SEBUAH PERJALANAN NAPAK TILAS
Mungkin ada benarnya bahwa perjalanan napak tilas bisa membangkitkan kembali jiwa yang telah lelah atau mungkin bisa membawa kembali satu memori masa lalu yang memang menurut individu-individu yang bersangkutan memiliki satu nilai tertentu dalam khazanah kehidupannya.
Tahun 1973 ketika Perang Vietnam terjadi, almarhum Bapak saya merupakan salah satu anggota Pasukan Perdamaian PBB yang dikenal dengan nama Garuda IV. Sebuah pasukan yang dikirimkan oleh Pemerintah Indonesia dalam rangka turut berpartisipasi menjaga ketertiban dunia dan perdamaian abadi di muka bumi ini.
Exactly 32 tahun kemudian, saya putra bungsunya menginjakkan kaki untuk pertama kalinya di Saigon atau sekarang lebih dikenal dengan nama Ho Chi Minh City. Ada satu perasaan yang sulit untuk digambarkan ketika pertama kali pesawat landing di Ho Chi Minh International Airport. Dalam hati saya hanya berkata, “Pak, janjinya sudah ta tepati. Aku di Saigon sekarang”. Perkataan saya tersebut adalah menjawab pembicaraan almarhum Bapak saya beberapa saat sebelum beliau wafat 3 tahun yang lalu. “Sesok mben kalo sudah punya uang, kamu datang ke Saigon yaa terus ceritain sama Bapak, seperti apa Saigon yang sekarang.” … Kata Bunda, Bapak dulu menyimpan semua barang-barangnya sewaktu bertugas di Garuda IV supaya bisa bercerita pada anak dan cucunya tentang masa bertugasnya di Saigon.
Ketika menyusuri jalan-jalan di kota, saya melihat perbedaan-perbedaan yang menyolok antara Phnom Penh dan Ho Chi Minh. Saya tidak tahu apakah karena Ho Chi Minh cenderung lebih modern dikarenakan sedikit banyaknya Amerika pernah mampir dikota ini dan menduduki kota ini untuk waktu yang cukup lama atau memang keadaannya sudah sedemikian maju (kata teman saya, untuk ukuran sebuah kota di negara komunis, perkembangan yang terjadi di Ho Chi Minh adalah sangat maju dan pesat).
Seperti hampir semua negara-negara Indo China yang pernah diduduki oleh Perancis, maka bangunan-bangunan tuanya bergaya klasik Perancis dan semua ditata, dijaga serta dirawat dengan baik. Beda sekali dengan keadaan di Indonesia, dimana penghancuran Gedung Tua / Stasiun Tua dihalalkan demi dibangunnya tempat-tempat komersil. Taman-taman dijaga kebersihannya dan penggunaannya pun benar-benar merupakan tempat duduk-duduk sambil mengobrol atau menikmati sejuknya semilir angin dari pohon-pohon tua yang ada dan semerbak bunga yang ditanam disekitarnya.
Entah mungkin karena dipengaruhi oleh cerita atau mungkin juga halusinasi sendiri, saya merasakan hawa komunis yang sangat kuat. Hampir kemana mata menuju, kita selalu bisa melihat bendera Vietnam berkibar (dasar merah dan bergambar bintang warna kuning satu tepat ditengah). Ditengah-tengah negara beraliran komunis, demokrasi masih berjalan, terbukti dengan adanya US Dollar sebagai alat pembayaran yang sah selain Doung Vietnam. Kotanya cenderung rapi tampak bersahaja. Kendaraan terutama motor tampak menguasai jalanan especially sore hari menjelang malam. Kehidupan malam pun tampaknya lebih hidup dibandingkan dengan Phnom Penh. Terlihat dengan permainan lampu-lampu yang menyoroti hampir semua gedung-gedung tua. Lalu lalu lintas yang tertib dan lampu-lampu taman yang menyinari keindahan malam sehingga membuat suasana kota Ho Chi Minh semakin tampak elok untuk dilihat. Menelusuri bagian kota tua dari Saigon ini pun tampak terlihat nuansa yang berbeda namun tetap kita masih bisa merasakan keindahan, keteraturan dan ketertiban.
Sudah nonton film “The Lover” ? film yang bercerita tentang seorang pria Vietnam berusia 32 tahun yang jatuh cinta dengan seorang wanita Perancis berumur 17 tahun namun dikarenakan perbedaan budaya akhirnya kisah kasih kedua orang itu harus kandas. Film tersebut mengambil setting di Saigon dan sekitarnya. Beberapa tempat yang di shooting di film tersebut masih ada sampai sekarang. Hal ini merupakan satu bukti lagi betapa bangsa-bangsa Indo China begitu menghormati masa lalunya sehingga mereka sangat concern dengan semua peninggalan-peninggalan masa lalunya, tampak disadari benar bahwa semua itu jika dipelihara dengan baik dapat mendatangkan keuntungan.
Gereja Kathedral merupakan tempat-tempat yang masih dijamin keasliannya. Dibangun antara tahun 1877 dan 1833, dinamakan Notre Dame Cathedral. Suasana di pasar pun terlihat lebih dinamis, baik itu di Binh Tay Market yang dibangun pada tahun 1928 ataupun di Ben Thanh Market yang dibangun pada tahun 1914 dan dikenal dikalangan bangsa Perancis sebagai Halles Centrales. Ho Chi Minh telah mampu membuktikan bahwa dibawah naungan komunis pun masih bisa berjalan dengan moderat dan maju. Dibanding dengan Hanoi (Ibukota Vietnam), sangatlah jauh perbedaannya, hal ini terlihat dengan banyaknya orang Hanoi yang datang ke Ho Chi Minh untuk berbelanja dan makan ayam goreng (di Ho Chi Minh sudah ada Kentucky Fried Chicken; ooohhh .. I feel in heaven makan di Kentucky after more than 9 months ngga pernah lagi nyentuh fast food dari franchise. Di Hanoi Kentucky belum ada).
Sayangnya perjalanan yang saya lakukan sangat singkat sehingga tidak memiliki kesempatan untuk pergi menengok Cu Chi Tunnel, sebuah terowongan bawah tanah dengan panjang 250 km, yang konon dulu menyambungkan antara Vietnam Selatan dan Vietnam Utara, yang konon pula tentara Amerika tidak ada yang berani masuk ke dalam terowongan itu. Namun perjalanan yang saya lakukan ini pun sudah mampu membuat saya tersenyum dan mata saya berkaca-kaca ketika meliwati depan Reunification Hall atau yang dulu dikenal sebagai Independence Palace yang mana pada tanggal 30 April 1975 gerbang depannya ditabrak oleh tank Vietnam Utara dan merupakan tanda berakhirnya Perang Vietnam. My late father used to tell me about that story and when I passed in front of that palace, I did remember him.
Well, memang bukan khusus datang untuk napak tilas tetapi karena memang ada satu tugas yang harus dilakukan di Ho Chi Minh, walaupun hanya dalam waktu yang singkat, saya sudah bersyukur bahwa at least dari 7 putra – putrinya, ada satu yang bisa menginjakkan kakinya di tempat almarhum Bapak bertugas dulu.
That nite at Saigon, I slept so well and I felt that my father looked at me and smiled J
Tuesday, May 31, 2005
Monday, May 30, 2005
Beberapa waktu yang lalu, saya mendapat SMS dari salah seorang teman baik saya di Indonesia. Here is the sms :
Describe me in ONE WORD, just 1! Send it 2 me then send this msg to 10 frens & see how many wondrful/strange things people think about u! its fun!
So .. I forwarded this sms to sum of my friends ... and here are the answers ... :
- Ngangenin
- Pengertian
- Nice
- Tulus
- Jaim
- Caring person
- Mana oleh2 vietnam ?
- G
- Kind
- Interesting
- rada pikasebeuleun
- Home
- Gnite har ...
- Sincere
- Soft
- Blue
- Caring
- FAB ...
Describe me in ONE WORD, just 1! Send it 2 me then send this msg to 10 frens & see how many wondrful/strange things people think about u! its fun!
So .. I forwarded this sms to sum of my friends ... and here are the answers ... :
- Ngangenin
- Pengertian
- Nice
- Tulus
- Jaim
- Caring person
- Mana oleh2 vietnam ?
- G
- Kind
- Interesting
- rada pikasebeuleun
- Home
- Gnite har ...
- Sincere
- Soft
- Blue
- Caring
- FAB ...
Thursday, May 26, 2005
Wednesday, May 25, 2005
NASIONALISME, RASA RINDU dan GUNDAH GULANA
NASIONALISME
Beberapa waktu yang lalu kita baru saja memperingati Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei. Setiap tahunnya hari tersebut diperingati dengan upacara bendera lalu pastinya dalam rangkaian acara tersebut ada acara aubade atau menyanyikan lagu-lagu wajib nasional.
Tahun ini seperti juga tahun-tahun sebelumnya, di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Phnom Penh, Kamboja, HARKITNAS diperingati dengan upacara dan dipimpin oleh Inspektur Upacara; Duta Besar Republik Indonesia Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Kerajaan Kamboja (panjang amat yaak titlenya ... :p).
Seperti juga pada acara-acara di KBRI, saya selalu kebagian jatah sebagai MC, entah buat acara resmi atau tidak resmi dan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Pada acara memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang baru lalu itu, setelah upacara baru rasa haru menyelimuti dada dan ingin meledak serta menangis. Gara-garanya simple aja kok.
Sebelum acara dimulai, mereka semua men-test semua peralatan sound system dan juga CD-CD yang akan dipergunakan (untuk lagu kebangsaan biasanya dinyanyikan oleh peserta upacara dengan iringan orchestra dari CD; untuk mengheningkan cipta pun demikian), tadinya saya masih ngobrol kiri-kanan, berhaha-hihi dan juga bercanda-canda dengan yang lain. Ketika mereka mencoba lagu kebangsaan, tiba-tiba saja bulu kuduk saya berdiri dan keinginan untuk melihat tanah air mendadak menggelegak memenuhi semua rongga pernapasan, mata mendadak terasa panas dan bicara pun terbata-bata. Syndroma apakah ini ? .. waktu saya baru datang tahun lalu, tidak lama setelah saya tiba kemudian ada Rally India - ASEAN, ketika delegasi Indonesia datang, semua asyik bernyanyi-nyanyi dari mulai Rayuan Pulau Kelapa sampai Bandung Lautan Api dan sebagian dari supporter dan peserta Rally menangis, saat itu saya masih baru sehingga saya tidak merasakan apa yang disebut dengan syndroma rindu tanah air.
Saat upacara Harkitnas dimulai, saya membacakan susunan acara satu demi satu, saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, saya tanpa terasa meneteskan air mata. Ya, saya kangen dengan Tanah Air, saya rindu dengan Tanah Air, begitu banyak yang dikatakan oleh orang saat berada di luar negeri dan benar adanya. Senyaman-nyamannya dinegeri orang, lebih nyaman dinegeri sendiri ...
Kalau dikatakan apakah saya ini termasuk orang dengan kategori rasa nasionalismenya yang tinggi, mungkin juga, ya memang saya cinta dengan Tanah Air, saya adalah pecinta batik sejati, hampir dalam setiap acara di Kedutaan ataupun undangan dari kedutaan lain, saya selalu memakai sarung batik Indonesia ...
tanah airku tidak kulupakan
kan terkenang selama hidupku
biar pun saya pergi jauh
tidak hilang dari kalbu
tanahku yang kucintai
engkau kuhargai
walaupun banyak negeri kujalani
kan masyhur permai dikata orang
tetapi kampung dan rumahku
disanalah kurasa senang
tanahku yang ku tak kulupakan
engkau kubanggakan
RASA RINDU
Hari Sabtu setelah melakukan beberapa kegiatan membantu Tante Dubes dalam ASEAN Woman Circle's Bazaar 2005, saya pulang ke Wisma dan segera mandi air hangat supaya badan kembali segar, maklumlah namanya juga long weekend tentunya waktu tak boleh disia-siakan. Malam itu saya sudah membuat janji dengan beberapa anggota MasyIndo untuk ketemuan dan minum kopi sambil mendengarkan live music.
Setelah selesai mandi dan ganti baju lalu saya duduk ditempat tidur sambil mainan remote TV, kemudian terlihat secara sepintas Konser Eliminasi AFI, saya terpaku sejenak. Tadinya tidak niat untuk menonton, saya ingin membaca buku sambil menunggu waktu berangkat bertemu dengan rekan-rekan yang lain. Alhasil saya benar-benar terpaku didepan TV.
Boleh katakan saya norak, kampungan, cengeng, sentimentil, ngga mutu dan lain sebagainya. Tapi saya punya alasan tersendiri dengan nonton AFI sampai dengan selesai konser malam itu. Ada satu kerinduan menyeruak dalam diri ketika nonton konser AFI tersebut, kerinduan ketika AFI masih baru satu dan dua lalu dulu suka sekali setiap malam minggu berdua dengan bunda sambil berbekal pisang goreng buatan bunda serta kopi, kami berdua nonton konser AFI di TV, ada saja yang dikomentari dan biasanya kami sibuk menebak siapa kiranya yang dieliminasi pada malam itu. I miss that time so much.
Beberapa teman saya malah mengatakan secara langsung hari begini saya masih nonton AFI padahal sudah banyak orang yang tidak suka dengan AFI. Well, cobalah anda berdiri di posisi saya, dimana anda tinggal di negeri orang dan kebutuhan akan mendengarkan musik tanah air ataupun lagu-lagu berbahasa ibu sebegitu menggebunya sementara fasilitas hanya sedikit. Maka semua pertunjukkan musik pun akan dihalalkan. Saya tidak menentang dangdut, hanya tidak suka, tapi semenjak pindah ke tanah pohon Lontar ini, saya menyukai dangdut. Bahwa dangdut adalah music of the world, it's true.
Itulah kenapa hari Sabtu kemarin saya ikut menitikkan air mata saat pengumuman eliminasi diumumkan, bukan apa-apa, bukan karena sang kontestan yang keluar, what I remember adalah tawa senang Bunda saat tebakan beliau tepat siapa yang harus keluar dan besok sorenya I should treat her a cup of cappuccinno. Rasa rindu menggelegak dan tak terbendungkan. Saya tidak malu mengakui bahwa ya saya menangis dan dengan tangisan itu justru saya merasa dada saya menjadi lebih ringan :)
GUNDAH GULANA
Tadi malam saya mencoba untuk tidur cepat namun strategi yang dipakai salah, alhasil pada pukul sepuluh malam lewat saya terbangun dan tidak bisa tidur lagi !!!!. Kegelisahan merajalela, baca salah, nonton dvd salah, merokok salah, minum kopi salah, semua salah, even sms-an pun salah.
Gundah gulana tanpa sebab akhirnya datang bertandang, mendadak diri panik memikirkan banyak hal yang belum dikerjakan (padahal semua itu sudah terencana dan belum memasuki masa pengerjaan saja). Rasa-rasanya tadi malam itu saya ingin segera berlari ke kantor dan melakukan ini dan itu.
Ketenangan agak mereda setelah tiba-tiba saya merasa harus ke toilet. Lalu dengan leganya duduklah saya disinggasana kerajaan di toilet dan hasilnya ... rasa gundah semua itu hilang. Oh ternyata oh ... saya hanya ingin puppen saja .... hihihihi ....
NASIONALISME
Beberapa waktu yang lalu kita baru saja memperingati Hari Kebangkitan Nasional tanggal 20 Mei. Setiap tahunnya hari tersebut diperingati dengan upacara bendera lalu pastinya dalam rangkaian acara tersebut ada acara aubade atau menyanyikan lagu-lagu wajib nasional.
Tahun ini seperti juga tahun-tahun sebelumnya, di Kedutaan Besar Republik Indonesia di Phnom Penh, Kamboja, HARKITNAS diperingati dengan upacara dan dipimpin oleh Inspektur Upacara; Duta Besar Republik Indonesia Luar Biasa dan Berkuasa Penuh Indonesia untuk Kerajaan Kamboja (panjang amat yaak titlenya ... :p).
Seperti juga pada acara-acara di KBRI, saya selalu kebagian jatah sebagai MC, entah buat acara resmi atau tidak resmi dan menggunakan bahasa Indonesia atau bahasa Inggris. Pada acara memperingati Hari Kebangkitan Nasional yang baru lalu itu, setelah upacara baru rasa haru menyelimuti dada dan ingin meledak serta menangis. Gara-garanya simple aja kok.
Sebelum acara dimulai, mereka semua men-test semua peralatan sound system dan juga CD-CD yang akan dipergunakan (untuk lagu kebangsaan biasanya dinyanyikan oleh peserta upacara dengan iringan orchestra dari CD; untuk mengheningkan cipta pun demikian), tadinya saya masih ngobrol kiri-kanan, berhaha-hihi dan juga bercanda-canda dengan yang lain. Ketika mereka mencoba lagu kebangsaan, tiba-tiba saja bulu kuduk saya berdiri dan keinginan untuk melihat tanah air mendadak menggelegak memenuhi semua rongga pernapasan, mata mendadak terasa panas dan bicara pun terbata-bata. Syndroma apakah ini ? .. waktu saya baru datang tahun lalu, tidak lama setelah saya tiba kemudian ada Rally India - ASEAN, ketika delegasi Indonesia datang, semua asyik bernyanyi-nyanyi dari mulai Rayuan Pulau Kelapa sampai Bandung Lautan Api dan sebagian dari supporter dan peserta Rally menangis, saat itu saya masih baru sehingga saya tidak merasakan apa yang disebut dengan syndroma rindu tanah air.
Saat upacara Harkitnas dimulai, saya membacakan susunan acara satu demi satu, saat menyanyikan lagu Indonesia Raya, saya tanpa terasa meneteskan air mata. Ya, saya kangen dengan Tanah Air, saya rindu dengan Tanah Air, begitu banyak yang dikatakan oleh orang saat berada di luar negeri dan benar adanya. Senyaman-nyamannya dinegeri orang, lebih nyaman dinegeri sendiri ...
Kalau dikatakan apakah saya ini termasuk orang dengan kategori rasa nasionalismenya yang tinggi, mungkin juga, ya memang saya cinta dengan Tanah Air, saya adalah pecinta batik sejati, hampir dalam setiap acara di Kedutaan ataupun undangan dari kedutaan lain, saya selalu memakai sarung batik Indonesia ...
tanah airku tidak kulupakan
kan terkenang selama hidupku
biar pun saya pergi jauh
tidak hilang dari kalbu
tanahku yang kucintai
engkau kuhargai
walaupun banyak negeri kujalani
kan masyhur permai dikata orang
tetapi kampung dan rumahku
disanalah kurasa senang
tanahku yang ku tak kulupakan
engkau kubanggakan
RASA RINDU
Hari Sabtu setelah melakukan beberapa kegiatan membantu Tante Dubes dalam ASEAN Woman Circle's Bazaar 2005, saya pulang ke Wisma dan segera mandi air hangat supaya badan kembali segar, maklumlah namanya juga long weekend tentunya waktu tak boleh disia-siakan. Malam itu saya sudah membuat janji dengan beberapa anggota MasyIndo untuk ketemuan dan minum kopi sambil mendengarkan live music.
Setelah selesai mandi dan ganti baju lalu saya duduk ditempat tidur sambil mainan remote TV, kemudian terlihat secara sepintas Konser Eliminasi AFI, saya terpaku sejenak. Tadinya tidak niat untuk menonton, saya ingin membaca buku sambil menunggu waktu berangkat bertemu dengan rekan-rekan yang lain. Alhasil saya benar-benar terpaku didepan TV.
Boleh katakan saya norak, kampungan, cengeng, sentimentil, ngga mutu dan lain sebagainya. Tapi saya punya alasan tersendiri dengan nonton AFI sampai dengan selesai konser malam itu. Ada satu kerinduan menyeruak dalam diri ketika nonton konser AFI tersebut, kerinduan ketika AFI masih baru satu dan dua lalu dulu suka sekali setiap malam minggu berdua dengan bunda sambil berbekal pisang goreng buatan bunda serta kopi, kami berdua nonton konser AFI di TV, ada saja yang dikomentari dan biasanya kami sibuk menebak siapa kiranya yang dieliminasi pada malam itu. I miss that time so much.
Beberapa teman saya malah mengatakan secara langsung hari begini saya masih nonton AFI padahal sudah banyak orang yang tidak suka dengan AFI. Well, cobalah anda berdiri di posisi saya, dimana anda tinggal di negeri orang dan kebutuhan akan mendengarkan musik tanah air ataupun lagu-lagu berbahasa ibu sebegitu menggebunya sementara fasilitas hanya sedikit. Maka semua pertunjukkan musik pun akan dihalalkan. Saya tidak menentang dangdut, hanya tidak suka, tapi semenjak pindah ke tanah pohon Lontar ini, saya menyukai dangdut. Bahwa dangdut adalah music of the world, it's true.
Itulah kenapa hari Sabtu kemarin saya ikut menitikkan air mata saat pengumuman eliminasi diumumkan, bukan apa-apa, bukan karena sang kontestan yang keluar, what I remember adalah tawa senang Bunda saat tebakan beliau tepat siapa yang harus keluar dan besok sorenya I should treat her a cup of cappuccinno. Rasa rindu menggelegak dan tak terbendungkan. Saya tidak malu mengakui bahwa ya saya menangis dan dengan tangisan itu justru saya merasa dada saya menjadi lebih ringan :)
GUNDAH GULANA
Tadi malam saya mencoba untuk tidur cepat namun strategi yang dipakai salah, alhasil pada pukul sepuluh malam lewat saya terbangun dan tidak bisa tidur lagi !!!!. Kegelisahan merajalela, baca salah, nonton dvd salah, merokok salah, minum kopi salah, semua salah, even sms-an pun salah.
Gundah gulana tanpa sebab akhirnya datang bertandang, mendadak diri panik memikirkan banyak hal yang belum dikerjakan (padahal semua itu sudah terencana dan belum memasuki masa pengerjaan saja). Rasa-rasanya tadi malam itu saya ingin segera berlari ke kantor dan melakukan ini dan itu.
Ketenangan agak mereda setelah tiba-tiba saya merasa harus ke toilet. Lalu dengan leganya duduklah saya disinggasana kerajaan di toilet dan hasilnya ... rasa gundah semua itu hilang. Oh ternyata oh ... saya hanya ingin puppen saja .... hihihihi ....
"Har, book ticket buat besok malam pesawat terakhir. I need you to go with me. Return ticket Phnom Penh - Ho Chi Minh City - Phnom Penh."
tanpa bertanya lagi urusannya apa dan untuk berapa lama, I booked the ticket.
"Kita berangkat besok malam dan pulang Sabtu siang."
'Baik, saya akan book ticketnya sekarang'
"Okay. We'll talk more tonite about the trip. See you"
'Baik.'
.... click .. tut tut tut tut .. telepon dimatikan
saya cuman tersenyum simpul. Vietnam here I come .....
tanpa bertanya lagi urusannya apa dan untuk berapa lama, I booked the ticket.
"Kita berangkat besok malam dan pulang Sabtu siang."
'Baik, saya akan book ticketnya sekarang'
"Okay. We'll talk more tonite about the trip. See you"
'Baik.'
.... click .. tut tut tut tut .. telepon dimatikan
saya cuman tersenyum simpul. Vietnam here I come .....
lalu aku bertanya dan bertanya
benarkah itu semua adanya ? ..
"kau hanya alatnya saja untuk bermanja-manja,
karena dia tau kau takkan menolaknya .. "
"kau hanya tempat untuk bersenang-senang saja
karena dia tau kau miliki semuanya .. "
lalu aku bertanya dan bertanya
benarkah itu semua adanya ? ..
"sadarilah ..,
pernahkah dia mengatakan sayang padamu ?
pernahkah dia menunjukkan rasa sayangnya padamu ?
pernahkah dia mengucapkan sebait kata-kata manis untukmu ?"
lalu aku bertanya dan bertanya
benarkah itu semua adanya ? ..
"dia tak pernah perduli dengan apa yang kau rasa,
dia tak pernah perduli dengan perih yang kau rasa,
dia tak pernah perduli dengan perasaanmu ... kau hanya alatnya saja ... "
"sudahi ini semua ... dia tau bahwa kau selalu mencintainya
sampai kapan pun dan itu dia akan gunakan terus .. "
"kau hanya alatnya saja .. "
lalu diriku terpuruk pada kegelapan semata
merasakan kegamangan dan kenistaan ...
sungguh ..
aku adalah pengemis cinta ...
benarkah itu semua adanya ? ..
"kau hanya alatnya saja untuk bermanja-manja,
karena dia tau kau takkan menolaknya .. "
"kau hanya tempat untuk bersenang-senang saja
karena dia tau kau miliki semuanya .. "
lalu aku bertanya dan bertanya
benarkah itu semua adanya ? ..
"sadarilah ..,
pernahkah dia mengatakan sayang padamu ?
pernahkah dia menunjukkan rasa sayangnya padamu ?
pernahkah dia mengucapkan sebait kata-kata manis untukmu ?"
lalu aku bertanya dan bertanya
benarkah itu semua adanya ? ..
"dia tak pernah perduli dengan apa yang kau rasa,
dia tak pernah perduli dengan perih yang kau rasa,
dia tak pernah perduli dengan perasaanmu ... kau hanya alatnya saja ... "
"sudahi ini semua ... dia tau bahwa kau selalu mencintainya
sampai kapan pun dan itu dia akan gunakan terus .. "
"kau hanya alatnya saja .. "
lalu diriku terpuruk pada kegelapan semata
merasakan kegamangan dan kenistaan ...
sungguh ..
aku adalah pengemis cinta ...
kerinduanku memudar
pada sepenggalah malam
kutersedu
adakah kau disana merasakannya ?
ataukah ku harus berharap pada
satu titik asa kehampaan kembali ?
kegulanaan itu begitu keras menarik
merasuk pada setiap ubun jiwa kelelahan
dan diri tak lagi kuasa menentang
pasrah
diam
terjatuh
dan entah kapan kan bangkit lagi ..
pada sepenggalah malam
kutersedu
adakah kau disana merasakannya ?
ataukah ku harus berharap pada
satu titik asa kehampaan kembali ?
kegulanaan itu begitu keras menarik
merasuk pada setiap ubun jiwa kelelahan
dan diri tak lagi kuasa menentang
pasrah
diam
terjatuh
dan entah kapan kan bangkit lagi ..
Tuesday, May 24, 2005
Friday, May 20, 2005
PENGUMUMAN
No. 38 / TU / V / 2005
No. 38 / TU / V / 2005
TENTANG :
Libur "Visaka Bochea Day, Hari Raya Waisak dan Royal Ploughing Day"
Merujuk SK Kepala Perwakilan RI No. 035 /TU/DB/XII/2004, tentang Penetapan Hari Libur Resmi Tahun 2005 pada Kedutaan Besar Republik Indonesia di Phnom Penh. Dengan hormat diberitahukan kepada seluruh staf KBRI - Phnom Penh, bahwa pada tanggal :
23 Mei 2005 adalah hari besar "Visaka Bochea Day"
24 Mei 2005 adalah hari raya Waisak
26 Mei 2005 adalah hari besar "Royal Ploughing Day"
Sehubungan dengan hal tersebut, Kantor KBRI - Phnom Penh secara resmi diliburkan pada tanggal-tanggal tersebut diatas.
Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Phnom Penh, 20 Mei 2005
B.P.K.R.T
Thursday, May 19, 2005
kembali ragu mendera
menganggu setiap detik pikir
hati bicara
adakah sisimu yang yakinkan diriku
pada satu titik temu asa kita ?
sepenggal kata itu tak lagi cukup
seperti melodi tak bernotasi tinggi
tak harmonis dendang iramanya
akankah kau lengkapi catatan nada itu
hingga sang maestro memainkan peranannya
dengan sempurna ?
pada sepenggalah senja
di titian tak bertepi
aku tak lagi mau membentangkan sejuta asa
perih
pedih
biarkan saja mentari pada lembayung sore
membakar sisa keperihan dan kepedihan itu
biarkan saja rembulan pucat separuh bayang itu
memburamkan pandang asa
akan cinta
akan cita
karena ingin kutemui apa adanya
walau hanya setitik ..
menganggu setiap detik pikir
hati bicara
adakah sisimu yang yakinkan diriku
pada satu titik temu asa kita ?
sepenggal kata itu tak lagi cukup
seperti melodi tak bernotasi tinggi
tak harmonis dendang iramanya
akankah kau lengkapi catatan nada itu
hingga sang maestro memainkan peranannya
dengan sempurna ?
pada sepenggalah senja
di titian tak bertepi
aku tak lagi mau membentangkan sejuta asa
perih
pedih
biarkan saja mentari pada lembayung sore
membakar sisa keperihan dan kepedihan itu
biarkan saja rembulan pucat separuh bayang itu
memburamkan pandang asa
akan cinta
akan cita
karena ingin kutemui apa adanya
walau hanya setitik ..
semalam ketika mata bertaut
mulut tak lagi bicara
sejuta rangkaian aksara
dalam untaian kalimat bermakna
hilang
lenyap
membias
seperti jelaga asap
dalam kabut
menyatu
dan tak lagi terpisah
Semalam ketika mata bertau
hati bicarakan sejuta asa
akan cita
akan cinta
dalam setiap jejak langkah
napas tak lagi serukan gulana
degup jantung tak lagi nyanyikan gundah
durjana kegelisahan pun enggan bertandang
semalam ketika mata bertaut
tak lagi ada keraguan
akankah kepastian semakin menjejak erat ?
pada setiap hembusan napas kehidupan ?
pada setiap detak jantung kecintaan ?
semalam ketika mata bertaut
dan kau memelukku
mata terpejam
dan buaian ode malam pun
tak lagi kurasa
mengembang senyum dalam mimpi indah
semata
senantiasa
phnom penh, jam empat tigapuluh pagi, sembilanbelas mei dua ribu lima
mulut tak lagi bicara
sejuta rangkaian aksara
dalam untaian kalimat bermakna
hilang
lenyap
membias
seperti jelaga asap
dalam kabut
menyatu
dan tak lagi terpisah
Semalam ketika mata bertau
hati bicarakan sejuta asa
akan cita
akan cinta
dalam setiap jejak langkah
napas tak lagi serukan gulana
degup jantung tak lagi nyanyikan gundah
durjana kegelisahan pun enggan bertandang
semalam ketika mata bertaut
tak lagi ada keraguan
akankah kepastian semakin menjejak erat ?
pada setiap hembusan napas kehidupan ?
pada setiap detak jantung kecintaan ?
semalam ketika mata bertaut
dan kau memelukku
mata terpejam
dan buaian ode malam pun
tak lagi kurasa
mengembang senyum dalam mimpi indah
semata
senantiasa
phnom penh, jam empat tigapuluh pagi, sembilanbelas mei dua ribu lima
Wednesday, May 18, 2005
mendung tak lagi menggantung
hujan merintikderas
tak lagi suarakan panas mentari
bayu bertiup lembut
sejuk membahanakan relung jiwa kegulanaan
pada air tercurah di tanah kering
cacing merontakan sejuta kesenangan
tak lagi kering melanda
sebagai air sungai kini mengalir
kerinduanku padamu
kecintaanku padamu
mungkin tak lagi ada
entahlah
seolah diri menghilang
tak lagi meninggalkan sisa
walau hanya sejejak asa
akankah penantian berakhir
pada ujung kesedihan dan kecewa
semata ?
ataukah alur cerita kini berganti ?
secangkir kopi pahit tak lagi terasa
semua hambar
dan helaan napasku seolah tak mampu
menghilangkan sejuta beban
akan kerinduan dan kecintaanku
padamu
selalu ..
phnom penh, delapanbelas mei duaribu lima, jam duabelas siang lewat empatpuluh dua menit ..
hujan merintikderas
tak lagi suarakan panas mentari
bayu bertiup lembut
sejuk membahanakan relung jiwa kegulanaan
pada air tercurah di tanah kering
cacing merontakan sejuta kesenangan
tak lagi kering melanda
sebagai air sungai kini mengalir
kerinduanku padamu
kecintaanku padamu
mungkin tak lagi ada
entahlah
seolah diri menghilang
tak lagi meninggalkan sisa
walau hanya sejejak asa
akankah penantian berakhir
pada ujung kesedihan dan kecewa
semata ?
ataukah alur cerita kini berganti ?
secangkir kopi pahit tak lagi terasa
semua hambar
dan helaan napasku seolah tak mampu
menghilangkan sejuta beban
akan kerinduan dan kecintaanku
padamu
selalu ..
phnom penh, delapanbelas mei duaribu lima, jam duabelas siang lewat empatpuluh dua menit ..
mendung tak lagi menggantung
hujan merintik
deras
tak lagi suarakan panas mentari
bayu bertiup lembut
sejuk membahanakan relung jiwa
kegulanaan
pada air tercurah di tanah kering
cacing merontakan sejuta kesenangan
tak lagi kering melanda
sebagai air sungai kini mengalir
kerinduanku padamu
kecintaanku padamu
mungkin tak lagi ada
entahlah
seolah diri menghilang
tak lagi meninggalkan sisa
walau hanya sejejak asa
akankah penantian berakhir
pada ujung kesedihan dan kecewa
semata ?
ataukah alur cerita kini berganti ?
secangkir kopi pahit tak lagi terasa
semua hambar
dan helaan napasku seolah tak mampu
menghilangkan sejuta beban
akan kerinduan dan kecintaanku
padamu
selalu ..
phnom penh, delapanbelas mei duaribu lima, jam duabelas siang lewat empatpuluh dua menit ..
hujan merintik
deras
tak lagi suarakan panas mentari
bayu bertiup lembut
sejuk membahanakan relung jiwa
kegulanaan
pada air tercurah di tanah kering
cacing merontakan sejuta kesenangan
tak lagi kering melanda
sebagai air sungai kini mengalir
kerinduanku padamu
kecintaanku padamu
mungkin tak lagi ada
entahlah
seolah diri menghilang
tak lagi meninggalkan sisa
walau hanya sejejak asa
akankah penantian berakhir
pada ujung kesedihan dan kecewa
semata ?
ataukah alur cerita kini berganti ?
secangkir kopi pahit tak lagi terasa
semua hambar
dan helaan napasku seolah tak mampu
menghilangkan sejuta beban
akan kerinduan dan kecintaanku
padamu
selalu ..
phnom penh, delapanbelas mei duaribu lima, jam duabelas siang lewat empatpuluh dua menit ..
semalam ketika mata bertaut
mulut tak lagi bicara
sejuta rangkaian aksara
dalam untaian kalimat bermakna
hilang
lenyap
membias
seperti jelaga asap
dalam kabut
menyatu
dan tak lagi terpisah
Semalam ketika mata bertaut
hati bicarakan sejuta asa
akan cita
akan cinta
dalam setiap jejak langkah
napas tak lagi serukan gulana
degup jantung tak lagi nyanyikan gundah
durjana kegelisahan pun enggan bertandang
semalam ketika mata bertaut
tak lagi ada keraguan
akankah kepastian semakin menjejak erat ?
pada setiap hembusan napas kehidupan ?
pada setiap detak jantung kecintaan ?
semalam ketika mata bertaut
dan kau memelukku
mata terpejam
dan buaian ode malam pun
tak lagi kurasa
mengembang senyum dalam mimpi indah
semata
senantiasa
phnom penh, jam empat tigapuluh pagi, sembilanbelas mei dua ribu lima
mulut tak lagi bicara
sejuta rangkaian aksara
dalam untaian kalimat bermakna
hilang
lenyap
membias
seperti jelaga asap
dalam kabut
menyatu
dan tak lagi terpisah
Semalam ketika mata bertaut
hati bicarakan sejuta asa
akan cita
akan cinta
dalam setiap jejak langkah
napas tak lagi serukan gulana
degup jantung tak lagi nyanyikan gundah
durjana kegelisahan pun enggan bertandang
semalam ketika mata bertaut
tak lagi ada keraguan
akankah kepastian semakin menjejak erat ?
pada setiap hembusan napas kehidupan ?
pada setiap detak jantung kecintaan ?
semalam ketika mata bertaut
dan kau memelukku
mata terpejam
dan buaian ode malam pun
tak lagi kurasa
mengembang senyum dalam mimpi indah
semata
senantiasa
phnom penh, jam empat tigapuluh pagi, sembilanbelas mei dua ribu lima
Tuesday, May 17, 2005
SMS
di sisi lemah energi tungguku,
hadirnya satu tlah harmonikakan bias cahaya
yang lagukan malam-malam bisu
tapi tidak sederhana,
telah dia semikan pula
rumput ragu pada taman asa,
dan nihilkan siaga
mungkinkan rangkul bencana
haruskah kupercayakan redup
energi hati pada kesombongan kepala ?
karena mimpi indah masih saja
mungkin hadir diujung fana
from F.A
he dedicated this poem to someone that might be his "the one" ... well, good luck, my dahling bro' ... I'll pray for your happiness, always .. .:)
di sisi lemah energi tungguku,
hadirnya satu tlah harmonikakan bias cahaya
yang lagukan malam-malam bisu
tapi tidak sederhana,
telah dia semikan pula
rumput ragu pada taman asa,
dan nihilkan siaga
mungkinkan rangkul bencana
haruskah kupercayakan redup
energi hati pada kesombongan kepala ?
karena mimpi indah masih saja
mungkin hadir diujung fana
from F.A
he dedicated this poem to someone that might be his "the one" ... well, good luck, my dahling bro' ... I'll pray for your happiness, always .. .:)
aku tak tahu apa yang kurasa
kegelisahan mengejawantah
pada setiap hembus napas
aku tak tahu apa yang kurasa
gulana seolah menjadi karib
pada setiap detik otak berpikir
aku tak tahu apa yang kurasa
kerinduan merajalela
mendendam pada sebuah peluk cium semata
aku tak tahu apa yang kurasa
tak lagi sadarkan diri
hanya senyum dan ucapmu
membayang pada sejuta malam berlalu
aku tak tahu apa yang kurasa
mungkinkah kau hadir malam ini ?
walau hanya dalam seuntai kalimat tak bermakna ?
bila ?
kegelisahan mengejawantah
pada setiap hembus napas
aku tak tahu apa yang kurasa
gulana seolah menjadi karib
pada setiap detik otak berpikir
aku tak tahu apa yang kurasa
kerinduan merajalela
mendendam pada sebuah peluk cium semata
aku tak tahu apa yang kurasa
tak lagi sadarkan diri
hanya senyum dan ucapmu
membayang pada sejuta malam berlalu
aku tak tahu apa yang kurasa
mungkinkah kau hadir malam ini ?
walau hanya dalam seuntai kalimat tak bermakna ?
bila ?
DI PANTAI
Hari Sabtu yang lalu saya berangkat ke Sihanoukville, salah satu pantai di negaranya Raja Sihamoni. Sihanoukville merupakan tempat peristirahatan the King Father Norodom Sihanouk, terletak diatas bukit dan dari villanya tersebut beliau dapat melihat ke seantero kawasan pantai di Sihanoukville tersebut maka disebutlah tempat tersebut sebagai Sihanoukville, sedangkan nama aslinya adalah Kampong Som.
Dalam rangka program tahunan PERMIKA (Persatuan Masyarakat Indonesia di Kamboja), maka tahun ini diadakan Jalan Bareng PERMIKA ke Sihanoukville, 14 - 15 Mei 2005. Mengingat bahwa Kamboja mengalami libur nasional dari tanggal 13 sampai dengan tanggal 16 Mei 2005 maka diambillah tanggal tersebut untuk acara Jalan Bareng ini (yang akhirnya mengakibatkan saya tidak bisa pergi berlibur ke Bangkok dan Ho Chi Minh :( ). Maksud dan tujuan Jalan Bareng itu tentunya adalah mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi yang sudah terjalin selama ini dan juga merupakan ajang memperakrab diri bagi yang baru-baru datang.
Setelah hampir menjelang satu tahun disini, baru sekali ini saya mengikuti kegiatan PERMIKA especially dengan anggota rombongan sirkus yang sebegini banyak. Ada rasa keengganan untuk ikut sebenarnya mengingat bahwa beberapa dari mereka tidak menyukai eksistensi saya dalam kancah pergaulan masyarakat Indonesia di Kamboja (cieee ....) tapi berhubung dan berhubung sekali lagi semua yang menyangkut tindak tanduk dan perilaku saya adalah cerminan dan setidaknya bias dari nama Duta Besar, maka ke-ego-an saya kali ini harus mengalah (lagi lagi mengalah).
Maka pada hari Sabtu pagi pukul 08.00, berangkatlah saya menuju KBRI Phnom Penh dan berkumpul dengan masyarakat Indonesia lainnya yang sudah datang. Sambil menunggu bis datang, saya sempat mengobrol sana-sini, menyapa kiri-kanan, you know those that so-called basa-basi budaya timur.
Pukul 08.15 bis datang, kami pun berkumpul dan dibawah pimpinan Om Dubes, kita berdoa bersama, setelah itu absen dan naik ke bis masing-masing yang sudah ditentukan. Alhasil jam 09.00 kita berangkat menuju Sihanoukville. Dalam perjalanan saya lebih banyak diam atau mungkin bahasa yang lebih halusnya adalah tidur. Ya, saya menikmati perjalanan yang memakan waktu hampir tiga jam tersebut untuk tidur karena kondisi badan selama seminggu nampaknya sangat kurang tidur.
Sesampai disana cuaca mendung dan kami semua menikmati makan siang yang sudah disajikan oleh pihak hotel berupa macam-macam seafood. Berhubung lapar dan had no time to argue and being choosy so then I let myself eating and eating and eating.
Jam setengah tiga acara pun dimulai dengan lomba dan sebangsanya untuk kategori anak-anak. Sementara para budak-budak cilik itu berlomba, I withdrawn myself dengan jalan-jalan dipantai dan menikmati angin laut dan cuaca mendung.
Selesai acara anak-anak, jam 17.30 semua kembali ke kamar masing-masing dan I used that time untuk merokok dan minum kopi di kamar sambil nonton tivi dan bersms ria dengan orang-orang secara satu kamar hanya saya sendiri (I refused untuk share kamar, waktu itu sudah plan untuk share kamar dengan The Dear tapi ternyata doi ngga bisa berangkat).
Jam 19.00 makan malam dimulai dan I should sit in the same table dengan Om Dubes (ya olooohh, ada apa dengan perjalanan kali ini seolah semua ngga berkenan ... ), alhasil makan tidak bisa banyak dan praktek Table Manner dijalankan dengan sempurna. Bukannya kenyang, yang ada malah cape dan tegang serta tidak nyaman. Actually ngga apa-apa hanya aja suasana mungkin yang membuat I feel uncomfortable.
Malam itu pun acara berlangsung dengan biasa-biasa aja, I've been asking untuk jadi MC dan berhubung moodnya entah lagi kemana, I just make everything short dan simple serta terkesan agak sinikal (kata beberapa teman saya yang malam itu secara tidak langsung memperhatikan jalannya acara). Setelah sambutan ini dan itu serta berbagai lomba untuk kategori dewasa dan juga penyerahan hadiah, maka acara ditutup pukul 11.00
Jam 12.00 tepat tengah malam, I've been under the blanket already ... untuk kemudian bergabung lagi besok pagi dalam rangkaian acara Jalan Bareng ini ...
Hari Sabtu yang lalu saya berangkat ke Sihanoukville, salah satu pantai di negaranya Raja Sihamoni. Sihanoukville merupakan tempat peristirahatan the King Father Norodom Sihanouk, terletak diatas bukit dan dari villanya tersebut beliau dapat melihat ke seantero kawasan pantai di Sihanoukville tersebut maka disebutlah tempat tersebut sebagai Sihanoukville, sedangkan nama aslinya adalah Kampong Som.
Dalam rangka program tahunan PERMIKA (Persatuan Masyarakat Indonesia di Kamboja), maka tahun ini diadakan Jalan Bareng PERMIKA ke Sihanoukville, 14 - 15 Mei 2005. Mengingat bahwa Kamboja mengalami libur nasional dari tanggal 13 sampai dengan tanggal 16 Mei 2005 maka diambillah tanggal tersebut untuk acara Jalan Bareng ini (yang akhirnya mengakibatkan saya tidak bisa pergi berlibur ke Bangkok dan Ho Chi Minh :( ). Maksud dan tujuan Jalan Bareng itu tentunya adalah mempererat tali persaudaraan dan silaturahmi yang sudah terjalin selama ini dan juga merupakan ajang memperakrab diri bagi yang baru-baru datang.
Setelah hampir menjelang satu tahun disini, baru sekali ini saya mengikuti kegiatan PERMIKA especially dengan anggota rombongan sirkus yang sebegini banyak. Ada rasa keengganan untuk ikut sebenarnya mengingat bahwa beberapa dari mereka tidak menyukai eksistensi saya dalam kancah pergaulan masyarakat Indonesia di Kamboja (cieee ....) tapi berhubung dan berhubung sekali lagi semua yang menyangkut tindak tanduk dan perilaku saya adalah cerminan dan setidaknya bias dari nama Duta Besar, maka ke-ego-an saya kali ini harus mengalah (lagi lagi mengalah).
Maka pada hari Sabtu pagi pukul 08.00, berangkatlah saya menuju KBRI Phnom Penh dan berkumpul dengan masyarakat Indonesia lainnya yang sudah datang. Sambil menunggu bis datang, saya sempat mengobrol sana-sini, menyapa kiri-kanan, you know those that so-called basa-basi budaya timur.
Pukul 08.15 bis datang, kami pun berkumpul dan dibawah pimpinan Om Dubes, kita berdoa bersama, setelah itu absen dan naik ke bis masing-masing yang sudah ditentukan. Alhasil jam 09.00 kita berangkat menuju Sihanoukville. Dalam perjalanan saya lebih banyak diam atau mungkin bahasa yang lebih halusnya adalah tidur. Ya, saya menikmati perjalanan yang memakan waktu hampir tiga jam tersebut untuk tidur karena kondisi badan selama seminggu nampaknya sangat kurang tidur.
Sesampai disana cuaca mendung dan kami semua menikmati makan siang yang sudah disajikan oleh pihak hotel berupa macam-macam seafood. Berhubung lapar dan had no time to argue and being choosy so then I let myself eating and eating and eating.
Jam setengah tiga acara pun dimulai dengan lomba dan sebangsanya untuk kategori anak-anak. Sementara para budak-budak cilik itu berlomba, I withdrawn myself dengan jalan-jalan dipantai dan menikmati angin laut dan cuaca mendung.
Selesai acara anak-anak, jam 17.30 semua kembali ke kamar masing-masing dan I used that time untuk merokok dan minum kopi di kamar sambil nonton tivi dan bersms ria dengan orang-orang secara satu kamar hanya saya sendiri (I refused untuk share kamar, waktu itu sudah plan untuk share kamar dengan The Dear tapi ternyata doi ngga bisa berangkat).
Jam 19.00 makan malam dimulai dan I should sit in the same table dengan Om Dubes (ya olooohh, ada apa dengan perjalanan kali ini seolah semua ngga berkenan ... ), alhasil makan tidak bisa banyak dan praktek Table Manner dijalankan dengan sempurna. Bukannya kenyang, yang ada malah cape dan tegang serta tidak nyaman. Actually ngga apa-apa hanya aja suasana mungkin yang membuat I feel uncomfortable.
Malam itu pun acara berlangsung dengan biasa-biasa aja, I've been asking untuk jadi MC dan berhubung moodnya entah lagi kemana, I just make everything short dan simple serta terkesan agak sinikal (kata beberapa teman saya yang malam itu secara tidak langsung memperhatikan jalannya acara). Setelah sambutan ini dan itu serta berbagai lomba untuk kategori dewasa dan juga penyerahan hadiah, maka acara ditutup pukul 11.00
Jam 12.00 tepat tengah malam, I've been under the blanket already ... untuk kemudian bergabung lagi besok pagi dalam rangkaian acara Jalan Bareng ini ...
Thursday, May 12, 2005
PENGUMUMAN
No. 037/TU/V/2005
TENTANG :
Libur Hari Ulang Tahun Raja Kamboja "Norodom Sihamoni"
Merujuk SK Dewan Menteri Kerajaan Kamboja No. 39 HNKR. BK tertanggal 14 Pebruari 2005, bersama ini dengan hormat diberitahukan kepada seluruh Staff KBRI - Phnom Penh, bahwa pada tanggal 13 - 15 Mei 2005 adalah hari besar Hari Ulang Tahun Raja Kamboja "Norodom Sihamoni". Oleh karena tanggal 14 - 15 Mei 2005 jatuh pada hari Sabtu dan Minggu, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka hari besar dimaksud dipindahkan menjadi sampai dengan tanggal 16 Mei 2005, sehubungan dengan hal tersebut, Kantor KBRI - Phnom Penh secara resmi diliburkan.
Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Phnom Penh, 12 Mei 2005
No. 037/TU/V/2005
TENTANG :
Libur Hari Ulang Tahun Raja Kamboja "Norodom Sihamoni"
Merujuk SK Dewan Menteri Kerajaan Kamboja No. 39 HNKR. BK tertanggal 14 Pebruari 2005, bersama ini dengan hormat diberitahukan kepada seluruh Staff KBRI - Phnom Penh, bahwa pada tanggal 13 - 15 Mei 2005 adalah hari besar Hari Ulang Tahun Raja Kamboja "Norodom Sihamoni". Oleh karena tanggal 14 - 15 Mei 2005 jatuh pada hari Sabtu dan Minggu, sesuai dengan ketentuan yang berlaku, maka hari besar dimaksud dipindahkan menjadi sampai dengan tanggal 16 Mei 2005, sehubungan dengan hal tersebut, Kantor KBRI - Phnom Penh secara resmi diliburkan.
Demikian disampaikan, atas perhatiannya diucapkan terima kasih.
Phnom Penh, 12 Mei 2005
Wednesday, May 11, 2005
LOREM IPSUM, contoh penulisan pada blog
"Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum."
Pastinya semua orang waktu melihat contoh tulisan ini pada skin blog yang akan dipakai menganggapnya bahwa ini hanya sekedar tulis menulis saja atau kalimat asal bunyi. Sebenarnya tulisan ini merupakan satu kutipan dari buku The Extremes of Good and Evil yang ditulis oleh Cicero pada tahun 45 SM,
Kemudian pada tahun 1914, H. Rackham menterjemahkan secara bebas tulisan ini :
"But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain of itself, because it is pain, but because occasionally circumstances occur in which toil and pain can procure him some great pleasure. To take a trivial example, which of us ever undertakes laborious physical exercise, except to obtain some advantage from it? But who has any right to find fault with a man who chooses to enjoy a pleasure that has no annoying consequences, or one who avoids a pain that produces no resultant pleasure?"
Well, kurang lebih begitulah terjemahannya. Thanks to a friend of mine who shares this knowledge.
"Lorem ipsum dolor sit amet, consectetur adipisicing elit, sed do eiusmod tempor incididunt ut labore et dolore magna aliqua. Ut enim ad minim veniam, quis nostrud exercitation ullamco laboris nisi ut aliquip ex ea commodo consequat. Duis aute irure dolor in reprehenderit in voluptate velit esse cillum dolore eu fugiat nulla pariatur. Excepteur sint occaecat cupidatat non proident, sunt in culpa qui officia deserunt mollit anim id est laborum."
Pastinya semua orang waktu melihat contoh tulisan ini pada skin blog yang akan dipakai menganggapnya bahwa ini hanya sekedar tulis menulis saja atau kalimat asal bunyi. Sebenarnya tulisan ini merupakan satu kutipan dari buku The Extremes of Good and Evil yang ditulis oleh Cicero pada tahun 45 SM,
Kemudian pada tahun 1914, H. Rackham menterjemahkan secara bebas tulisan ini :
"But I must explain to you how all this mistaken idea of denouncing pleasure and praising pain was born and I will give you a complete account of the system, and expound the actual teachings of the great explorer of the truth, the master-builder of human happiness. No one rejects, dislikes, or avoids pleasure itself, because it is pleasure, but because those who do not know how to pursue pleasure rationally encounter consequences that are extremely painful. Nor again is there anyone who loves or pursues or desires to obtain pain of itself, because it is pain, but because occasionally circumstances occur in which toil and pain can procure him some great pleasure. To take a trivial example, which of us ever undertakes laborious physical exercise, except to obtain some advantage from it? But who has any right to find fault with a man who chooses to enjoy a pleasure that has no annoying consequences, or one who avoids a pain that produces no resultant pleasure?"
Well, kurang lebih begitulah terjemahannya. Thanks to a friend of mine who shares this knowledge.
MILITER MONOPOLI PAHLAWAN ?
oleh Asvi Warman Adam
Siapa yang dianggap sebagai pahlawan ? Sidney Hook dalam buku The Hero in History membedakan antara eventfulman dan event-makingman. Yang pertama adalah orang yang terlibat dalam suatu peristiwa, sedangkan yang kedua adalah orang yang membuat peristiwa. Bisa saja seorang tokoh beruntung karena berada pada posisi dan waktu yang tepat mengambil keputusan yang berdampak besar bagi masyarakat luas.
Namun, figur dalam kelompok kedua adalah orang yang mampu mengendalikan peristiwa, bahkan mengarahkan masyarakat sesuai tujuan yang diinginkannya. Soekarno (sebagaimana halnya Mahathir bagi Malaysia) dengan pidato-pidatonya yang inspiratif bisa dimasukkan ke dalam kategori tersebut.
Pertanyaannya, apakah tokoh yang berprofesi militer termasuk jenis yang pertama atau kedua ? Kenyataannya, Taman Makam Pahlawan didominasi militer dan seperempat di antara pahlawan nasional berasal dari profesi itu.
TMP (Taman Makam Pahlawan) Kalibata saat ini dihuni sekitar 7,000 tokoh. Enam ribu diantaranya berasal dari militer dan hanya seribu orang dari kalangan sipil. Militer didominasi AD sebanyak 5,000 tokoh dan sisanya seribu orang lagi dari AL, AU serta POLRI. Dari kalangan sipil yang berjumlah seribu itu, hanya 23 orang yang menjadi pahlawan nasional (diantaranya adalah H. Agus Salim).
Sejak dilakukan pemindahan makam dari Ancol ke Kalibata pada tahun 1959, sampai hari ini terdapat sekitar 125 pahlawan nasional. Seperempat diantaranya berasal dari militer. Peristiwa G 30 S / 1965 dengan seketika melahirkan 10 pahlawan, yakni 6 jenderal TNI AD , seorang perwira pertama AD yang diculik serta dibunuh di Lubang Buaya, seorang polisi pengawal rumah Waperdam Leimena; Karel Satsuit Tubun serta dua perwira lain yang tewas di Jogjakarta yaitu Katamso dan Sugiono.
Diantara lima tokoh yang diangkat sebagai pahlawan nasional pada 2002, terdapat dua militer, yaitu Jenderal Nasution dan Jenderal GPH Jatikusumo.
Mengapa banyak militer yang menjadi pahlawan, apalagi yang menghuni taman makam pahlawan ? Jawabannya terdapat pada definis pahlawan itu seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden No. 33 Tahun 1964. Pahlawan adalah a. warga negara RI yang gugur dalam perjuangan -yang bermutu- dalam membela bangsa dan negara, b. warga negara RI yang berjasa membela bangsa dan negara yang dalam riwayat hidupnya selanjutnya tidak ternoda oleh suatu perbuatan yang membuat cacat nilai perjuangannya.
Kriteria pertama mengacu kepada militer, sedangkan yang kedua kepada kalangan sipil. Militer lebih banyak berpeluang menjadi pahlawan seperti yang diberikan kriteria tersebut. Sedangkan sipil masih diganjal ketentuan "tidak ternoda" -yang tampaknya ditujukan kepada tokoh yang pernah terlibat pergolakan seperti PRRI/PERMESTA. Untuk masa datang, ketentuan itu pun perlu ditinjau kembali.
Persyaratan untuk memperoleh kavling di Taman Makam Pahlawan Kalibata, selain dari pahlawan nasional, adalah orang yang pernah mendapat bintang tanda jasa seperti Bintang Republik Indonesia, Bintang Mahaputra, Bintang Gerilya, Bintang Utama, atau bintang-bintang yang memang disediakan bagi empat angkatan. Yaitu, Bintang Kartika Eka Paksi (AD), Bintang Yalasena Utama (AL), Bintang Swa Bhuana (AU) dan Bintang Bayangkara (POLRI). Karena itu, militer sangat dalam daftar penghuni TMP.
Penataan Urusan Kepahlawanan
Sekarang ini terjadi pergunjingan di tengah masyarakat tentang pahlawan. Apakah pengangkatan seseorang itu sebagai pahlawan betul-betul disebabkan jasanya atau faktor lain seperti politik dan KKN ?
Demikian pula dengan penganugerahan bintang jasa yang terkesan diobral pada masa Soeharto sampai Habibie. Saat itu, orang-orang yang dekat dengan Presiden, termasuk para menteri (atau mantan menteri) beserta istrinya, diberi bintang jasa.
Bahkan, istri Presiden Soeharto, Ny. Suhartinah, diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 1996. Para era Megawati, masih terdengar komentar miring ketika mertua Presiden Megawati Soekarnoputri mendapat Bintang Mahaputra Nararya. Ayahanda Taufiq Kiemas tersebut pernah menjadi pejabat tinggi di Departemen Perdagangan pada 1957 - 1967. Namun, tidak dijelaskan apa jasa beliau yang sangat menonjol.
Untuk mengatasi hal itu, menurut hemat kami, perlu dilakukan beberapa hal. Pertama, seyogyanya pengangkatan pahlawan dan pemberian bintang tanda jasa dilakukan secara transparan. Sebaiknya nama calon pahlawan atau penerima tanda jas itu diumumkan di surat kabar, sehingga bisa dilakukan uji publik. Kalau tidak ada keberatan dari masyarakat, baru diangkat.
Dengan cara seperti itu, segala KKN tentu akan segera diketahui. Memang, pengangkatan pahlawan dan pemberian tanda jasa ini merupakan hak prerogatif presiden. Tanpa mengurangi hak tersebut, sistem yang lebih terbuka akan menyebabkan semuanya berjalan lebih baik.
Kedua, kriteria pahlawan nasional tersebut perlu ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Peraturan presiden itu dibuat pada 1964, sudah beberapa puluh tahun silam. Dengan demikian, bukan bidang kemiliteran saja yang berpeluang tetapi tokoh dibidang lain seperti ekonomi, sosial-budaya, dan iptek juga bisa masuk. Demikian pula, tokoh olahraga, tenaga kerja wanita di luar negeri serta pembela HAM (seperti Munir almarhum) bisa diusulkan.
Ketiga, jangan sampai ada pahlawan yang terkena cekal seperti pada masa Orde Baru. Sebelum 1965, Tan Malaka dan Alimin Prawirodirdjo diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 1963 dan 1964. Namun, dalam buku Album Pahlawan Bangsa terbitan Mutiara Sumber Widya (2001) dengan kata sambutan direktur Urusan Kepahlawanan, Departemen Sosial, serta direktur Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di antara 109 pahlawan (yang muali diangkat 1959 sampai 2001), tidak tercantum nama Tan Malaka dan Alimin Prawirodirdjo.
Pencekalan pahlawan dari golongan kiri itu merupakan pelecehan sejarah bangsa. Sebab, gelar pahlawan kedua tokoh itu TIDAK PERNAH DICABUT secara resmi. Kalau terus begitu, kapan kita menjadi bangsa yang besar, bangsa yang menghargai pahlawannya ?
Noted from me :
Menarik mencermati jalanya sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita tercinta ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Begitu banyak hal yang memang harus dituntaskan, dibenarkan, diluruskan atau mungkin juga dikembalikan pada tempat dan porsi yang sebenarnya. Tidak hanya bangunan, pusaka ataupun peninggalan bersejarah; tokoh pun masih harus dikoreksi, masih harus dibenarkan jika salah, masih harus diperhatikan baik-baik, kalau selama ini yang tercatat hanya dua orang, besok mungkin terungkap lagi fakta lain. Who knows ? Kita hanya bisa berharap dan semoga pelajaran dari selama perjalanan kehidupan berbangsa den bernegara ini berjalan dapat menjadikan Indonesia Raya lebih baik lagi ...
oleh Asvi Warman Adam
Siapa yang dianggap sebagai pahlawan ? Sidney Hook dalam buku The Hero in History membedakan antara eventfulman dan event-makingman. Yang pertama adalah orang yang terlibat dalam suatu peristiwa, sedangkan yang kedua adalah orang yang membuat peristiwa. Bisa saja seorang tokoh beruntung karena berada pada posisi dan waktu yang tepat mengambil keputusan yang berdampak besar bagi masyarakat luas.
Namun, figur dalam kelompok kedua adalah orang yang mampu mengendalikan peristiwa, bahkan mengarahkan masyarakat sesuai tujuan yang diinginkannya. Soekarno (sebagaimana halnya Mahathir bagi Malaysia) dengan pidato-pidatonya yang inspiratif bisa dimasukkan ke dalam kategori tersebut.
Pertanyaannya, apakah tokoh yang berprofesi militer termasuk jenis yang pertama atau kedua ? Kenyataannya, Taman Makam Pahlawan didominasi militer dan seperempat di antara pahlawan nasional berasal dari profesi itu.
TMP (Taman Makam Pahlawan) Kalibata saat ini dihuni sekitar 7,000 tokoh. Enam ribu diantaranya berasal dari militer dan hanya seribu orang dari kalangan sipil. Militer didominasi AD sebanyak 5,000 tokoh dan sisanya seribu orang lagi dari AL, AU serta POLRI. Dari kalangan sipil yang berjumlah seribu itu, hanya 23 orang yang menjadi pahlawan nasional (diantaranya adalah H. Agus Salim).
Sejak dilakukan pemindahan makam dari Ancol ke Kalibata pada tahun 1959, sampai hari ini terdapat sekitar 125 pahlawan nasional. Seperempat diantaranya berasal dari militer. Peristiwa G 30 S / 1965 dengan seketika melahirkan 10 pahlawan, yakni 6 jenderal TNI AD , seorang perwira pertama AD yang diculik serta dibunuh di Lubang Buaya, seorang polisi pengawal rumah Waperdam Leimena; Karel Satsuit Tubun serta dua perwira lain yang tewas di Jogjakarta yaitu Katamso dan Sugiono.
Diantara lima tokoh yang diangkat sebagai pahlawan nasional pada 2002, terdapat dua militer, yaitu Jenderal Nasution dan Jenderal GPH Jatikusumo.
Mengapa banyak militer yang menjadi pahlawan, apalagi yang menghuni taman makam pahlawan ? Jawabannya terdapat pada definis pahlawan itu seperti yang tercantum dalam Peraturan Presiden No. 33 Tahun 1964. Pahlawan adalah a. warga negara RI yang gugur dalam perjuangan -yang bermutu- dalam membela bangsa dan negara, b. warga negara RI yang berjasa membela bangsa dan negara yang dalam riwayat hidupnya selanjutnya tidak ternoda oleh suatu perbuatan yang membuat cacat nilai perjuangannya.
Kriteria pertama mengacu kepada militer, sedangkan yang kedua kepada kalangan sipil. Militer lebih banyak berpeluang menjadi pahlawan seperti yang diberikan kriteria tersebut. Sedangkan sipil masih diganjal ketentuan "tidak ternoda" -yang tampaknya ditujukan kepada tokoh yang pernah terlibat pergolakan seperti PRRI/PERMESTA. Untuk masa datang, ketentuan itu pun perlu ditinjau kembali.
Persyaratan untuk memperoleh kavling di Taman Makam Pahlawan Kalibata, selain dari pahlawan nasional, adalah orang yang pernah mendapat bintang tanda jasa seperti Bintang Republik Indonesia, Bintang Mahaputra, Bintang Gerilya, Bintang Utama, atau bintang-bintang yang memang disediakan bagi empat angkatan. Yaitu, Bintang Kartika Eka Paksi (AD), Bintang Yalasena Utama (AL), Bintang Swa Bhuana (AU) dan Bintang Bayangkara (POLRI). Karena itu, militer sangat dalam daftar penghuni TMP.
Penataan Urusan Kepahlawanan
Sekarang ini terjadi pergunjingan di tengah masyarakat tentang pahlawan. Apakah pengangkatan seseorang itu sebagai pahlawan betul-betul disebabkan jasanya atau faktor lain seperti politik dan KKN ?
Demikian pula dengan penganugerahan bintang jasa yang terkesan diobral pada masa Soeharto sampai Habibie. Saat itu, orang-orang yang dekat dengan Presiden, termasuk para menteri (atau mantan menteri) beserta istrinya, diberi bintang jasa.
Bahkan, istri Presiden Soeharto, Ny. Suhartinah, diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 1996. Para era Megawati, masih terdengar komentar miring ketika mertua Presiden Megawati Soekarnoputri mendapat Bintang Mahaputra Nararya. Ayahanda Taufiq Kiemas tersebut pernah menjadi pejabat tinggi di Departemen Perdagangan pada 1957 - 1967. Namun, tidak dijelaskan apa jasa beliau yang sangat menonjol.
Untuk mengatasi hal itu, menurut hemat kami, perlu dilakukan beberapa hal. Pertama, seyogyanya pengangkatan pahlawan dan pemberian bintang tanda jasa dilakukan secara transparan. Sebaiknya nama calon pahlawan atau penerima tanda jas itu diumumkan di surat kabar, sehingga bisa dilakukan uji publik. Kalau tidak ada keberatan dari masyarakat, baru diangkat.
Dengan cara seperti itu, segala KKN tentu akan segera diketahui. Memang, pengangkatan pahlawan dan pemberian tanda jasa ini merupakan hak prerogatif presiden. Tanpa mengurangi hak tersebut, sistem yang lebih terbuka akan menyebabkan semuanya berjalan lebih baik.
Kedua, kriteria pahlawan nasional tersebut perlu ditinjau kembali dan disesuaikan dengan perkembangan zaman. Peraturan presiden itu dibuat pada 1964, sudah beberapa puluh tahun silam. Dengan demikian, bukan bidang kemiliteran saja yang berpeluang tetapi tokoh dibidang lain seperti ekonomi, sosial-budaya, dan iptek juga bisa masuk. Demikian pula, tokoh olahraga, tenaga kerja wanita di luar negeri serta pembela HAM (seperti Munir almarhum) bisa diusulkan.
Ketiga, jangan sampai ada pahlawan yang terkena cekal seperti pada masa Orde Baru. Sebelum 1965, Tan Malaka dan Alimin Prawirodirdjo diangkat menjadi Pahlawan Nasional pada 1963 dan 1964. Namun, dalam buku Album Pahlawan Bangsa terbitan Mutiara Sumber Widya (2001) dengan kata sambutan direktur Urusan Kepahlawanan, Departemen Sosial, serta direktur Sarana Pendidikan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, di antara 109 pahlawan (yang muali diangkat 1959 sampai 2001), tidak tercantum nama Tan Malaka dan Alimin Prawirodirdjo.
Pencekalan pahlawan dari golongan kiri itu merupakan pelecehan sejarah bangsa. Sebab, gelar pahlawan kedua tokoh itu TIDAK PERNAH DICABUT secara resmi. Kalau terus begitu, kapan kita menjadi bangsa yang besar, bangsa yang menghargai pahlawannya ?
Noted from me :
Menarik mencermati jalanya sejarah kehidupan berbangsa dan bernegara di negara kita tercinta ini, Negara Kesatuan Republik Indonesia. Begitu banyak hal yang memang harus dituntaskan, dibenarkan, diluruskan atau mungkin juga dikembalikan pada tempat dan porsi yang sebenarnya. Tidak hanya bangunan, pusaka ataupun peninggalan bersejarah; tokoh pun masih harus dikoreksi, masih harus dibenarkan jika salah, masih harus diperhatikan baik-baik, kalau selama ini yang tercatat hanya dua orang, besok mungkin terungkap lagi fakta lain. Who knows ? Kita hanya bisa berharap dan semoga pelajaran dari selama perjalanan kehidupan berbangsa den bernegara ini berjalan dapat menjadikan Indonesia Raya lebih baik lagi ...
THE FINAL 4
Barusan saja selesai menyaksikan The Final 4 of American Idol di StarWorld.
Carrie seperti biasanya bernyanyi tanpa beban (mungkin) dan pada lagu pertama she got a compliments from judges tapi pada lagu kedua performance yang dia lakukan menurun. Lagu yang dipilih cenderung biasa saja.
Bo .. yang katanya calon the next American Idol, well, buat saya personally pembawaannya biasa-biasa saja. Lagu pertama yang dinyanyikan pun mendapat compliments from judges dan lagu kedua dia melakukan performance yang lebih baik lagi. He got standing applause yang cukup lama, sampai-sampai Randy susah untuk bicara ..
Vonzell, pada lagu pertama menyanyikan lagunya Trisha Yearwood dan melakukannya dengan sangat baik walaupun terdapat beberapa kesalahan kecil pada awal lagu tapi overall lagu sulit tersebut bisa dinyanyikan dengan sangat sempurna. Terlihat Paula pun agak tercekat ketika memberikan penilaian, Vonzell tampak menangis melihat ayahnya datang untuk memberi support. Pada lagu kedua, kembali tingkat lagu yang sulit dapat dinyanyikan dengan baik oleh Vonzell. Kalau disuruh memilih, I prefer to choose Vonzell to be the next American Idol .. :)
Anthony, the cute guy yang cenderung bernyanyi dengan tipikal gaya yang sama (one of my friend said that he is a Clay Aiken wanna be) .. lagu pertama he gots the compliments from the judges yang mengatakan bahwa penampilannya kali ini jauh lebih lebih lebih baik dari penampilan-penampilan sebelumnya. Pada lagu kedua pun (yang kebetulan sama lagunya dengan Carrie), Anthony got another complimentary. Sudah beberapa kali Anthony ini masuk dalam zonal eliminasi (ngikutin istilahnya AFI), akankah besok malam dia tersingkirkan ?
Barusan saja selesai menyaksikan The Final 4 of American Idol di StarWorld.
Carrie seperti biasanya bernyanyi tanpa beban (mungkin) dan pada lagu pertama she got a compliments from judges tapi pada lagu kedua performance yang dia lakukan menurun. Lagu yang dipilih cenderung biasa saja.
Bo .. yang katanya calon the next American Idol, well, buat saya personally pembawaannya biasa-biasa saja. Lagu pertama yang dinyanyikan pun mendapat compliments from judges dan lagu kedua dia melakukan performance yang lebih baik lagi. He got standing applause yang cukup lama, sampai-sampai Randy susah untuk bicara ..
Vonzell, pada lagu pertama menyanyikan lagunya Trisha Yearwood dan melakukannya dengan sangat baik walaupun terdapat beberapa kesalahan kecil pada awal lagu tapi overall lagu sulit tersebut bisa dinyanyikan dengan sangat sempurna. Terlihat Paula pun agak tercekat ketika memberikan penilaian, Vonzell tampak menangis melihat ayahnya datang untuk memberi support. Pada lagu kedua, kembali tingkat lagu yang sulit dapat dinyanyikan dengan baik oleh Vonzell. Kalau disuruh memilih, I prefer to choose Vonzell to be the next American Idol .. :)
Anthony, the cute guy yang cenderung bernyanyi dengan tipikal gaya yang sama (one of my friend said that he is a Clay Aiken wanna be) .. lagu pertama he gots the compliments from the judges yang mengatakan bahwa penampilannya kali ini jauh lebih lebih lebih baik dari penampilan-penampilan sebelumnya. Pada lagu kedua pun (yang kebetulan sama lagunya dengan Carrie), Anthony got another complimentary. Sudah beberapa kali Anthony ini masuk dalam zonal eliminasi (ngikutin istilahnya AFI), akankah besok malam dia tersingkirkan ?
MY WEEKEND WANNA BE ..
Tadi pagi ketika datang ke kantor dan masuk ke ruangan, sudah disambut oleh sekian banyak surat yang harus dibuka, dibaca dan dipilah-pilah tingkat urgensinya. Rutinitas yang selalu dilakukan setiap pagi selain tentunya membaca koran dan memprint beberapa berita dari internet untuk kemudian diserahkan kepada Om Dubes.
Saat sedang menikmati secangkir kopi pahit (which true .. it's pahit), Bong Vannak datang ke meja saya dan menyerahkan satu buah amplop dengan nama saya tertera pada amplop tersebut.
"What is it ?"
"The programme for this coming weekend, sir"
Saya mengerinyitkan dahi dan mencoba mengingat ada acara apakah akhir minggu nanti ? entah kenapa otak saya tidak bisa mengingatnya. Segera buka buku agenda kegiatan Om Dubes dan ... jreeeeennngggg .... tertulis:
14 - 15 Mei 2005
Jalan Bareng PERMIKA (Persatuan Masyarakat Indonesia di Kamboja) - Sihanoukville Beach.
Ya amplop, saya baru ingat bahwa Jalan Bareng itu adalah akhir minggu ini. Saya suka pergi ke pantai, enjoy the sun dan main air serta pasir tapi tidak dengan .. ehm .. PERMIKA ini. Well, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang ada di Kamboja, I know that I should follow the program tapi terkadang gabung dengan mereka ada rasa keengganan yang selalu menyergap dan membuat hati malas untuk datang. Kalau dibilang kompak or tidaknya Masindo yang ada disini, tentunya kompak tetapi pun tidak terlepas dari yang namanya grup-grupan (ehm .. tipikal orang Indonesia, bukan ?).
14 Mei 2005
07.30 - 08.30
Kumpul di KBRI (No. 1, Street 466)
08.30
Berangkat menuju Sihanoukville
12.00 - 12.30
Tiba di Sihanoukville, check-in kamar di Holiday Palace Hotel
12.30 - 13.30
Makan Siang bersama
13.30 - 14.30
Istirahat
15.00 - 17.00
Acara pertandingan anak-anak di dalam area hotel dan pantai
18.00 - 19.00
Makan malam bersama
19.15 - 20.00
Sambutan-sambutan (dooohh .. nggak pernah bisa lepas yaa dari sambutan ?)
20.15 - 22.00
Permainan dewasa dan pasangan suami-istri
22.15 - selesai
Karaoke, goyang dangdut dan lain-lain
15 Mei 2005
06.30 - 07.30
Olahraga pagi, senam poco-poco dan sajojo
07.30 - 08.30
Sarapan pagi
08.30 - 12.30
Acara pertandingan anak-anak dan dewasa di Pantai
12.30 - 13.30
Makan siang bersama
13.30
Check out dari kamar hotel
14.00
Kembali ke Phnom Penh
Catatan: Dimohon untuk mengikuti susunan acara yang telah disusun demi kelancaran jalannya setiap acara.
Begitu membaca susunan acara diatas, saya cuman tersenyum kecut karena pas sedang membaca tiba-tiba handphone saya berbunyi, satu pesan masuk:
"Mas Hary, nanti kami minta bantuan untuk jadi mc pas acara malam dan juga koordinator acara anak-anak" .. pengirim : on behalf of Panitia Jalan Bareng.
Gubraaaakkkkssss .... adoooohhhhh ....
I can imagine how's my weekend going to be ... ihiks ...
Tadi pagi ketika datang ke kantor dan masuk ke ruangan, sudah disambut oleh sekian banyak surat yang harus dibuka, dibaca dan dipilah-pilah tingkat urgensinya. Rutinitas yang selalu dilakukan setiap pagi selain tentunya membaca koran dan memprint beberapa berita dari internet untuk kemudian diserahkan kepada Om Dubes.
Saat sedang menikmati secangkir kopi pahit (which true .. it's pahit), Bong Vannak datang ke meja saya dan menyerahkan satu buah amplop dengan nama saya tertera pada amplop tersebut.
"What is it ?"
"The programme for this coming weekend, sir"
Saya mengerinyitkan dahi dan mencoba mengingat ada acara apakah akhir minggu nanti ? entah kenapa otak saya tidak bisa mengingatnya. Segera buka buku agenda kegiatan Om Dubes dan ... jreeeeennngggg .... tertulis:
14 - 15 Mei 2005
Jalan Bareng PERMIKA (Persatuan Masyarakat Indonesia di Kamboja) - Sihanoukville Beach.
Ya amplop, saya baru ingat bahwa Jalan Bareng itu adalah akhir minggu ini. Saya suka pergi ke pantai, enjoy the sun dan main air serta pasir tapi tidak dengan .. ehm .. PERMIKA ini. Well, sebagai bagian dari masyarakat Indonesia yang ada di Kamboja, I know that I should follow the program tapi terkadang gabung dengan mereka ada rasa keengganan yang selalu menyergap dan membuat hati malas untuk datang. Kalau dibilang kompak or tidaknya Masindo yang ada disini, tentunya kompak tetapi pun tidak terlepas dari yang namanya grup-grupan (ehm .. tipikal orang Indonesia, bukan ?).
14 Mei 2005
07.30 - 08.30
Kumpul di KBRI (No. 1, Street 466)
08.30
Berangkat menuju Sihanoukville
12.00 - 12.30
Tiba di Sihanoukville, check-in kamar di Holiday Palace Hotel
12.30 - 13.30
Makan Siang bersama
13.30 - 14.30
Istirahat
15.00 - 17.00
Acara pertandingan anak-anak di dalam area hotel dan pantai
18.00 - 19.00
Makan malam bersama
19.15 - 20.00
Sambutan-sambutan (dooohh .. nggak pernah bisa lepas yaa dari sambutan ?)
20.15 - 22.00
Permainan dewasa dan pasangan suami-istri
22.15 - selesai
Karaoke, goyang dangdut dan lain-lain
15 Mei 2005
06.30 - 07.30
Olahraga pagi, senam poco-poco dan sajojo
07.30 - 08.30
Sarapan pagi
08.30 - 12.30
Acara pertandingan anak-anak dan dewasa di Pantai
12.30 - 13.30
Makan siang bersama
13.30
Check out dari kamar hotel
14.00
Kembali ke Phnom Penh
Catatan: Dimohon untuk mengikuti susunan acara yang telah disusun demi kelancaran jalannya setiap acara.
Begitu membaca susunan acara diatas, saya cuman tersenyum kecut karena pas sedang membaca tiba-tiba handphone saya berbunyi, satu pesan masuk:
"Mas Hary, nanti kami minta bantuan untuk jadi mc pas acara malam dan juga koordinator acara anak-anak" .. pengirim : on behalf of Panitia Jalan Bareng.
Gubraaaakkkkssss .... adoooohhhhh ....
I can imagine how's my weekend going to be ... ihiks ...
Tuesday, May 10, 2005
Kutipan surat Aristides Katoppo kepada Presiden Republik Indonesia, tertanggal 17 April 2005
.. Yayasan Gedung Arsip Nasional RI khusus dibentuk untuk memelihara dan mengelola Gedung Arsip Nasional untuk memberi makna kepada sejarah pertumbuhan Indonesia. Oleh karena itu sepantasnya bahwa sekarang dikukuhkan kembali peran pihak Yayasan Gedung Arsip Nasional RI yang memerlukan rencana jangka panjang khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang memberi makna pada perjuangan terbentuknya Republik Indonesia.
Selama 7 (tujuh) tahun terakhir Yayasan Gedung Arsip Nasional telah berhasil melakukan hal tersebut secara mandiri dalam pendanaan. Bentuk kerjasama semacam ini antara negara dengan civil society yang sukses justru perlu didukung terus dan dimantapkan.
.. Yayasan Gedung Arsip Nasional RI khusus dibentuk untuk memelihara dan mengelola Gedung Arsip Nasional untuk memberi makna kepada sejarah pertumbuhan Indonesia. Oleh karena itu sepantasnya bahwa sekarang dikukuhkan kembali peran pihak Yayasan Gedung Arsip Nasional RI yang memerlukan rencana jangka panjang khususnya untuk kegiatan-kegiatan yang memberi makna pada perjuangan terbentuknya Republik Indonesia.
Selama 7 (tujuh) tahun terakhir Yayasan Gedung Arsip Nasional telah berhasil melakukan hal tersebut secara mandiri dalam pendanaan. Bentuk kerjasama semacam ini antara negara dengan civil society yang sukses justru perlu didukung terus dan dimantapkan.
Monday, May 09, 2005
BEBERAPA KUTIPAN SURAT TERTUJU KEPADA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
(mendukung permohonan Yayasan menjadi pengelola tetap Gedung Arsip Nasional)
Kutipan surat Taufik Abdullah (Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia) kepada Presiden RI, tertanggal 20 April 2005.
.... kami sayangkan pula keharusan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI untuk menyerahkan pengelolaan gedung bersejarah itu kepada Arsip Nasional RI terjadi pada saat yang tidak tepa. Karena terjadi persis di saat-saat Yayasan akan menerima "hibah" koleksi peninggalan sejarah masa "Perang Kemerdekaan dan Revolusi Nasional" sebanyak kira-kira 26,000 items, yang terdiri dari foto-foto, dokumen, poster dan surat kabar serta majalah. Kami mendengar pula bahwa koleksi itu hanya dipercayakan kepada Yayasan Gedung Arsip Nasional RI. Dari copy spesimen yang sempat kami lihat, kami mendapat kesan yang keras bahwa koleksi tersebut sangat bermanfaat bagi penelitian sejarah dari peristiwa yang paling menentukan dalam sejarah nasional kita itu. Bukankah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah hasil revolusi nasional ?
(mendukung permohonan Yayasan menjadi pengelola tetap Gedung Arsip Nasional)
Kutipan surat Taufik Abdullah (Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesia) kepada Presiden RI, tertanggal 20 April 2005.
.... kami sayangkan pula keharusan Yayasan Gedung Arsip Nasional RI untuk menyerahkan pengelolaan gedung bersejarah itu kepada Arsip Nasional RI terjadi pada saat yang tidak tepa. Karena terjadi persis di saat-saat Yayasan akan menerima "hibah" koleksi peninggalan sejarah masa "Perang Kemerdekaan dan Revolusi Nasional" sebanyak kira-kira 26,000 items, yang terdiri dari foto-foto, dokumen, poster dan surat kabar serta majalah. Kami mendengar pula bahwa koleksi itu hanya dipercayakan kepada Yayasan Gedung Arsip Nasional RI. Dari copy spesimen yang sempat kami lihat, kami mendapat kesan yang keras bahwa koleksi tersebut sangat bermanfaat bagi penelitian sejarah dari peristiwa yang paling menentukan dalam sejarah nasional kita itu. Bukankah berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah hasil revolusi nasional ?
Siaran Pers, 26 April 2005
YAYASAN GEDUNG ARSIP NASIONAL RI AKAN MENERIMA HADIAH 26,000 KOLEKSI BENDA PERJUANGAN RI
Jakarta, 26 April 2005 --- Yayasan Gedung Arsip Nasional RI - sebagai pengelola Gedung Arsip Nasional RI, Jakarta - akan mendapatkan tambahan pengakuan atas kemampuan pengelolaan dan dedikasinya melestarikan salah satu cagar budaya bangsa dengan dipercaya untuk menerima dan memelihara 26,000 koleksi benda perjuangan kemerdekaan RI dari luar negeri dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.
Pemilik koleksi ini telah membangun koleksi tersebut dari berbagai sumber termasuk sejumlah kolektor individu lain dan kantor berita seperti UP, AFP, Aneta dsbnya. Berangka tahun produksi 1928 hingga 1962, koleksi ini memiliki nilai historis tinggi karena terdiri dari foto perjuangan, benda militer milik pejuang Indonesia, berbagai benda publikasi, bendera, lukisan tangan, dokumen bersejarah, poster, kartun dan tiga belas buku harian pribadi.
Di antara koleksi menarik ini, terdapat sekitar 10,000 dokumen intelijen Belanda, yang bersifat rahasia di mana kemungkinan besar, ada di antara aslinya yang sudah dimusnahkan oleh pemerintah Belanda. Besar kemungkinan bahwa koleksi dokumen intelijen ini dapat menjadi sumber yang dapat memberikan tambahan informasi mengenai pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesian dan anggota LIP, Taufik Ismail -- yang telah melihat kopi spesimen koleksi tersebut mengatakan "kami mendapat kesan yang keras bahwa koleksi tersebut sangat bermanfaat bagi penelitian sejarah dari peristiwa yang paling menentukan dalam sejarah nasional kita itu."
Pemilik koleksi ini sekarang hanya bersedia menyerahkan koleksi berharga tersebut kepada Yayasan Gedung Arsip Nasional RI sebagai pengelola Gedung Arsip Nasional. Yayasan ini adalah satu-satunya organisasi di Indonesia yang ia pilih dan percayai dapat mendokumentasi, menjaga, merawat dan memanfaatkan koleksi tersebut untuk kepentingan rakyat banyak.
"Batas waktu pengelolaan Gedung Arsip yang diberikan Yayasan saat ini dapat menyebabkan hilangnya kesempatan menerima tambahan koleksi tersebut diatas. Hal ini berarti hilangnya sebagian dari dokumentasi sejarah perjuangan kemerdekaan RI. Mengembalikan koleksi ini ke tanah air kita serta memeliharanya dengan baik adalah suatu kewajiban nasional untuk menghormati para pejuang dan rakyat Indonesia yang telah mengorbankan jiwa raganya demi terwujudnya negara Republik Indonesia yang merdeka.," demikian dikatakan Tamalia Alisjahbana, Direktur Eksekutif Yayasan Gedung Arsip Nasional RI ketika menjelaskan status hukum pelaksanaan pengelolaan gedung terkait dengan rencana pemberian koleksi dan dokumentasi tersebut.
"Benda-benda dalam koleksi ini adalah cerita mereka dan cerita bansa kita yang patut kita sampaikan kepada generasi mendatang secara utuh sebagai pendidikan dimana mereka dapat mengetahui siapa kita, darimana kita berasal dan dengan demikian pula kemana kita ingin menuju", lanjut Tamalia.
Dari sisi pengalaman, Yayasan Gedung Arsip Nasional RI telah mampu menjadikan Gedung Arsip sebagai satu-satunya museum milik pemerintah yang seratus persen mandiri dalam pendanaan sehingga tidak membebankan kas negara atau pembayar pajak dalam biaya operasional dan pemeliharaan gedung tersebut. Yayasan Gedung Arsip Nasional RI juga mampu menjadikan Gedung Arsip satu-satunya gedung cagar budaya di Indonesia yang mendapat juara pertama UNESCO Cultural Heritage Award untuk seluruh kawasan Asia Pasifik. Selain itu Yayasan Gedung Arsip Nasional RI juga telah meraih PATA Tourism Award serta Penghargaan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia).
Pengelolaan Gedung Arsip oleh Yayasan Gedung Arsip Nasional RI telah menjadi teladan bagi pengelola gedung cagar budaya lainnya di Indonesia. Apabila batas waktu pengelolaan Gedung Arsip yang diberikan kepada Yayasan tidak diperpanjang maka akan menjadi pukulan bagi gerakan pelestarian bangunan Cagar Budaya di Indonesia secara keseluruhan.
Yayasan Gedung Arsip Nasional RI telah menulis surat ke Presiden Republik Indonesia untuk memohon beliau mencari jalan keluar bagi masalah yang dihadapi Yayasan. Karena bila Yayasan harus keluar dari Gedung Arsip, maka dikhawatirkan seluruh koleksi yang akan diberikan ini tidak akan diserahkan kepada Yayasan Gedung Arsip Nasional RI melainkan akan menjadi milik lembaga asing di Belanda, Amerika, Australia atau malah Singapura yang telah menyampaikan keinginannya untuk mendapatkan koleksi ini.
"Kami hanya menginginkan adanya Surat Keputusan dari Presiden RI yang menetapkan Yayasan sebagai pengelola tetap Gedung Arsip. Keputusan tersebut akan menjamin rencana dan masa depan dari koleksi tersebut. Ada kekosongan dalam bidang hukum mengenai cagar budaya di Indonesia dimana seharusnya gedung cagar budaya tidak hanya dilihat sebagai asset komersial murni," demikian ditambahkan Tamalia.
Jakarta, 26 April 2005 --- Yayasan Gedung Arsip Nasional RI - sebagai pengelola Gedung Arsip Nasional RI, Jakarta - akan mendapatkan tambahan pengakuan atas kemampuan pengelolaan dan dedikasinya melestarikan salah satu cagar budaya bangsa dengan dipercaya untuk menerima dan memelihara 26,000 koleksi benda perjuangan kemerdekaan RI dari luar negeri dalam waktu yang tidak terlalu lama lagi.
Pemilik koleksi ini telah membangun koleksi tersebut dari berbagai sumber termasuk sejumlah kolektor individu lain dan kantor berita seperti UP, AFP, Aneta dsbnya. Berangka tahun produksi 1928 hingga 1962, koleksi ini memiliki nilai historis tinggi karena terdiri dari foto perjuangan, benda militer milik pejuang Indonesia, berbagai benda publikasi, bendera, lukisan tangan, dokumen bersejarah, poster, kartun dan tiga belas buku harian pribadi.
Di antara koleksi menarik ini, terdapat sekitar 10,000 dokumen intelijen Belanda, yang bersifat rahasia di mana kemungkinan besar, ada di antara aslinya yang sudah dimusnahkan oleh pemerintah Belanda. Besar kemungkinan bahwa koleksi dokumen intelijen ini dapat menjadi sumber yang dapat memberikan tambahan informasi mengenai pergerakan perjuangan kemerdekaan Indonesia.
Ketua Umum Masyarakat Sejarawan Indonesian dan anggota LIP, Taufik Ismail -- yang telah melihat kopi spesimen koleksi tersebut mengatakan "kami mendapat kesan yang keras bahwa koleksi tersebut sangat bermanfaat bagi penelitian sejarah dari peristiwa yang paling menentukan dalam sejarah nasional kita itu."
Pemilik koleksi ini sekarang hanya bersedia menyerahkan koleksi berharga tersebut kepada Yayasan Gedung Arsip Nasional RI sebagai pengelola Gedung Arsip Nasional. Yayasan ini adalah satu-satunya organisasi di Indonesia yang ia pilih dan percayai dapat mendokumentasi, menjaga, merawat dan memanfaatkan koleksi tersebut untuk kepentingan rakyat banyak.
"Batas waktu pengelolaan Gedung Arsip yang diberikan Yayasan saat ini dapat menyebabkan hilangnya kesempatan menerima tambahan koleksi tersebut diatas. Hal ini berarti hilangnya sebagian dari dokumentasi sejarah perjuangan kemerdekaan RI. Mengembalikan koleksi ini ke tanah air kita serta memeliharanya dengan baik adalah suatu kewajiban nasional untuk menghormati para pejuang dan rakyat Indonesia yang telah mengorbankan jiwa raganya demi terwujudnya negara Republik Indonesia yang merdeka.," demikian dikatakan Tamalia Alisjahbana, Direktur Eksekutif Yayasan Gedung Arsip Nasional RI ketika menjelaskan status hukum pelaksanaan pengelolaan gedung terkait dengan rencana pemberian koleksi dan dokumentasi tersebut.
"Benda-benda dalam koleksi ini adalah cerita mereka dan cerita bansa kita yang patut kita sampaikan kepada generasi mendatang secara utuh sebagai pendidikan dimana mereka dapat mengetahui siapa kita, darimana kita berasal dan dengan demikian pula kemana kita ingin menuju", lanjut Tamalia.
Dari sisi pengalaman, Yayasan Gedung Arsip Nasional RI telah mampu menjadikan Gedung Arsip sebagai satu-satunya museum milik pemerintah yang seratus persen mandiri dalam pendanaan sehingga tidak membebankan kas negara atau pembayar pajak dalam biaya operasional dan pemeliharaan gedung tersebut. Yayasan Gedung Arsip Nasional RI juga mampu menjadikan Gedung Arsip satu-satunya gedung cagar budaya di Indonesia yang mendapat juara pertama UNESCO Cultural Heritage Award untuk seluruh kawasan Asia Pasifik. Selain itu Yayasan Gedung Arsip Nasional RI juga telah meraih PATA Tourism Award serta Penghargaan IAI (Ikatan Arsitek Indonesia).
Pengelolaan Gedung Arsip oleh Yayasan Gedung Arsip Nasional RI telah menjadi teladan bagi pengelola gedung cagar budaya lainnya di Indonesia. Apabila batas waktu pengelolaan Gedung Arsip yang diberikan kepada Yayasan tidak diperpanjang maka akan menjadi pukulan bagi gerakan pelestarian bangunan Cagar Budaya di Indonesia secara keseluruhan.
Yayasan Gedung Arsip Nasional RI telah menulis surat ke Presiden Republik Indonesia untuk memohon beliau mencari jalan keluar bagi masalah yang dihadapi Yayasan. Karena bila Yayasan harus keluar dari Gedung Arsip, maka dikhawatirkan seluruh koleksi yang akan diberikan ini tidak akan diserahkan kepada Yayasan Gedung Arsip Nasional RI melainkan akan menjadi milik lembaga asing di Belanda, Amerika, Australia atau malah Singapura yang telah menyampaikan keinginannya untuk mendapatkan koleksi ini.
"Kami hanya menginginkan adanya Surat Keputusan dari Presiden RI yang menetapkan Yayasan sebagai pengelola tetap Gedung Arsip. Keputusan tersebut akan menjamin rencana dan masa depan dari koleksi tersebut. Ada kekosongan dalam bidang hukum mengenai cagar budaya di Indonesia dimana seharusnya gedung cagar budaya tidak hanya dilihat sebagai asset komersial murni," demikian ditambahkan Tamalia.
STASIUN BEOS
Another story .. about BEOS ...
Stasiun kereta api ini dulunya biasa disebut dengan nama B.O.S = Bataviasche Ooster Spoorweg [Batavia Eastern Railway], namun bagi penduduk Jakarta tempo dulu, stasiun ini sering dilafalkan dengan Bé-OS. Kini nama stasiun ini dikenal dengan nama STASIUN JAKARTAKOTA.
Stasiun ini didirikan pada tahun 1929.
Another story .. about BEOS ...
Stasiun kereta api ini dulunya biasa disebut dengan nama B.O.S = Bataviasche Ooster Spoorweg [Batavia Eastern Railway], namun bagi penduduk Jakarta tempo dulu, stasiun ini sering dilafalkan dengan Bé-OS. Kini nama stasiun ini dikenal dengan nama STASIUN JAKARTAKOTA.
Stasiun ini didirikan pada tahun 1929.
A REPLY ... 3
Mas Hary yang baik,
Salut atas kepedulian Mas Hary akan sejarah bangsa….saya sendiri juga sering ngenes kalau melihat sesama bangsa kita koq kurang peduli atas kekayaan khasanah bangsa sendiri….
Kebetulan saya kadangkala berhubungan dengan pihak Yayasan Gedung Arsip sehingga saya mungkin bisa bantu klarifikasi beberapa hal.
Yang pertama adalah, mohon bedakan antara “Arsip Nasional” yang mengurus arsip bangsa kita seluruhnya, dan masih dibawah kendali Pemerintah RI, dengan “Yayasan Gedung Arsip Indonesia”, suatu yayasan yang didirikan khusus untuk MENGELOLA GEDUNG Arsip yang telah direnovasi. Renovasi itupun terlaksana bukan atas dana pemerintah, tapi atas dana berbagai institusi/pribadi berkebangsaan Belanda yang memiliki prakarsa untuk menggalang dana merestorasi gedung yang indah dan sangat bersejarah ini (tuh ‘kan, it even takes FOREIGNERS to love our artefacts and historical architecture….).
Yayasan Gedung Arsip saat ini sedang menghadapi perioda dimana mereka perlu memperpanjang kontrak pengelolaan Gedung Arsip dengan pihak Arsip Nasional selaku pemilik Gedung Arsip, mewakili Pemerintah. Betul Yayasan Gedung Arsip adalah lembaga non-profit, sehingga seluruh pendapatan yang diperoleh Yayasan Gedung Arsip dikembalikan untuk mengelola dan merawat gedung bersejarah ini sebaik mungkin (dengan hasil renovasi, Gedung Arsip ditawarkan untuk disewa oleh pihak2 untuk acara konser klasik, resepsi pernikahan dsb, dengan syarat2 yang sangat ketat demi mempertahankan nilai sejarahnya). Diperkirakan dalam waktu dekat kontrak ini bisa diselesaikan, karena kalau Arsip Nasional mau mengambil alih fungsi Yayasan Gedung Arsip, kemampuan penggalangan dana untuk merawat dan mengurus Gedung Arsip boleh dibilang tidak ada.....
Berarti, dokumen2 bersejarah seperti yang Mas Hary lampirkan mungkin sepatutnya berada dibawah tanggung jawab Arsip Nasional, dan bukan Yayasan Gedung Arsip.
Saya sendiri tidak punya “link” ke pihak Arsip Nasional, tapi saya kira Deplu bisa membantu untuk mencari tahu? Saya sendiri masih masuk keluarga besar Deplu, ikut alm. ayahku bertahun-tahun di negeri orang, dan itulah salahsatu yang juga menanamkan rasa cinta akan tanah air yang cukup mendalam.... you need to be away before you realize how much you love your own country and people so much....
OK deh, sekian dulu Mas Hary, semoga pencarian Anda berbuah, dan arsip bersejarah bisa dikembalikan ke tempat yang sebenarnya….
Salam,
Srisetiowati Seiful
Mas Hary yang baik,
Salut atas kepedulian Mas Hary akan sejarah bangsa….saya sendiri juga sering ngenes kalau melihat sesama bangsa kita koq kurang peduli atas kekayaan khasanah bangsa sendiri….
Kebetulan saya kadangkala berhubungan dengan pihak Yayasan Gedung Arsip sehingga saya mungkin bisa bantu klarifikasi beberapa hal.
Yang pertama adalah, mohon bedakan antara “Arsip Nasional” yang mengurus arsip bangsa kita seluruhnya, dan masih dibawah kendali Pemerintah RI, dengan “Yayasan Gedung Arsip Indonesia”, suatu yayasan yang didirikan khusus untuk MENGELOLA GEDUNG Arsip yang telah direnovasi. Renovasi itupun terlaksana bukan atas dana pemerintah, tapi atas dana berbagai institusi/pribadi berkebangsaan Belanda yang memiliki prakarsa untuk menggalang dana merestorasi gedung yang indah dan sangat bersejarah ini (tuh ‘kan, it even takes FOREIGNERS to love our artefacts and historical architecture….).
Yayasan Gedung Arsip saat ini sedang menghadapi perioda dimana mereka perlu memperpanjang kontrak pengelolaan Gedung Arsip dengan pihak Arsip Nasional selaku pemilik Gedung Arsip, mewakili Pemerintah. Betul Yayasan Gedung Arsip adalah lembaga non-profit, sehingga seluruh pendapatan yang diperoleh Yayasan Gedung Arsip dikembalikan untuk mengelola dan merawat gedung bersejarah ini sebaik mungkin (dengan hasil renovasi, Gedung Arsip ditawarkan untuk disewa oleh pihak2 untuk acara konser klasik, resepsi pernikahan dsb, dengan syarat2 yang sangat ketat demi mempertahankan nilai sejarahnya). Diperkirakan dalam waktu dekat kontrak ini bisa diselesaikan, karena kalau Arsip Nasional mau mengambil alih fungsi Yayasan Gedung Arsip, kemampuan penggalangan dana untuk merawat dan mengurus Gedung Arsip boleh dibilang tidak ada.....
Berarti, dokumen2 bersejarah seperti yang Mas Hary lampirkan mungkin sepatutnya berada dibawah tanggung jawab Arsip Nasional, dan bukan Yayasan Gedung Arsip.
Saya sendiri tidak punya “link” ke pihak Arsip Nasional, tapi saya kira Deplu bisa membantu untuk mencari tahu? Saya sendiri masih masuk keluarga besar Deplu, ikut alm. ayahku bertahun-tahun di negeri orang, dan itulah salahsatu yang juga menanamkan rasa cinta akan tanah air yang cukup mendalam.... you need to be away before you realize how much you love your own country and people so much....
OK deh, sekian dulu Mas Hary, semoga pencarian Anda berbuah, dan arsip bersejarah bisa dikembalikan ke tempat yang sebenarnya….
Salam,
Srisetiowati Seiful
A REPLY .. 2
Dear Dimas Hary,
Gw kaget banget baca info di blog lo tentang akan dirobohkannya Stasiun Beos n mo dijadiin mall itu. Apalagi ditambah sama info dari Bowo tentang Yayasan Arsip Nasional yang mo dibubarin itu.
Gila ya, mo dibikin jadi apa sih sebenernya Jakarta eh Indonesia ini?
Gw lagi cari info ke beberapa orang yang concern tentang masalah ini, ntar kalo ada tambahan info gw share ke dikau deh ya.
Hidup Indonesia!! :P
-nana-
Dear Dimas Hary,
Gw kaget banget baca info di blog lo tentang akan dirobohkannya Stasiun Beos n mo dijadiin mall itu. Apalagi ditambah sama info dari Bowo tentang Yayasan Arsip Nasional yang mo dibubarin itu.
Gila ya, mo dibikin jadi apa sih sebenernya Jakarta eh Indonesia ini?
Gw lagi cari info ke beberapa orang yang concern tentang masalah ini, ntar kalo ada tambahan info gw share ke dikau deh ya.
Hidup Indonesia!! :P
-nana-
A Reply ..
A REPLY
This is a reply from the email that I sent to some of my friends/colleagues few days ago ..
Yaaah , what can I say ? Sebenarnya bangsa kita itu tidak mempunyai kesadaran sejarah . Mengapa ? Karena masyarakat kita dibangun berdasarkan tradisi oral . Ingat dongeng ? pantun ? gurindam ? Itu kan kan diturun temurunkan secara oral dan diingat . Jadi ingatan kita terbiasa dibangun berdasarkan apa yang kita ingat dan hafal . Jadinya kita belajar ( dalam arti secara umum ) berdasarkan 'rote learning' - hafalan ....mati lagi ! Akibatnya ingatan jangka pendek yang lebih berkembang ; bagaimana yang jangka panjang ? ya itu tadi berdasarkan apa yang kita ingat dari nenek moyang kita tanpa adanya sikap analitis dan kritis .Celakanya yang jangka panjang isinya meng-agung-agungkan nenek-kakek kita yang keturunan inilah yang keturunan itulah yang selalu hebat , benar dan menang . Kenapa suatu kerajaan hancur ? yang disalahkan pihak luar ! Semua dilihat dalam kacamata hitam putih ( yang hitam kan biasanya untuk menutup mata buta , iya nggak ? yang putih tidak jelas min atau plus dan silindris tidak he he he ) . Nah, kembali tentang Gedung Arsip Nasional . Konon dulu gedung itu tidak terawat , karena pemerintah tidak punya uang . Kemudian oleh para pencinta situs-situs bersejarah dikumpulkanlah biaya/dana untuk memperbaiki dan merawatnya . Karena sambutannya luar biasa , terutama dari orang-orang Belanda didirikanlah Yayasan yang akan mengelola dana yang masuk , dari sumbangan ataupun kegiatan yang diadakan , untuk pemeliharaan gedung itu . Supaya yayasan ini punya independensi maka diaturlah perjanjian dengan pemerintah hak , wewenang dan tanggung jawab Yayasan ini dengan masa berlaku sekian tahun ( sorry lupa saya ! ) . Setelah itu akan dikembalikan kepada pemerintah dengan harapan pemerintah sudah memiliki anggaran untuk pemeliharaannya . Nah , perjanjian ini konon sudah habis masa berlakunya tetapi apakah pemerintah sudah mampu untuk merawatnya ? Allahualam bissawab ! Selain itu yayasan ini terganjal pada Undang-undang tentang Yayasan ( inipun saya lupa pokok-pokok isinya apa ! ) . Jadi , sekian dulu ingatan saya tentang sejarah gedung bersejarah ini .Tentang dokumen sejarah bangsa , bisa lho diberikan kepada Universitas yang punya program studi sejarah . Tetapi lagi-lagi peyimpanan itu memerlukan tempat / ruang yang khusus , dengan tempratur tertentu , disusun dengan sistematika dan orang yang mempunyai rasa tanggung jawab yang besar serta kecintaan terhadap sejarah bangsanya , karena di dokumen itulah gambaran diri dan karakter bangsa terletak !!!
from Nani Sutojo
This is a reply from the email that I sent to some of my friends/colleagues few days ago ..
Yaaah , what can I say ? Sebenarnya bangsa kita itu tidak mempunyai kesadaran sejarah . Mengapa ? Karena masyarakat kita dibangun berdasarkan tradisi oral . Ingat dongeng ? pantun ? gurindam ? Itu kan kan diturun temurunkan secara oral dan diingat . Jadi ingatan kita terbiasa dibangun berdasarkan apa yang kita ingat dan hafal . Jadinya kita belajar ( dalam arti secara umum ) berdasarkan 'rote learning' - hafalan ....mati lagi ! Akibatnya ingatan jangka pendek yang lebih berkembang ; bagaimana yang jangka panjang ? ya itu tadi berdasarkan apa yang kita ingat dari nenek moyang kita tanpa adanya sikap analitis dan kritis .Celakanya yang jangka panjang isinya meng-agung-agungkan nenek-kakek kita yang keturunan inilah yang keturunan itulah yang selalu hebat , benar dan menang . Kenapa suatu kerajaan hancur ? yang disalahkan pihak luar ! Semua dilihat dalam kacamata hitam putih ( yang hitam kan biasanya untuk menutup mata buta , iya nggak ? yang putih tidak jelas min atau plus dan silindris tidak he he he ) . Nah, kembali tentang Gedung Arsip Nasional . Konon dulu gedung itu tidak terawat , karena pemerintah tidak punya uang . Kemudian oleh para pencinta situs-situs bersejarah dikumpulkanlah biaya/dana untuk memperbaiki dan merawatnya . Karena sambutannya luar biasa , terutama dari orang-orang Belanda didirikanlah Yayasan yang akan mengelola dana yang masuk , dari sumbangan ataupun kegiatan yang diadakan , untuk pemeliharaan gedung itu . Supaya yayasan ini punya independensi maka diaturlah perjanjian dengan pemerintah hak , wewenang dan tanggung jawab Yayasan ini dengan masa berlaku sekian tahun ( sorry lupa saya ! ) . Setelah itu akan dikembalikan kepada pemerintah dengan harapan pemerintah sudah memiliki anggaran untuk pemeliharaannya . Nah , perjanjian ini konon sudah habis masa berlakunya tetapi apakah pemerintah sudah mampu untuk merawatnya ? Allahualam bissawab ! Selain itu yayasan ini terganjal pada Undang-undang tentang Yayasan ( inipun saya lupa pokok-pokok isinya apa ! ) . Jadi , sekian dulu ingatan saya tentang sejarah gedung bersejarah ini .Tentang dokumen sejarah bangsa , bisa lho diberikan kepada Universitas yang punya program studi sejarah . Tetapi lagi-lagi peyimpanan itu memerlukan tempat / ruang yang khusus , dengan tempratur tertentu , disusun dengan sistematika dan orang yang mempunyai rasa tanggung jawab yang besar serta kecintaan terhadap sejarah bangsanya , karena di dokumen itulah gambaran diri dan karakter bangsa terletak !!!
from Nani Sutojo
Friday, May 06, 2005
SELAMATKAN DOKUMEN SEJARAH BANGSA INI
Rekan-rekan generasi muda Indonesia,
Dalam salah satu pidatonya, almarhum Ir. SOEKARNO, Presiden Pertama Republik Indonesia, pernah mengatakan tentang JAS MERAH; Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah. Tentunya kita semua paham bahwa pernyataan tersebut melandasi banyak hal di era sekarang ini. Sudah banyak bukti sejarah milik bangsa ini yang hilang tak tentu rimbanya, kalaupun ada maka itu tidak terletak / berlokasi di tanah air lagi tetapi ada di mantan negeri penjajah ataupun mungkin di balai-balai lelang terkenal di dunia.
Di sebuah artikel yang saya pasang di internet dengan judul ARTI SEBUAH KENANGAN, saya berbicara mengenai dirombak atau mungkin lebih tepat dirubuhkannya STASIUN BEOS / STASIUN KOTA yang terletak di Kota Tua Batavia, dan digantikan dengan mal berlantai lima ditempat tersebut. Ketika membaca berita tersebut disalah satu situs surat kabar di internet, mata saya nanar dan saya cuman bisa merasakan kesakitan yang tak terlukiskan di dalam hati. Nope, I am not trying to be “sok patriot” atau sok pahlawan, but that’s the truth. I always admire semua hal yang berkaitan dengan sejarah. Stasiun Beos merupakan salah satu landmark Kota Djakarta Tempoe Doeloe dan juga merupakan salah satu simbul perkembangan arsitek dinegeri ini pada tahun 1930. Well, I guess it’s enough soal Stasiun Beos.
Kali ini yang membuat saya gusar kembali dan tidur pun terusik adalah salah satu tanggapan dari artikel kecil yang saya buat tersebut. Dikatakan oleh salah seorang rekan saya (walaupun belum pernah bertemu tapi kami sudah sering ngobrol via message) bahwa Pemerintah Belanda akan memberikan 2,800 dokumen bersejarah milik bangsa Indonesia kepada Yayasan Gedung Arsip. Sebuah kabar gembira tentunya, mudah-mudahan saja diantara 2,800 naskah tua yang dikembalikan tersebut terdapat naskah asli LA GALIGO atau mungkin naskah asli dari beberapa dokumen yang masih merupakan misteri sampai sekarang. Ketika membaca berita tersebut sejujurnya hati turut bernyanyi dan bersuka ria, namun ternyata kegembiraan itu hanya sesaat. Yayasan Gedung Arsip ini menurut kabar (yang lagi-lagi datang dari rekan saya tersebut) akan dibubarkan oleh pemerintah Republik Indonesia dengan alasan yang sampai sekarang saya pun belum mengetahuinya. Dikarenakan hal tersebut maka pemerintah Belanda mengurungkan niatnya untuk memberikan naskah-naskah tersebut. Seandainya benar dibubarkan, maka Pemerintah Belanda akan melelang naskah-naskah tersebut di New York.
Mata saya tak berkedip, kembali membaca ulang kalimat tersebut dan rasa-rasanya ingin sekali menyuarakan kesakitan hati ini. Bagaimana tidak, naskah-naskah yang mungkin bisa semakin membuka sisi lain sejarah Republik ini dan juga merupakan bukti dan fakta nyata dari cerita sejarah yang akan diteruskan kepada generasi muda, generasi penerus bangsa, harus direlakan untuk diberikan kepada orang lain, terlebih-lebih lagi dijual. Apakah kita tidak merasa seperti kita sedang menjual harga diri dan martabat kita sebagai satu bangsa yang terkemuka di bumi ini ?
Rekan-rekan, maksud dan tujuan saya menuliskan ini adalah untuk meminta bantuan rekan-rekan, seandainya ada yang mengetahui status terakhir dari Yayasan Gedung Arsip dan juga sampai dimana proses perjuangan mereka untuk tidak dibubarkan oleh pemerintah, please share dengan saya karena saya ingin sekali memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara kita, saya ingin walaupun cuman setitik kecil tapi dapat memberikan kontribusi pada satu kehidupan yang paling saya senangi yaitu kehidupan bersejarah bangsa kita sendiri. Yaysan Gedung Arsip ini adalah Non Governmental Organization [NGO] yang NON PROFIT.
Berikut adalah contoh bentuk dokumen yang sudah siap untuk dijual di New York seandainya pemerintah kita jadi menghapuskan yayasan tersebut dan dua dokumen tersebut dengan manisnya akan ada ditangan seseorang yang mungkin tidak pernah kita kenal …
So, Rekans, I look forward to hear from you. Thank you very much for your kind patience in reading and listening this..
keterangan gambar : Lukisan di edisi tahun 1942 dalam majalah Italia LA DOMENICA DEL CORRIERE menggambarkan tentara Jepang mengibarkan bendera Jepang di atap istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda (sekarang Istana Merdeka), setelah menduduki Batavia (Jakarta).
Rekan-rekan generasi muda Indonesia,
Dalam salah satu pidatonya, almarhum Ir. SOEKARNO, Presiden Pertama Republik Indonesia, pernah mengatakan tentang JAS MERAH; Jangan Sekali-sekali Melupakan Sejarah. Tentunya kita semua paham bahwa pernyataan tersebut melandasi banyak hal di era sekarang ini. Sudah banyak bukti sejarah milik bangsa ini yang hilang tak tentu rimbanya, kalaupun ada maka itu tidak terletak / berlokasi di tanah air lagi tetapi ada di mantan negeri penjajah ataupun mungkin di balai-balai lelang terkenal di dunia.
Di sebuah artikel yang saya pasang di internet dengan judul ARTI SEBUAH KENANGAN, saya berbicara mengenai dirombak atau mungkin lebih tepat dirubuhkannya STASIUN BEOS / STASIUN KOTA yang terletak di Kota Tua Batavia, dan digantikan dengan mal berlantai lima ditempat tersebut. Ketika membaca berita tersebut disalah satu situs surat kabar di internet, mata saya nanar dan saya cuman bisa merasakan kesakitan yang tak terlukiskan di dalam hati. Nope, I am not trying to be “sok patriot” atau sok pahlawan, but that’s the truth. I always admire semua hal yang berkaitan dengan sejarah. Stasiun Beos merupakan salah satu landmark Kota Djakarta Tempoe Doeloe dan juga merupakan salah satu simbul perkembangan arsitek dinegeri ini pada tahun 1930. Well, I guess it’s enough soal Stasiun Beos.
Kali ini yang membuat saya gusar kembali dan tidur pun terusik adalah salah satu tanggapan dari artikel kecil yang saya buat tersebut. Dikatakan oleh salah seorang rekan saya (walaupun belum pernah bertemu tapi kami sudah sering ngobrol via message) bahwa Pemerintah Belanda akan memberikan 2,800 dokumen bersejarah milik bangsa Indonesia kepada Yayasan Gedung Arsip. Sebuah kabar gembira tentunya, mudah-mudahan saja diantara 2,800 naskah tua yang dikembalikan tersebut terdapat naskah asli LA GALIGO atau mungkin naskah asli dari beberapa dokumen yang masih merupakan misteri sampai sekarang. Ketika membaca berita tersebut sejujurnya hati turut bernyanyi dan bersuka ria, namun ternyata kegembiraan itu hanya sesaat. Yayasan Gedung Arsip ini menurut kabar (yang lagi-lagi datang dari rekan saya tersebut) akan dibubarkan oleh pemerintah Republik Indonesia dengan alasan yang sampai sekarang saya pun belum mengetahuinya. Dikarenakan hal tersebut maka pemerintah Belanda mengurungkan niatnya untuk memberikan naskah-naskah tersebut. Seandainya benar dibubarkan, maka Pemerintah Belanda akan melelang naskah-naskah tersebut di New York.
Mata saya tak berkedip, kembali membaca ulang kalimat tersebut dan rasa-rasanya ingin sekali menyuarakan kesakitan hati ini. Bagaimana tidak, naskah-naskah yang mungkin bisa semakin membuka sisi lain sejarah Republik ini dan juga merupakan bukti dan fakta nyata dari cerita sejarah yang akan diteruskan kepada generasi muda, generasi penerus bangsa, harus direlakan untuk diberikan kepada orang lain, terlebih-lebih lagi dijual. Apakah kita tidak merasa seperti kita sedang menjual harga diri dan martabat kita sebagai satu bangsa yang terkemuka di bumi ini ?
Rekan-rekan, maksud dan tujuan saya menuliskan ini adalah untuk meminta bantuan rekan-rekan, seandainya ada yang mengetahui status terakhir dari Yayasan Gedung Arsip dan juga sampai dimana proses perjuangan mereka untuk tidak dibubarkan oleh pemerintah, please share dengan saya karena saya ingin sekali memberikan yang terbaik untuk bangsa dan negara kita, saya ingin walaupun cuman setitik kecil tapi dapat memberikan kontribusi pada satu kehidupan yang paling saya senangi yaitu kehidupan bersejarah bangsa kita sendiri. Yaysan Gedung Arsip ini adalah Non Governmental Organization [NGO] yang NON PROFIT.
Berikut adalah contoh bentuk dokumen yang sudah siap untuk dijual di New York seandainya pemerintah kita jadi menghapuskan yayasan tersebut dan dua dokumen tersebut dengan manisnya akan ada ditangan seseorang yang mungkin tidak pernah kita kenal …
So, Rekans, I look forward to hear from you. Thank you very much for your kind patience in reading and listening this..
keterangan gambar : Lukisan di edisi tahun 1942 dalam majalah Italia LA DOMENICA DEL CORRIERE menggambarkan tentara Jepang mengibarkan bendera Jepang di atap istana Gubernur Jenderal Hindia Belanda (sekarang Istana Merdeka), setelah menduduki Batavia (Jakarta).
Wednesday, May 04, 2005
ARTI SEBUAH KENANGAN
18.45 waktu phnom penh
Mata saya nanar membaca satu postingan dari satu forum diskusi yang saya ikuti. Mungkin buat sebagian orang tidaklah berarti tapi buat saya pribadi, ada sedikit rasa gundah dan juga rasa gusar yang sangat mendalam ketika membaca berita tersebut.
Adalah rencana pemerintah DKI dan juga (mungkin) PT. Kereta Api Indonesia untuk mengembangkan secara lebih jauh lagi fungsi dari Stasiun Kota atau yang dikenal juga dengan sebutan Stasiun Beos (di permainan Monopoli nama ini ada) dengan cara merombaknya dan menjadikannya mal dengan kapasitas lima lantai.
Stasiun Beos merupakan salah satu landmark kota Jakarta Tua, didirikan pada awal tahun 1930an, yang juga merupakan lambang dari arstitektur bergaya modern pada masa itu. Merupakan pusat dari semua perjalanan kereta api pada masanya dan juga merupakan stasiun pertama yang dibuat.
Merupakan satu kesatuan dengan gedung disekelilingnya seperti Musium Fatahillah (dulunya merupakan gedung pemerintahan), Musium Seni Rupa (dulunya merupakan Gedung Pengadilan, didirikan tahun 1871), Musium Wayang (dulunya merupakan gereja), Stasiun Beos tidak dapat dilepaskan bahwa ia adalah satu dari saksi kejayaan Batavia Tempo Doeloe dan juga saksi dari perjalanan perkembangan kota Jakarta hingga sekarang ini.
Semakin hari semakin disadari bahwa permintaan tinggal permintaan, penghargaan tinggal penghargaan, jika semua sudah berurusan dengan uang, dengan mata pencaharian yang lebih, maka apa pun akan bersedia dikorbankan. Banyak protes yang dilakukan oleh berbagai anggota masyarakat mengenai kasus Stasiun Beos ini tapi tak sorang pun yang didengar nampaknya. Arogansi pemerintah daerah yang sangat percaya bahwa dengan adanya mal lima lantai di tempat bekas adanya stasiun tua ini tentunya akan menambah prestise ibukota dan juga banyak pegawai yang bisa mendapatkan lahan pekerjaan, tidak seperti selama ini Stasiun Beos hanya dijadikan tempat tongkrongan dan keberangkatan beberapa kereta saja.
Tidakkah pernah terpercik satu keinginan dalam hati nurani untuk melestarikan peninggalan sejarah ? sehingga nantinya anak-cucu kita akan tahu secara lebih jelas asal usulnya dan kita bisa menunjukkan buktinya. Nampaknya tidak ada lagi hasrat itu. Begitu banyak sebenarnya bangunan-bangunan bersejarah yang sekarang sudah tidak ada lagi dan digantikan oleh gedung pencakar langit ataupun pusat perbelanjaan yang mempunyai arti sedikit dalam perkembangan sejarah bangsa. Lihat saja, Societiet Concordia yang sekarang sudah tidak ada lagi bekasnya dan kini sudah menjadi kompleks Sekretariat Negara yang luas sekali. Hotel Des Indes (salah satu hotel bersejarah dan juga merupakan tempat Sri Sultan Hamengkubuwono IX menerima Keris Kiyai Joko Piturun sebagai tanda bahwa beliau akan menggantikan ayahandanya Sri Sultan Hamengkubuwono VIII) yang kini menjadi pusat perbelanjaan Duta Merlin (dooohh .. please dech .. ). Penjara Banceuy (tempat Soekarno ditahan dan kalau tidak salah tempat naskah Indonesia Menggugat dibuat) yang kini menyisakan satu sel saja sementara sisanya sudah lebur dan menjadi pusat pertokoan Banceuy Permai di area Alun-Alun Bandung. Itu semua hanya sebagian kecil dan saya yakin bahwa masih banyak lagi tempat yang bersejarah namun kita tidak mengetahuinya dan sekarang tempat itu sudah tidak lagi ada.
Perawatan Musium pun sangat mengkhawatirkan di Indonesia kita tercinta ini. Musium seolah hanya merupakan bangunan tua yang tak ada arti. Malangnya, para penjaga ini pun terkadang masih salah dalam memberikan informasi atau yang lebih parah lagi adalah tidak bisa memberikan penjelasan atas apa yang ada di gedung musium itu sendiri. Menyedihkan, bukan ? .. seperti ketika kita mengunjungi Musium Perumusan Naskah Proklamasi, well, sang penjaga tiket hanya sekedar mengambil uang tiket dan setelah itu melepas kita tanpa menjelaskan apa-apa sementara kita harus puas hanya dengan membaca caption-caption yang ditaruh untuk setiap benda atau photo. Sama juga ketika mengunjungi Musium Sasmita Loka (rumah kediaman Jenderal Ahmad Yani ketika peristiwa 30 September 1965 terjadi), walaupun sang penjaga (yang tentunya tentara) berusaha menerangkan sedetail mungkin apa yang terjadi namun masih terdapat fakta-fakta yang terlewatkan, belum lagi keadaan musium yang menyedihkan dan juga posisi tempat photo-photo terpajang seolah memaksakan diri ditambah lagi dengan dijadikan satunya beberapa barang milik almarhum Jenderal Nasution sehingga merusak image secara keseluruhan rumah Jenderal Ahmad Yani ini.
Dibandingkan dengan Kamboja, negara yang baru saja menyelesaikan perang saudaranya dan juga boleh dikatakan bahwa negara ini adalah negara miskin, Indonesia sangat jauh tertinggal dalam menata peninggalan bersejarahnya. Dalam postingan di blog beberapa waktu yang lalu saya kalau tidak salah pernah menyinggung masalah Angkor Wat dan Borobudur. Di Kamboja ini semua musium dan semua obyek wisata bersejarah dikelola sedemikian rupa dan sang guide pun tampaknya dipersiapkan sesiap mungkin. Anda bisa memilih guide dalam bahasa Khmer, Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, Jepang, Korea ataupun China. Rata-rata untuk guide kita hanya membayar tambahan sebesar USD 5. Jumlah yang bisa dikatakan adalah jumlah yang relatif kecil dan tidak banyak namun bisa bermanfaat buat orang banyak dan menambah pengetahuan tentunya.
Seandainya saja saya punya uang banyak saya ingin sekali membangun kembali The Jakarta Heritage Society or Bandung Heritage Society, sebuah perkumpulan yang bergerak dibidang pelestarian bangunan-bangunan tua dan juga melakukan banyak kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian bangunan-bangunan bersejarah tersebut.
Saya memang tidak pernah merasakan kejayaan Stasiun Beos pada jaman dulu kala, tidak pernah merasakan menunggu trem di depan Stasiun Beos, sekalinya saya ke Stasiun Beos adalah ketika pertama kalinya saya akan berangkat ke Surabaya dengan menggunakan kereta api BIMA (Biru Malam; yang memberi nama tersebut adalah Ir. Soekarno, Presiden RI pertama) setelah itu saya hanya lebih banyak lewat saja jika hendak ke Mangga Dua atau menikmati sarapan pagi di Cafe Musium yang letaknya tepat disebelah Musium Fatahillah.
Mungkin nanti ketika saya kembali, saya hanya akan bisa mengingat kembali betapa indahnya Stasiun Beos ini dan betapa pilunya hati ini jika harus mengingat bahwa akhirnya saksi bisu perjalanan perkembangan satu kota harus hancur demi terlaksananya ego manusia. Atau malah nanti saya akan tertawa-tawa dan bersenang-senang di Mall lima lantai tersebut ? ...
18.45 waktu phnom penh
Mata saya nanar membaca satu postingan dari satu forum diskusi yang saya ikuti. Mungkin buat sebagian orang tidaklah berarti tapi buat saya pribadi, ada sedikit rasa gundah dan juga rasa gusar yang sangat mendalam ketika membaca berita tersebut.
Adalah rencana pemerintah DKI dan juga (mungkin) PT. Kereta Api Indonesia untuk mengembangkan secara lebih jauh lagi fungsi dari Stasiun Kota atau yang dikenal juga dengan sebutan Stasiun Beos (di permainan Monopoli nama ini ada) dengan cara merombaknya dan menjadikannya mal dengan kapasitas lima lantai.
Stasiun Beos merupakan salah satu landmark kota Jakarta Tua, didirikan pada awal tahun 1930an, yang juga merupakan lambang dari arstitektur bergaya modern pada masa itu. Merupakan pusat dari semua perjalanan kereta api pada masanya dan juga merupakan stasiun pertama yang dibuat.
Merupakan satu kesatuan dengan gedung disekelilingnya seperti Musium Fatahillah (dulunya merupakan gedung pemerintahan), Musium Seni Rupa (dulunya merupakan Gedung Pengadilan, didirikan tahun 1871), Musium Wayang (dulunya merupakan gereja), Stasiun Beos tidak dapat dilepaskan bahwa ia adalah satu dari saksi kejayaan Batavia Tempo Doeloe dan juga saksi dari perjalanan perkembangan kota Jakarta hingga sekarang ini.
Semakin hari semakin disadari bahwa permintaan tinggal permintaan, penghargaan tinggal penghargaan, jika semua sudah berurusan dengan uang, dengan mata pencaharian yang lebih, maka apa pun akan bersedia dikorbankan. Banyak protes yang dilakukan oleh berbagai anggota masyarakat mengenai kasus Stasiun Beos ini tapi tak sorang pun yang didengar nampaknya. Arogansi pemerintah daerah yang sangat percaya bahwa dengan adanya mal lima lantai di tempat bekas adanya stasiun tua ini tentunya akan menambah prestise ibukota dan juga banyak pegawai yang bisa mendapatkan lahan pekerjaan, tidak seperti selama ini Stasiun Beos hanya dijadikan tempat tongkrongan dan keberangkatan beberapa kereta saja.
Tidakkah pernah terpercik satu keinginan dalam hati nurani untuk melestarikan peninggalan sejarah ? sehingga nantinya anak-cucu kita akan tahu secara lebih jelas asal usulnya dan kita bisa menunjukkan buktinya. Nampaknya tidak ada lagi hasrat itu. Begitu banyak sebenarnya bangunan-bangunan bersejarah yang sekarang sudah tidak ada lagi dan digantikan oleh gedung pencakar langit ataupun pusat perbelanjaan yang mempunyai arti sedikit dalam perkembangan sejarah bangsa. Lihat saja, Societiet Concordia yang sekarang sudah tidak ada lagi bekasnya dan kini sudah menjadi kompleks Sekretariat Negara yang luas sekali. Hotel Des Indes (salah satu hotel bersejarah dan juga merupakan tempat Sri Sultan Hamengkubuwono IX menerima Keris Kiyai Joko Piturun sebagai tanda bahwa beliau akan menggantikan ayahandanya Sri Sultan Hamengkubuwono VIII) yang kini menjadi pusat perbelanjaan Duta Merlin (dooohh .. please dech .. ). Penjara Banceuy (tempat Soekarno ditahan dan kalau tidak salah tempat naskah Indonesia Menggugat dibuat) yang kini menyisakan satu sel saja sementara sisanya sudah lebur dan menjadi pusat pertokoan Banceuy Permai di area Alun-Alun Bandung. Itu semua hanya sebagian kecil dan saya yakin bahwa masih banyak lagi tempat yang bersejarah namun kita tidak mengetahuinya dan sekarang tempat itu sudah tidak lagi ada.
Perawatan Musium pun sangat mengkhawatirkan di Indonesia kita tercinta ini. Musium seolah hanya merupakan bangunan tua yang tak ada arti. Malangnya, para penjaga ini pun terkadang masih salah dalam memberikan informasi atau yang lebih parah lagi adalah tidak bisa memberikan penjelasan atas apa yang ada di gedung musium itu sendiri. Menyedihkan, bukan ? .. seperti ketika kita mengunjungi Musium Perumusan Naskah Proklamasi, well, sang penjaga tiket hanya sekedar mengambil uang tiket dan setelah itu melepas kita tanpa menjelaskan apa-apa sementara kita harus puas hanya dengan membaca caption-caption yang ditaruh untuk setiap benda atau photo. Sama juga ketika mengunjungi Musium Sasmita Loka (rumah kediaman Jenderal Ahmad Yani ketika peristiwa 30 September 1965 terjadi), walaupun sang penjaga (yang tentunya tentara) berusaha menerangkan sedetail mungkin apa yang terjadi namun masih terdapat fakta-fakta yang terlewatkan, belum lagi keadaan musium yang menyedihkan dan juga posisi tempat photo-photo terpajang seolah memaksakan diri ditambah lagi dengan dijadikan satunya beberapa barang milik almarhum Jenderal Nasution sehingga merusak image secara keseluruhan rumah Jenderal Ahmad Yani ini.
Dibandingkan dengan Kamboja, negara yang baru saja menyelesaikan perang saudaranya dan juga boleh dikatakan bahwa negara ini adalah negara miskin, Indonesia sangat jauh tertinggal dalam menata peninggalan bersejarahnya. Dalam postingan di blog beberapa waktu yang lalu saya kalau tidak salah pernah menyinggung masalah Angkor Wat dan Borobudur. Di Kamboja ini semua musium dan semua obyek wisata bersejarah dikelola sedemikian rupa dan sang guide pun tampaknya dipersiapkan sesiap mungkin. Anda bisa memilih guide dalam bahasa Khmer, Inggris, Perancis, Belanda, Jerman, Jepang, Korea ataupun China. Rata-rata untuk guide kita hanya membayar tambahan sebesar USD 5. Jumlah yang bisa dikatakan adalah jumlah yang relatif kecil dan tidak banyak namun bisa bermanfaat buat orang banyak dan menambah pengetahuan tentunya.
Seandainya saja saya punya uang banyak saya ingin sekali membangun kembali The Jakarta Heritage Society or Bandung Heritage Society, sebuah perkumpulan yang bergerak dibidang pelestarian bangunan-bangunan tua dan juga melakukan banyak kegiatan yang berkaitan dengan pelestarian bangunan-bangunan bersejarah tersebut.
Saya memang tidak pernah merasakan kejayaan Stasiun Beos pada jaman dulu kala, tidak pernah merasakan menunggu trem di depan Stasiun Beos, sekalinya saya ke Stasiun Beos adalah ketika pertama kalinya saya akan berangkat ke Surabaya dengan menggunakan kereta api BIMA (Biru Malam; yang memberi nama tersebut adalah Ir. Soekarno, Presiden RI pertama) setelah itu saya hanya lebih banyak lewat saja jika hendak ke Mangga Dua atau menikmati sarapan pagi di Cafe Musium yang letaknya tepat disebelah Musium Fatahillah.
Mungkin nanti ketika saya kembali, saya hanya akan bisa mengingat kembali betapa indahnya Stasiun Beos ini dan betapa pilunya hati ini jika harus mengingat bahwa akhirnya saksi bisu perjalanan perkembangan satu kota harus hancur demi terlaksananya ego manusia. Atau malah nanti saya akan tertawa-tawa dan bersenang-senang di Mall lima lantai tersebut ? ...
Sunday, May 01, 2005
Jam 13.36
the phone is ringing ...
Hai
Hai, where are you now ?
Still at Battambang. Tomorrow is holiday, right ?
Yes. I thought you already in Phnom Penh
Nope. I will be back tomorrow because tomorrow morning is 7th ceremony. How are you ?
I am fine, only that Phnom Penh is not the same without you.
Really ?
Yes.
I may be back afternoon.
So you will arrive at Phnom Penh around 6, I guess.
May be.
Okay. Thank you.
See you soon.
the phone is ringing ...
Hai
Hai, where are you now ?
Still at Battambang. Tomorrow is holiday, right ?
Yes. I thought you already in Phnom Penh
Nope. I will be back tomorrow because tomorrow morning is 7th ceremony. How are you ?
I am fine, only that Phnom Penh is not the same without you.
Really ?
Yes.
I may be back afternoon.
So you will arrive at Phnom Penh around 6, I guess.
May be.
Okay. Thank you.
See you soon.
Subscribe to:
Posts (Atom)