Friday, May 06, 2005

SELAMATKAN DOKUMEN SEJARAH BANGSA INI

Rekan-rekan generasi muda Indonesia,
Dalam salah satu pidatonya, almarhum Ir. SOEKARNO, Presiden Pertama Republik Indonesia, pernah mengatakan tentang JAS MERAH; Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah. Tentunya kita semua paham bahwa pernyataan tersebut melandasi banyak hal di era sekarang ini. Sudah banyak bukti sejarah milik bangsa ini yang hilang tak tentu rimbanya, kalaupun ada maka itu tidak terletak / berlokasi di tanah air lagi tetapi ada di mantan negeri penjajah ataupun mungkin di balai-balai lelang terkenal di dunia.

Di sebuah artikel yang saya pasang di internet dengan judul ARTI SEBUAH KENANGAN, saya berbicara mengenai dirombak atau mungkin lebih tepat dirubuhkannya STASIUN BEOS / STASIUN KOTA yang terletak di Kota Tua Batavia, dan digantikan dengan mal berlantai lima ditempat tersebut. Ketika membaca berita tersebut disalah satu situs surat kabar di internet, mata saya nanar dan saya cuman bisa merasakan kesakitan yang tak terlukiskan di dalam hati. Nope, I am not trying to be “sok patriot” atau sok pahlawan, but that’s the truth. I always admire semua hal yang berkaitan dengan sejarah. Stasiun Beos merupakan salah satu landmark Kota Djakarta Tempoe Doeloe dan juga merupakan salah satu simbul perkembangan arsitek dinegeri ini pada tahun 1930. Well, I guess it’s enough soal Stasiun Beos.

Kali ini yang membuat saya gusar kembali dan tidur pun terusik adalah salah satu tanggapan dari artikel kecil yang saya buat tersebut. Dikatakan oleh salah seorang rekan saya (walaupun belum pernah bertemu tapi kami sudah sering ngobrol via message) bahwa Pemerintah Belanda akan memberikan 2,800 dokumen bersejarah milik bangsa Indonesia kepada Yayasan Gedung Arsip. Sebuah kabar gembira tentunya, mudah-mudahan saja diantara 2,800 naskah tua yang dikembalikan tersebut terdapat naskah asli LA GALIGO atau mungkin naskah asli dari beberapa dokumen yang masih merupakan misteri sampai sekarang. Ketika membaca berita tersebut sejujurnya hati turut bernyanyi dan bersuka ria, namun ternyata kegembiraan itu hanya sesaat. Yayasan Gedung Arsip ini menurut kabar (yang lagi-lagi datang dari rekan saya tersebut) akan dibubarkan oleh pemerintah Republik Indonesia dengan alasan yang sampai sekarang saya pun belum mengetahuinya. Dikarenakan hal tersebut maka pemerintah Belanda mengurungkan niatnya untuk memberikan naskah-naskah tersebut. Seandainya benar dibubarkan, maka Pemerintah Belanda akan melelang naskah-naskah tersebut di New York.

Mata saya tak berkedip, kembali membaca ulang kalimat tersebut dan rasa-rasanya ingin sekali menyuarakan kesakitan hati ini. Bagaimana tidak, naskah-naskah yang mungkin bisa semakin membuka sisi lain sejarah Republik ini dan juga merupakan bukti dan fakta nyata dari cerita sejarah yang akan diteruskan kepada generasi muda, generasi penerus bangsa, harus direlakan untuk diberikan kepada orang lain, terlebih-lebih lagi dijual. Apakah kita tidak merasa seperti kita sedang menjual harga diri dan martabat kita sebagai satu bangsa yang terkemuka di bumi ini ?

Rekan-rekan, maksud dan tujuan saya menuliskan ini adalah untuk meminta bantuan rekan-rekan, seandainya ada yang mengetahui status terakhir dari Yayasan Gedung Arsip dan juga sampai dimana proses perjuangan mereka untuk tidak dibubarkan oleh pemerintah, please share dengan saya karena saya ingin sekali memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara kita, saya ingin walaupun cuman setitik kecil tapi dapat memberikan kontribusi pada satu kehidupan yang paling saya senangi yaitu kehidupan bersejarah bangsa kita sendiri. Yaysan Gedung Arsip ini adalah Non Governmental Organization [NGO] yang NON PROFIT.

Berikut adalah contoh bentuk dokumen yang sudah siap untuk dijual di New York seandainya pemerintah kita jadi menghapuskan yayasan tersebut dan dua dokumen tersebut dengan manisnya akan ada ditangan seseorang yang mungkin tidak pernah kita kenal …

So, Rekans, I look forward to hear from you. Thank you very much for your kind patience in reading and listening this..

keterangan gambar : Lukisan di edisi tahun 1942 dalam majalah Italia LA DOMENICA DEL CORRIERE menggambarkan tentara Jepang mengibarkan bendera Jepang di atap istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda (sekarang Istana Merdeka), setelah menduduki Batavia (Jakarta).


Image hosted by Photobucket.com

No comments: