sehingga harus diperjuangkan ... [if I want to be exaggerated .. I can say .. harus diperjuangkan, JIHAD FISABILILLAH dong]. Pada akhir pembicaraan, Mr. Van Maghel hanya bertanya simple saja kepada rekan sejawat sejatinya Mr. Jack Busro .. "Kamu suka makan disitu tidak ?" .. Mr. Jack Busro menjawab bahwa kalaupun dia makan disitu, hanya memakan ikan dan lauk-pauk, tidak menyentuh ayam atau daging karena walaupun itu ayam dan daging sapi tapi mungkin pemotongannya tidak sesuai dengan .. again .. akidah Islam.
AH .. buat saya sich pointnya yang penting kita percaya ... mau itu dipotong sesuai kaidah Islam atau tidak, darimana kita tahu bahwa semua masakan disitu halal ? .. wong yang punya sertifikat halal saja bukan jaminan ..
Tuhan pun saya pikir mengerti kok bahwasanya kita kesulitan mencari sesuatu yang halal di tanahnya Raja Sihamoni ini .. maklumlah mayoritas adalah Budha Theravada.
Tapi diatas itu semua adalah kritik membangun yang sangat spektakular .. yang biasa dikeluarkan oleh Mr. Van Maghel tentunya. Sumhow saya suka agak terperangah dengan kritiknya yang pedas namun tidak membangun ...
Siapkah anda untuk menghadapi kritikan ? menjalani akidah ? dan bicara dengan bahasa gaul ? .. buat saya pribadi .. saya siap menerima kritikan, menjalankan akidah sesuai dengan batas kemampuan nalar dan beli corong denita bahasan gawang = bicara dengan bahasa gaul ..
Yuk néék .. yuuukkkk .....
Dalam perjalanan menuju ke Mesjid Toul Thom Pong dari KBRI untuk melaksanakan shalat Jumat, ada sedikit pembicaraan menarik mengenai kata "tintring" .. sebuah kata gaul yang sudah sangat popular di Indonesia khususnya dikalangan para socialité dan social climber. Mr. Van Maghel menanyakan apa arti kata tersebut dan saya menjelaskan, lalu apa yang terjadi ? Seperti biasa Mr. Van Maghel berkomentar tentang perubahan kata yang menurut beliau adalah tidak sesuai dengan kaidah bahasa Indonesia yang baik dan benar [baca: EYD] though I already said so bahwasanya kamus gaul Debby Sahertian itu juga sudah diketahui dan disahkan oleh para ahli bahasa Indonesia karena adanya forum terbuka dan diskusi pada saat launching, tetap saja sang Maestro of Everything a.k.a Mr. Van Maghel menyalahkan para pakar bahasa tersebut karena menurutnya tetap tidak sesuai dengan EYD. Goosssh, in this kind of heat and it was in the middle of the way to go to Mosque, I was tempted to say sumthing so mean and sarcastic .. but then .. hei .. he's my bro .. he's my good friend .. what can I do except accepting the way he is. Jadilah saya diam dan tidak berkomentar apa-apa walaupun mungkin di hati sangat dongkol. One thing that I hate from him ... he thinks that he's so perfect and never want to admit that sumtimes he knows nothing .. sumtimes he acts too much and sumtimes he's so damn high in putting the standard .. but back then, may be he has his own reason to do it so.
Panas mentari benar-benar sangat menyengat hari ini. Selesai Shalat Jumat di Masjid Toul Thom Pong, saya bergegas masuk kedalam mobil dan menanti dengan sabar Mr. Van Maghel menyalakan AC. Dalam perjalanan pulang menuju rumah Mr. Van Maghel, terjadilah pembicaraan menarik antara Mr. Van Maghel dan Mr. Jack Busro. Pembicaraan adalah seputar tentang halal dan haram. Terpicu oleh selebaran yang diterima di mesjid mengenai dibukanya lagi satu warung halal buat para muslim di Phnom Penh, maka kami bertiga berlomba-lomba bicara tentang beberapa kafé - kafé yang mulai kembali bermunculan di ibukota Kerajaan Kamboja ini. Sampailah kemudian ketika Mr. Jack Busro mengatakan bahwa salah satu pemilik warung makan Indonesia di Phnom Penh mengklaim bahwa sang pemilik restauran tersebut yang notabene adalah seorang non-muslim menyatakan bahwa masakan yang dijual ditempatnya adalah HALAL. Statement tersebut membuat Mr. Jack Busro agak sedikit naik temperatur darahnya. Mr. Jack Busro mengatakan bahwa sang pemilik tidak mengetahui arti sesungguhnya kata halal bagi umat muslim, bahwa dia hanya sekedar bicara tanpa memperhatikan efeknya, dan lain sebagainya .. dan seterusnya ... Menurut Mr. Jack Busro, hal ini merupakan hal yang prinisipil, hal yang berkait dengan akidah sehingga harus diperjuangkan ... [if I want to be exaggerated .. I can say .. harus diperjuangkan, JIHAD FISABILILLAH dong]. Pada akhir pembicaraan, Mr. Van Maghel hanya bertanya simple saja kepada rekan sejawat sejatinya Mr. Jack Busro .. "Kamu suka makan disitu tidak ?" .. Mr. Jack Busro menjawab bahwa kalaupun dia makan disitu, hanya memakan ikan dan lauk-pauk, tidak menyentuh ayam atau daging karena walaupun itu ayam dan daging sapi tapi mungkin pemotongannya tidak sesuai dengan .. again .. akidah Islam.
AH .. buat saya sich pointnya yang penting kita percaya ... mau itu dipotong sesuai kaidah Islam atau tidak, darimana kita tahu bahwa semua masakan disitu halal ? .. wong yang punya sertifikat halal saja bukan jaminan ..
Tuhan pun saya pikir mengerti kok bahwasanya kita kesulitan mencari sesuatu yang halal di tanahnya Raja Sihamoni ini .. maklumlah mayoritas adalah Budha Theravada.
Tapi diatas itu semua adalah kritik membangun yang sangat spektakular .. yang biasa dikeluarkan oleh Mr. Van Maghel tentunya. Sumhow saya suka agak terperangah dengan kritiknya yang pedas namun tidak membangun ...
Siapkah anda untuk menghadapi kritikan ? menjalani akidah ? dan bicara dengan bahasa gaul ? .. buat saya pribadi .. saya siap menerima kritikan, menjalankan akidah sesuai dengan batas kemampuan nalar dan beli corong denita bahasan gawang = bicara dengan bahasa gaul ..
Yuk néék .. yuuukkkk .....
KUNCI, GINKGO DAN AGENDA
Pagi ini rasanya masih ingin terus ada di tempat tidur. Kondisi kamar gelap, ac menyala dan selimut hangat. Begitu sang weker berbunyi .. rasanya penyiksaan seumur hidup kembali terulang setiap pagi.
Semenjak beberapa hari lalu saya mencoba untuk meminum GINKGO, satu obat yang dianjurkan oleh rekan saya agar saya tidak pelupa ataupun tidak merasa lambat dalam berpikir. Then I went to a pharmacy and bought this GINKGO's thing. A medicine that can stimulate the brain ...
Sudah tiga hari menjelang semenjak saya minum obat itu dan nampaknya sampai sekarang belum ada efek apa-apanya. Buktinya, pagi tadi saya panik karena tidak bisa menemukan kunci kantor, kalau kunci untuk masuk ruangan I can ask from the office girl or Mr. Ambassador's driver tapi kunci lainnya yang turut serta bergabung dengan kunci kantor itu yang bikin saya panik. Kunci brankas, kunci filing cabinet, kunci lemari file, kunci kulkas, kunci lemari tv dan dvd, kunci toilet Ambassador ... hwaduh .. kalau sampai itu tercecer entah dimana, I don't know what do.
I am trying so hard untuk mengingat dimana saya taruh kunci itu untuk terakhir kalinya tapi yang ada kok malah tidak teringat sama sekali, tambah paniklah ... . Dengan hati gundah gulana tak menentu dan masih terus berusaha mengingat dimana saya terakhir kali dealing dengan kunci itu, I arrived at the office dan segera minta Office Girl untuk membukakan pintu. Begitu masuk ke ruangan saya tercinta ini ... boooommm ... !!!! .. sang kunci dengan manisnya bertengger di gantungan kunci dekat komputer ... Oalaaaaaaaaaahhhhh ...
Hal lain kemudian adalah saya ingat untuk minta ijin Maskoe untuk pakai Chan Tha hari ini karena Ibu Kepala Rumah Tangga Wisma Duta [KRT] mau belanja bulanan. Setelah mencari Maskoe tidak ada, saya kemudian minta ijin ke Kangmaskoe untuk pakai Chan Tha dan van Mercy-nya. Anehnya, yang biasanya saya lupa dengan perintah - perintah kecil itu, saya sekarang ingat, atau ini karena ada hubungannya dengan Chan Tha ??? .. [lhoo ?? .. ]
Setelah bicara dengan Chan Tha, saya kemudian menuju ruang protokol untuk ngobrol sebentar dengan Kangmaskoe .. dan pembicaraan kembali seputar GINKGO ... aha ! actually dia punya problem yang sama dengan saya mengenai masalah lupa. Sampai akhirnya kemudian saya minta agenda kosong darinya, agenda untuk menulis jadwal Mr. Ambassador setiap harinya.
Well .. entahlah apakah Agenda ini pun akan membantu saya atau tetap tak ada efeknya seperti GINKGO yang sudah saya santap dengan lahapnya for the last three days ? ..
Kita tunggu saja kelanjutan efeknya dari ini semua. Atau barangkali anda pikir GIBOLAN lebih baik ? .. tell me please ..
Semenjak beberapa hari lalu saya mencoba untuk meminum GINKGO, satu obat yang dianjurkan oleh rekan saya agar saya tidak pelupa ataupun tidak merasa lambat dalam berpikir. Then I went to a pharmacy and bought this GINKGO's thing. A medicine that can stimulate the brain ...
Sudah tiga hari menjelang semenjak saya minum obat itu dan nampaknya sampai sekarang belum ada efek apa-apanya. Buktinya, pagi tadi saya panik karena tidak bisa menemukan kunci kantor, kalau kunci untuk masuk ruangan I can ask from the office girl or Mr. Ambassador's driver tapi kunci lainnya yang turut serta bergabung dengan kunci kantor itu yang bikin saya panik. Kunci brankas, kunci filing cabinet, kunci lemari file, kunci kulkas, kunci lemari tv dan dvd, kunci toilet Ambassador ... hwaduh .. kalau sampai itu tercecer entah dimana, I don't know what do.
I am trying so hard untuk mengingat dimana saya taruh kunci itu untuk terakhir kalinya tapi yang ada kok malah tidak teringat sama sekali, tambah paniklah ... . Dengan hati gundah gulana tak menentu dan masih terus berusaha mengingat dimana saya terakhir kali dealing dengan kunci itu, I arrived at the office dan segera minta Office Girl untuk membukakan pintu. Begitu masuk ke ruangan saya tercinta ini ... boooommm ... !!!! .. sang kunci dengan manisnya bertengger di gantungan kunci dekat komputer ... Oalaaaaaaaaaahhhhh ...
Hal lain kemudian adalah saya ingat untuk minta ijin Maskoe untuk pakai Chan Tha hari ini karena Ibu Kepala Rumah Tangga Wisma Duta [KRT] mau belanja bulanan. Setelah mencari Maskoe tidak ada, saya kemudian minta ijin ke Kangmaskoe untuk pakai Chan Tha dan van Mercy-nya. Anehnya, yang biasanya saya lupa dengan perintah - perintah kecil itu, saya sekarang ingat, atau ini karena ada hubungannya dengan Chan Tha ??? .. [lhoo ?? .. ]
Setelah bicara dengan Chan Tha, saya kemudian menuju ruang protokol untuk ngobrol sebentar dengan Kangmaskoe .. dan pembicaraan kembali seputar GINKGO ... aha ! actually dia punya problem yang sama dengan saya mengenai masalah lupa. Sampai akhirnya kemudian saya minta agenda kosong darinya, agenda untuk menulis jadwal Mr. Ambassador setiap harinya.
Well .. entahlah apakah Agenda ini pun akan membantu saya atau tetap tak ada efeknya seperti GINKGO yang sudah saya santap dengan lahapnya for the last three days ? ..
Kita tunggu saja kelanjutan efeknya dari ini semua. Atau barangkali anda pikir GIBOLAN lebih baik ? .. tell me please ..
Thursday, February 10, 2005
LET US MANJA U
Begitu membaca tulisan tersebut, yang berkelebat di dalam pikiran adalah bahasa Melayu, dan ternyata dugaan saya benar adanya.
Siang ini saya makan siang bersama Mr. Little Treasury. Sibuk cari-cari restoran Jepang yang menyediakan sushi dan sashimi [yang entah kenapa hari ini hampir semua restoran Jepang tutup karena dalam rangka Tahun Baru Cina] akhirnya Mr. Little Treasury teringat akan sebuah restoran Jepang yang menjadi satu bagian dengan salah satu hotel di Phnom Penh. The name of the hotel is Holiday Villa.
Hotelnya adalah hotel lama dengan gaya bangunan masa tahun 90an awal atau 80an akhir. Begitu masuk kami disambut dengan slogan Let Us Manja U ... agak terperangah dan terkejut, by the time kembali sadar kemudian saya bertanya apakah ini milik Malaysia dan sang pegawai pun menjawab bahwa hotel ini adalah sepenuhnya milik orang Malaysia.
Duduk di restoran Jepang yang jauh dari apa yang saya bayangkan [sementara Mr. Little Treasury seems okay] saya memutuskan untuk mencoba menu sushi yang mereka punya. Kami berdua pun memesan kesukaan masing-masing.
Selang 15 menit setelah pesanan, order milik Mr. LT sudah muncul dan tanpa ba bi bu lagi dia menawarkan dan langsung menyantap hidangannya. Lalu apa yang terjadi dengan saya ? .. setelah lebih dari 35 menit, makanan saya tiba pula namun hati keburu dongkol, perasaan menjadi panas dan tidak enak, semua berkelebat menjadi satu.
Akhirnya setelah perjalanan panjang dan memakan sushi yang [maaf] sesungguhnya tidaklah fresh. kami membayar pesanan kami. Pada saat jalan menuju ke pintu keluar, a waiter asked me about how was our food and arrangement today ..
I said to him that all is okay except one thing, you should change your semboyan becomes :
"LET US SIKSA U" ..
Saya harus menunggu lebih dari setengah jam dengan keadaan sangat lapar dan menatap dengan penuh rasa ingin kepada makanan Mr. LT. What do they expect me to do ? give a big tip ..
Well, may be next time till they give me complimentary first .. which I doubt it.
Dalam perjalanan pulang ke KBRI kemudian saya berpikir bahwa tidak ada di dunia ini sesempurna pendahulunya ataupun sebaik pendahulunya ..
Éh .. kembali pikiran kantuk siang hari membuat saya ngelantur kemana.
Sushi anyone ?
Siang ini saya makan siang bersama Mr. Little Treasury. Sibuk cari-cari restoran Jepang yang menyediakan sushi dan sashimi [yang entah kenapa hari ini hampir semua restoran Jepang tutup karena dalam rangka Tahun Baru Cina] akhirnya Mr. Little Treasury teringat akan sebuah restoran Jepang yang menjadi satu bagian dengan salah satu hotel di Phnom Penh. The name of the hotel is Holiday Villa.
Hotelnya adalah hotel lama dengan gaya bangunan masa tahun 90an awal atau 80an akhir. Begitu masuk kami disambut dengan slogan Let Us Manja U ... agak terperangah dan terkejut, by the time kembali sadar kemudian saya bertanya apakah ini milik Malaysia dan sang pegawai pun menjawab bahwa hotel ini adalah sepenuhnya milik orang Malaysia.
Duduk di restoran Jepang yang jauh dari apa yang saya bayangkan [sementara Mr. Little Treasury seems okay] saya memutuskan untuk mencoba menu sushi yang mereka punya. Kami berdua pun memesan kesukaan masing-masing.
Selang 15 menit setelah pesanan, order milik Mr. LT sudah muncul dan tanpa ba bi bu lagi dia menawarkan dan langsung menyantap hidangannya. Lalu apa yang terjadi dengan saya ? .. setelah lebih dari 35 menit, makanan saya tiba pula namun hati keburu dongkol, perasaan menjadi panas dan tidak enak, semua berkelebat menjadi satu.
Akhirnya setelah perjalanan panjang dan memakan sushi yang [maaf] sesungguhnya tidaklah fresh. kami membayar pesanan kami. Pada saat jalan menuju ke pintu keluar, a waiter asked me about how was our food and arrangement today ..
I said to him that all is okay except one thing, you should change your semboyan becomes :
"LET US SIKSA U" ..
Saya harus menunggu lebih dari setengah jam dengan keadaan sangat lapar dan menatap dengan penuh rasa ingin kepada makanan Mr. LT. What do they expect me to do ? give a big tip ..
Well, may be next time till they give me complimentary first .. which I doubt it.
Dalam perjalanan pulang ke KBRI kemudian saya berpikir bahwa tidak ada di dunia ini sesempurna pendahulunya ataupun sebaik pendahulunya ..
Éh .. kembali pikiran kantuk siang hari membuat saya ngelantur kemana.
Sushi anyone ?
AMELIE, AMISTAD, AVIATOR
Setelah menikmati that so-called libur yang notabene harus ada di kantor karena harus berpacking-packing ria, I went to Sorya [satu-satunya shopping centre di Phnom Penh dan merupakan favorit saya selama ini] untuk mengambil pesanan beberapa buah film ditempatnya Mr. Kyuuutt dan Mr. Boom-Boom.
I forgot bahwa kemarin itu adalah hari libur dalam rangka Chinese New Year. Well, alhasil ternyata seluruh tumpah darah Kamboja Raya ada di Sorya. On the first thought, I thought that I would go out from Sorya then directly going back home tapi kemudian berpikir kembali bahwa nanti malam it's going to be a long nite dan saya harus melakukan "lék-lék-an" dalam rangka malam 1 Suro [maklumlah, saya adalah orang Jawa tulen, asli dan di didik dalam budaya Jawa yang sangat kental.] so then I decided to continue my steps naik ke lantai tiga untuk bertemu dengan Mr. Kyuuutt and Mr. Boom-Boom.
Perjalanan dari lantai dasar menuju ke lantai tiga memakan waktu 15 menit. Believe or not! karena hampir semua tangga berjalan penuh dan orang-0rang .. ehm .. pinggiran .. pedesaan .. sedang berjalan-jalan ke Sorya dan mencoba tangga berjalan [I've told this story to sum of my pals when I went back to Indonesia last time] .. I couldn't say or do anything except that I should be patience.
Anyway, after a quiet interesting trip to Sorya, I decided to go home. Sesampainya di rumah, dimulailah perjalanan panjang menonton film sambil stand by, just in case Mr. Ambassador would like me to do sumthing.
Film yang pertama ditonton adalah In the Mood for Love by Maggie Cheung and Tony Leung .. sebuah film legendaris dengan sisi sinematografis yang sangat bagus [according to my opinion] dan soundtrack yang sangat sesuai. This is one of the best movie I've ever seen dan menurut sahibul hikayat, sedang dibikin re-make nya ... :)
Setelah itu melanjut dengan Amelie, dulu sekali pernah nonton film ini tapi tampaknya belum begitu jelas karena sambil lari sana lari sini, maklum waktu itu masih menjabat sebagai seksi sibuk film festival .. [I can say that I am a festival freak .. hahahaha .. yet an organizing committee]. Sebuah film yang menceritakan keadaan nyata yang memang sering terjadi pada kita atau pada masyarakat pada umumnya. Éh .. again, ini menurut saya. Terkadang kita melakukan banyak kebajikan buat orang-orang dan kita melupakan kebajikan untuk diri kita sendiri. Mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan kita sendiri. Hal-hal fenomenal yang sering terjadi .. hal-hal yang dilematis yang sering terjadi.
Saya sich cuman tersenyum getir saja membayangkan bahwa dalam film itu adalah salah satu film kehidupan saya tapi tentunya sebagai manusia yang terkadang punya kecenderungan untuk menjadi Tuhan kecil, saya tak berhak untuk memberikan judgment pada perilaku, tingkah laku dan pribadi saya ... Bagaimana dengan anda ?
Amelie selesai, saya melanjut dengan AMISTAD, karya spektakular dari seorang sutradara kondang era sekarang ini .. Mr. Steven Spielberg. Tadinya saya pikir bahwa ini hanyalah film-film biasa tentang pengadilan para kulit hitam di Amerika Serikat yang dituduh membunuh para awak kapal La Amistad yang dinaikinya. Dibuat pada setting masa Presiden Martin Van Burren, film ini bercerita dengan sangat baik, penuh dan sarat dengan kata-kata bermakna dan juga perangai tingkah polah manusia ... bagaimana seorang negro mati-matian membela apa yang menjadi hak hidupnya, bagaimana seorang mantan presiden .. John Quincy Adams .. menyalurkan rasa post power syndromenya ... bagaimana Matthew McConnaughey untuk pertama kalinya saya lihat memerankan tokoh pengacara [selain di A Time To Kill yang saya lihat sebelum saya melihat film ini] ... dan yang paling menarik adalah bagaimana tubuh-tubuh legam sang Negro yang telanjang bulat disorot tanpa kita merasa bahwa itu adalah bagian dari pornografi .. [éh ? .. hmm .. ] ..
Film selesai pukul 02.30 .. benar-benar satu malam panjang yang membuat otak terus bekerja dan berpikir namun juga menjadi fresh dan tidak lagi menjadi jenuh.
Saya pikir .. setelah dua batang rokok Marlboro Lights Menthol yang saya hisap habis ... bahwasanya kebanyakan film-film itu bisa memberikan kita satu wacana baru, bisa memberikan kita satu sudut pandang baru tentang banyak hal ..
Alur merah dari semua film yang saya tonton tadi malam adalah .. bahwasanya kita sebagai makhluk sosial tidaklah mampu untuk bisa hidup sendiri tanpa bantuan siapa pun .. seperkasa apa pun kita, kita tetap membutuhkan orang lain. Lalu bagaimana dengan AVIATOR ?
Naahh .. belum sempat saya tonton .. karena .. zzzzzzzzzzzzzz .... I went to Pulau Kapuk already. Have you seen the Aviator ? spare me with the story ...
Anyone ?
I forgot bahwa kemarin itu adalah hari libur dalam rangka Chinese New Year. Well, alhasil ternyata seluruh tumpah darah Kamboja Raya ada di Sorya. On the first thought, I thought that I would go out from Sorya then directly going back home tapi kemudian berpikir kembali bahwa nanti malam it's going to be a long nite dan saya harus melakukan "lék-lék-an" dalam rangka malam 1 Suro [maklumlah, saya adalah orang Jawa tulen, asli dan di didik dalam budaya Jawa yang sangat kental.] so then I decided to continue my steps naik ke lantai tiga untuk bertemu dengan Mr. Kyuuutt and Mr. Boom-Boom.
Perjalanan dari lantai dasar menuju ke lantai tiga memakan waktu 15 menit. Believe or not! karena hampir semua tangga berjalan penuh dan orang-0rang .. ehm .. pinggiran .. pedesaan .. sedang berjalan-jalan ke Sorya dan mencoba tangga berjalan [I've told this story to sum of my pals when I went back to Indonesia last time] .. I couldn't say or do anything except that I should be patience.
Anyway, after a quiet interesting trip to Sorya, I decided to go home. Sesampainya di rumah, dimulailah perjalanan panjang menonton film sambil stand by, just in case Mr. Ambassador would like me to do sumthing.
Film yang pertama ditonton adalah In the Mood for Love by Maggie Cheung and Tony Leung .. sebuah film legendaris dengan sisi sinematografis yang sangat bagus [according to my opinion] dan soundtrack yang sangat sesuai. This is one of the best movie I've ever seen dan menurut sahibul hikayat, sedang dibikin re-make nya ... :)
Setelah itu melanjut dengan Amelie, dulu sekali pernah nonton film ini tapi tampaknya belum begitu jelas karena sambil lari sana lari sini, maklum waktu itu masih menjabat sebagai seksi sibuk film festival .. [I can say that I am a festival freak .. hahahaha .. yet an organizing committee]. Sebuah film yang menceritakan keadaan nyata yang memang sering terjadi pada kita atau pada masyarakat pada umumnya. Éh .. again, ini menurut saya. Terkadang kita melakukan banyak kebajikan buat orang-orang dan kita melupakan kebajikan untuk diri kita sendiri. Mengutamakan kepentingan orang lain diatas kepentingan kita sendiri. Hal-hal fenomenal yang sering terjadi .. hal-hal yang dilematis yang sering terjadi.
Saya sich cuman tersenyum getir saja membayangkan bahwa dalam film itu adalah salah satu film kehidupan saya tapi tentunya sebagai manusia yang terkadang punya kecenderungan untuk menjadi Tuhan kecil, saya tak berhak untuk memberikan judgment pada perilaku, tingkah laku dan pribadi saya ... Bagaimana dengan anda ?
Amelie selesai, saya melanjut dengan AMISTAD, karya spektakular dari seorang sutradara kondang era sekarang ini .. Mr. Steven Spielberg. Tadinya saya pikir bahwa ini hanyalah film-film biasa tentang pengadilan para kulit hitam di Amerika Serikat yang dituduh membunuh para awak kapal La Amistad yang dinaikinya. Dibuat pada setting masa Presiden Martin Van Burren, film ini bercerita dengan sangat baik, penuh dan sarat dengan kata-kata bermakna dan juga perangai tingkah polah manusia ... bagaimana seorang negro mati-matian membela apa yang menjadi hak hidupnya, bagaimana seorang mantan presiden .. John Quincy Adams .. menyalurkan rasa post power syndromenya ... bagaimana Matthew McConnaughey untuk pertama kalinya saya lihat memerankan tokoh pengacara [selain di A Time To Kill yang saya lihat sebelum saya melihat film ini] ... dan yang paling menarik adalah bagaimana tubuh-tubuh legam sang Negro yang telanjang bulat disorot tanpa kita merasa bahwa itu adalah bagian dari pornografi .. [éh ? .. hmm .. ] ..
Film selesai pukul 02.30 .. benar-benar satu malam panjang yang membuat otak terus bekerja dan berpikir namun juga menjadi fresh dan tidak lagi menjadi jenuh.
Saya pikir .. setelah dua batang rokok Marlboro Lights Menthol yang saya hisap habis ... bahwasanya kebanyakan film-film itu bisa memberikan kita satu wacana baru, bisa memberikan kita satu sudut pandang baru tentang banyak hal ..
Alur merah dari semua film yang saya tonton tadi malam adalah .. bahwasanya kita sebagai makhluk sosial tidaklah mampu untuk bisa hidup sendiri tanpa bantuan siapa pun .. seperkasa apa pun kita, kita tetap membutuhkan orang lain. Lalu bagaimana dengan AVIATOR ?
Naahh .. belum sempat saya tonton .. karena .. zzzzzzzzzzzzzz .... I went to Pulau Kapuk already. Have you seen the Aviator ? spare me with the story ...
Anyone ?
Wednesday, February 09, 2005
HARI LIBUR
Menurut kalendar dan pengumuman resmi yang dikeluarkan oleh Bendaharawan Pengurus Kerumahtanggaan [BPKRT] KBRI Phnom Penh, hari ini ditetapkan sebagai hari libur, tapi tentunya hal itu tidak berlaku bagi saya [seperti biasa] karena hari ini adalah hari kosong dimana saya harus bisa memaksimalkan dan mengoptimalkan proses packing-mempacking.
Sebenarnya sudah dari pukul 10 tadi saya di kantor namun kemalasan datang menyerang secara tak diduga [atau saya yang berbohong karena saya tahu sesungguhnya saya malas untuk bekerja .. ahahahaha] dan saya baru memulai packing tadi sekitar pukul satu siang.
Sore ini rencananya akan pergi dengan Chan Tha, I have an appointment with Imperial Garden Hotel yang letaknya dekat dengan riverside. I just pay a courtesy call to them since they've been inviting me for several times and yet I haven't got a chance to answer it.
Lalu apa hakikatnya hari libur kalau tetap harus bekerja dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang diluar waktunya ? ... tidak ada. Libur atau tidak libur adalah hal yang sama buat saya disini, tergantung bagaimana kita menilainya dan menikmati setiap waktu berjalan dan membuat liburan kita sendiri.
Adakah anda nikmati waktu libur anda ? atau seperti saya yang bisa mengarang libur sesuka hati ?
Sebenarnya sudah dari pukul 10 tadi saya di kantor namun kemalasan datang menyerang secara tak diduga [atau saya yang berbohong karena saya tahu sesungguhnya saya malas untuk bekerja .. ahahahaha] dan saya baru memulai packing tadi sekitar pukul satu siang.
Sore ini rencananya akan pergi dengan Chan Tha, I have an appointment with Imperial Garden Hotel yang letaknya dekat dengan riverside. I just pay a courtesy call to them since they've been inviting me for several times and yet I haven't got a chance to answer it.
Lalu apa hakikatnya hari libur kalau tetap harus bekerja dan menjalankan kewajiban-kewajiban yang diluar waktunya ? ... tidak ada. Libur atau tidak libur adalah hal yang sama buat saya disini, tergantung bagaimana kita menilainya dan menikmati setiap waktu berjalan dan membuat liburan kita sendiri.
Adakah anda nikmati waktu libur anda ? atau seperti saya yang bisa mengarang libur sesuka hati ?
MICHAEL BUBLÉ
Entah apa jenis lantunan musiknya, mungkin jazz, mungkin juga lite-jazz, mungkin juga classic pop or semi classic pop. Anyway, I am not that good in music, I admit that, except of course for those that comes from the era of Golden Oldies, where my friends always make fun of it. I know better than they are about I Love You For Sentimental Reason, Potrait Of My Love, Willingly, My Way, I Left My Heart in San Fransisco, Put Your Head on My Shoulder, ... etc.
During my visit to Jakarta and Bandung beberapa waktu yang lalu, I spent most of my time [kalau bisa dibilang seperti itu] di mobilnya Écha. Pas dari Airport Husein ke rumah, he put sumthing in his tape recorder in his car. Lagunya enak-enak dan setelah beberapa lama baru saya notice kok lagunya sangat soft didengar di telinga. Well, he told me that it's MICHAEL BUBLÉ .. dengan pronounciation yang benar tentunya saat memberitahukan namanya [Oh dear, I still remember the way you correct me when I pronounced that name wrongly].
Ya mungkin saya termasuk orang yang konservatif dan out of date mengenai perkembangan musik tapi toch tidak salah juga jika kemudian sekarang ini saya mulai bisa mengenal musik lebih baik lagi. Mungkin karena waktu dan kondisi yang meminta saya untuk bisa mendengar lebih banyak sekarang [what do you expect to do dengan jam kerja dari pukul setengah delapan pagi sampai kurang lebih pukul sebelas dan sumtimes pukul duabelas malam ?].
Mungkin karena lantunannya yang tidak terlalu nge-beat dan rasanya begitu soft dan enak didengar sehingga saya kemudian menjadi menyukainya. Sampai-sampai saya kirim sms kepada dua orang teman baik saya [a Cambodian] yang memiliki toko DVD dan CD, tempat saya biasa menghabiskan waktu libur saya dengan membongkar koleksi film di toko mereka [finally I found out mereka ternyata sangat senang jika saya datang dan membongkar koleksi mereka karena saya selalu menghabiskan stock film-film lama milik mereka!], saya minta mereka mencari SEMUA rekaman dari Mr. Bublé ini.
Well, saat saya menulis ini, lagu MOONDANCE sedang melantun dengan merdunya dan sementara itu tukang-tukang angkut barang berseliweran didepan saya memberikan aroma yang .. ehm .. you don't want me to tell you for sure ...
Happy Chinese New Year ...
Kembali bekerja mem-packing barang-barang sambil terus mendengar Mr. Bublé ini berdendang ... "you are far .... ".... YES .. KISSING A FOOL ...
During my visit to Jakarta and Bandung beberapa waktu yang lalu, I spent most of my time [kalau bisa dibilang seperti itu] di mobilnya Écha. Pas dari Airport Husein ke rumah, he put sumthing in his tape recorder in his car. Lagunya enak-enak dan setelah beberapa lama baru saya notice kok lagunya sangat soft didengar di telinga. Well, he told me that it's MICHAEL BUBLÉ .. dengan pronounciation yang benar tentunya saat memberitahukan namanya [Oh dear, I still remember the way you correct me when I pronounced that name wrongly].
Ya mungkin saya termasuk orang yang konservatif dan out of date mengenai perkembangan musik tapi toch tidak salah juga jika kemudian sekarang ini saya mulai bisa mengenal musik lebih baik lagi. Mungkin karena waktu dan kondisi yang meminta saya untuk bisa mendengar lebih banyak sekarang [what do you expect to do dengan jam kerja dari pukul setengah delapan pagi sampai kurang lebih pukul sebelas dan sumtimes pukul duabelas malam ?].
Mungkin karena lantunannya yang tidak terlalu nge-beat dan rasanya begitu soft dan enak didengar sehingga saya kemudian menjadi menyukainya. Sampai-sampai saya kirim sms kepada dua orang teman baik saya [a Cambodian] yang memiliki toko DVD dan CD, tempat saya biasa menghabiskan waktu libur saya dengan membongkar koleksi film di toko mereka [finally I found out mereka ternyata sangat senang jika saya datang dan membongkar koleksi mereka karena saya selalu menghabiskan stock film-film lama milik mereka!], saya minta mereka mencari SEMUA rekaman dari Mr. Bublé ini.
Well, saat saya menulis ini, lagu MOONDANCE sedang melantun dengan merdunya dan sementara itu tukang-tukang angkut barang berseliweran didepan saya memberikan aroma yang .. ehm .. you don't want me to tell you for sure ...
Happy Chinese New Year ...
Kembali bekerja mem-packing barang-barang sambil terus mendengar Mr. Bublé ini berdendang ... "you are far .... ".... YES .. KISSING A FOOL ...
Tuesday, February 08, 2005
ANDAIKAN KAU DATANG KEMBALI
terlalu indah dilupakan
terlalu sedih dikenangkan
setelah aku jauh berjalan
dan kau kutinggalkan
betapa hatiku bersedih
mengenang kasih dan sayangmu
setulus pesanmu kepadaku
engkau kan menunggu
andaikan kau datang kembali
jawaban apa yang kan kuberi
adakah jalan yang kau temui
untuk kita kembali lagi ?
bersinarlah bulan purnama
seindah serta tulus cintanya
bersinarlah terus sampai nanti
lagu ini kuakhiri
dedicated to my beloved bro .. Fandy Abdillah .. thank you for introducing this song to me. I shall miss our time singing this song together ... luv yaa ...
PINDAH .. PINDAH .. PINDAH ..
Semenjak datang dari Tanah Air, yang ada dalam benak adalah bagaimana mengoptimalkan segala cara agar perjalanan pindah kantor tidak membuang banyak energi dan waktu. Pfffuiihh ... nampaknya bukan pekerjaan mudah walaupun sudah berbekal pengalaman beberapa kali [entahlah .. kutukan apa yang terjadi, setiap kali pindah kerja, setiap kali itu pula harus mengikuti pindahan kantor ke tempat baru].
Usia yang semakin tidak muda lagi [I admit that I am now 33 ... ] membuat diri harus berpikir secara taktis dengan strategi yang tentunya bisa menguntungkan kedua belah pihak dengan prosentase keuntungan lebih besar di pihak saya. AHA !
Hari ini disibuki dengan acara pindah kantor. Dimulai dengan mempack semua buku-buku jaman masa Khmer Merah di ruangan Duta Besar. Baru sebentar saja rasanya sudah banyak waktu yang habis [bagaimana tidak, setiap ada file menarik, make myself available to read that before continue packing] dan badan rasanya mendadak langsung cape.
Keuntungan pindah ini adalah finally I have a proper room, that so-called an office. Walaupun terletak di hall dan berlokasi pas di depan kamar kerja Duta Besar, I feel so happy about it.
Pindahan kali ini terasa lebih berat. Entah pula mengapa.. mungkin karena semuanya dikerjakan sendiri. Orang-orang tampak sibuk dengan barang-barangnya masing-masing.
Aduuhh ... besok kembali harus bekerja, tidak terkecuali ... padahal seyogianya besok adalah hari libur dan rasanya ingin sekali berleha-leha di Spa.
Hmm ... better stop my writing before it goes worse ... éh .. it's already ...
Usia yang semakin tidak muda lagi [I admit that I am now 33 ... ] membuat diri harus berpikir secara taktis dengan strategi yang tentunya bisa menguntungkan kedua belah pihak dengan prosentase keuntungan lebih besar di pihak saya. AHA !
Hari ini disibuki dengan acara pindah kantor. Dimulai dengan mempack semua buku-buku jaman masa Khmer Merah di ruangan Duta Besar. Baru sebentar saja rasanya sudah banyak waktu yang habis [bagaimana tidak, setiap ada file menarik, make myself available to read that before continue packing] dan badan rasanya mendadak langsung cape.
Keuntungan pindah ini adalah finally I have a proper room, that so-called an office. Walaupun terletak di hall dan berlokasi pas di depan kamar kerja Duta Besar, I feel so happy about it.
Pindahan kali ini terasa lebih berat. Entah pula mengapa.. mungkin karena semuanya dikerjakan sendiri. Orang-orang tampak sibuk dengan barang-barangnya masing-masing.
Aduuhh ... besok kembali harus bekerja, tidak terkecuali ... padahal seyogianya besok adalah hari libur dan rasanya ingin sekali berleha-leha di Spa.
Hmm ... better stop my writing before it goes worse ... éh .. it's already ...
Subscribe to:
Posts (Atom)