JALAN
Mr. Ambassador hari ini berangkat menuju Siem Reap meninjau proyek ITASA di Angkor Wat. Sebagai salah satu negara yang juga memiliki candi yang masuk dalam kategori harta dunia, Indonesia ikut pula berpartisipasi dalam proses pelestarian candi Angkor which for sure this temples are much much better than Indonesia's temple. Saya tidak mengecilkan arti sesungguhnya dari eksistensi candi di Indonesia, saya hanya terkagum-kagum dengan koordinasi, kedisiplinan dan cara bangsa Kamboja menjaga dan melestarikan peninggalan sejarahnya.
Pagi ini diisi dengan sedikit keributan kecil. Buat sebagian orang it's not a big deal tapi buat saya pribadi, it's a big deal. Ceritanya begini :
Pagi ini saya bangun sedikit telat sekitar jam setengah sembilan, maklumlah hari libur dan juga Mr. Ambassador sedang bepergian keluar kota. Saya berencana untuk ke kantor sebentar mengurus undangan dinner hari Minggu malam dan saya berencana untuk berangkat sekitar pukul sembilan pagi.
Ketika saya membuka pintu untuk menuju ruang setrika sekaligus merangkap ruang pakaian, saya berpapasan dengan Madame Butler. Beliau bilang bahwa beliau mau ke laundry sekalian belanja dan sudah meminta mobil dari Mr. Aich-one, she told me bahwa Mr. Aich-one sudah memberi Sulaeman untuk mendampingi Madame Butler. I said fine. So then I took a bath dan merapihkan diri. Setelah itu saya turun kebawah.
Sesampai dibawah, I found no car. I mean karena Chan Tha harus mengantar Mr. Ambassador ke Siem Reap so then sebagai gantinya Ismael diminta untuk stand by sebagai supirnya Madame Ambassador. Dan yang terjadi adalah tidak ada mobil sama sekali. Van yang harusnya dipakai untuk Madame Ambassador ternyata dipakai belanja oleh Madame Butler. I was so upset dan angry knowing that.
Bukan masalah penggunaan mobilnya tapi caranya. Madame Butler sudah request satu mobil kepada Mr. Aich-one dan Mr. Aich-one sudah memberi, lalu kenapa harus memakai mobil dan supir yang diperuntukkan bagi Madame Ambassador ? luckily bahwa Madame Ambassador tidak ada rencana dadakan pukul 9, seandainya ada ? lalu bagaimana ?
Anyway, hari ini diisi dengan menemani Madame Ambassador melakukan serangkaian kegiatan. Pertama adalah pukul sepuluh pagi menuju KBRI yang tentunya untuk beliau merupakan kunjungan pertamanya di gedung baru nan megah ini. Madame Ambassador didampingi oleh Madame Gallery. Banyak yang dibicarakan diantara mereka berdua terutama mengenai tata letak dan tata atur barang-barang yang ada dan barang-barang yang kemungkinan akan diminta untuk diadakan. Secara gambaran walaupun tidak detail namun sudah tampak seperti apa terlihatnya nanti ruang tamu Mr. Ambassador.
"Har, kamu nyaman kerja ditempat terbuka seperti ini ? tempat yang jadi lalu lalangnya orang ?" .. kira-kira begitulah pertanyaan Madame Ambassador pada saya.
"Masalahnya, Bu, sudah tidak ada ruangan lagi disini dan satu-satunya ruangan yang bisa dibuat untuk saya sehingga saya bisa memantau dan menyaring siapa-siapa yang mau masuk ke ruang Bapak, hanya tempat ini" ..
"Iya saya mengerti tapi alangkah lebih baiknya jika kamu ada disatu ruangan. Posisi kamu adalah posisi vital dimana banyak sekali dokumen confidential dan hal-hal yang berbau rahasia yang kamu pegang, belum lagi pembicaraan-pembicaraan di telpon. Belum lagi .. ini amit-amit yaa .. misalnya ada barang hilang. Kepada siapa kamu mau bertanya ? karena ruangan kamu adalah jalan umum orang-orang" ..
"Lalu harus bagaimana ? kalau saya jadi satu dengan staf Politik, saya pikir ruangannya tidak akan cukup. Ibu bisa lihat sendiri sekarang kondisi ruangan staf Politik."
I opened pintu ruangan Mr. Jack Busro and Mr. Ith Vuthy .. dan Madame Ambassador and Madame Gallery tercengang melihat tata letak dan atur ruangan kedua orang tersebut, belum lagi ditambah dengan .. ehm ... semerbaknya ruangan yang agak - agak strange ..
Selama ini saya bekerja diruangan didepan ruang Mr. Ambassador dan berusaha untuk menikmati apa adanya walaupun saya tahu bahwa saya tidak mempunyai privacy sama sekali, bayangkan saja bahwa semua orang bisa tahu saya browse kemana saja atau saya sedang melakukan apa dengan komputer saya. Semua orang bisa mendengar dengan siapa saya berbicara di telpon. Secara lebih mendalam saya tahu bahwasanya posisi saya duduk adalah posisi riskan namun saya harus belajar untuk bisa mengantisipasi semuanya dan bisa meredam semuanya. Kalaupun Madame Ambassador sudah mengatakan kepada Mr. Ambassador bahwa saya akan pindah ketempat staf Politik dan staf Politik akan pindah kebawah, pada saatnya nanti waktu aplikasinya, I don't know what will happen, honestly speaking. Bukannya apa-apa, sekarang saja hanya gara-gara masalah pintu kamar tamu dan pintu toilet plus tangga, sudah membuat heboh satu Kamboja Raya, apalagi kalau sampai saya punya satu ruangan sendiri dan ruang tersebut adalah ruang yang cukup luas. Ngga tahu kenapa tapi tampaknya SIRIKISASI begitu merajalela di Kedutaan tercinta ini apalagi jika terkait dengan urusan Sekretaris Pribadi Duta Besar ...
Pembahasan mengenai tata letak dan tata atur ruangan berjalan cukup lama antara Madame Ambassador dan Madame Gallery, saya hanya mengikuti sesekali, secara saya sibuk dengan ruangan saya sendiri dan juga memberi makan ikan-ikan di kolam.
Dari Kedutaan, saya dan Madame Ambassador kembali ke Wisma Duta, drop Madame Ambassador dan setelah itu saya mengantarkan Madame Gallery to her house. From her house, saya segera kembali ke Wisma karena Meneer Van Maghel sudah akan menjemput saya untuk shalat Jumat di Toul Tom Pong.
Selesai shalat Jumat saya seperti biasa makan siang kediamannya Meneer Van Maghel. Dari situ saya jalan-jalan berkeliling Phnom Penh mencari beberapa barang yang dibutuhkan oleh saya pribadi.
Setelah itu saya kembali ke Wisma dan menonton DVD sampai waktunya dijemput oleh Mr. Aich-one untuk makan malam bersama dengan Meneer Van Maghel dan Mr. Jack Busro.
No comments:
Post a Comment