Friday, April 01, 2005

Budayawan :
Borobudur Concert
Omong Kosong Angkat Borobudur
01 April 2005

Jika pergelaran Borobodur Live in Concert untuk mengangkat nama Candi Borobudur, maka kegiatan tersebut hanyalah sebagai omong kosong, kata Budayawan Borobudur Ariswara Sutomo.

Event seperti itu non sense kalau mau mengangkat Borobudur, justru mereka hanya ndompleng(Menumpang, Red) nama besar Borobudur, mereka tidak studi tentang Borobudur, katanya di Magelang, Rabu.

Menurut rencana, Pemda Provinsi Jawa Tengah menggelar Borobudur Live in Concert 2005 bertema Pesan Damai dari Negeri Keajaiban, 23 April mendatang di Lapangan Gunadharma zona II Candi Borobudur di Magelang Jawa Tengah.

Berbagai pentas kesenian yang digelar antara lain orkestra melibatkan 160 musisi, penampilan penyanyi Ruth Sahanaya, Waljinah, Iyeth Bustami, Didi Kempot, Edo Kondolongit, Tasya dan grup band GIGI. Selain itu paduan suara Surya Vokalia melibatkan 160 personil, atraksi seni bela diri Merpati Putih dan peragaan busana.

Ariswara mengemukakan, visi dan misi pergelaran itu harus bisa dipahami masyarakat terutama mereka yang tinggal di kawasan candi Budha terbesar di dunia, yang dibangun abad ke-8 masa Dinasti Syailendra itu.

Sampai sekarang publikasi belum jelas, misinya apa juga belum tahu, jangan sampai masyarakat setempat hanya jadi penonton karena event itu hanya dinikmati orang borjuis, katanya.

Menurut penulis buku Temples of Java itu, jika kegiatan di Borobudur bertemakan seni dan budaya maka pihak penyelenggara boleh dikatakan telah memahami Borobudur sebagai monument peradaban dunia.

Tetapi, katanya, jika suatu even di Borobudur hanya untuk mendapatkan profit maka mereka hanya memahami Borobudur sebagai alat atau obyek.

Seperti launching BMW beberapa waktu lalu, itu hanya menjadikan Borobudur sebagai obyek, cari untung, katanya.

Ia mengatakan, upaya mengangkat citra seni dan budaya Indonesia penting dilakukan meskipun tidak harus di Borobudur.

Borobudur sebagai salah satu diantara tujuh keajaiban dunia, katanya, sudah dikenal masyarakat dunia.

Ia mengiyakan, Borobudur bisa menjadi magnet yang memiliki daya tarik kuat sehingga suatu even tidak harus dilakukan terlalu dekat dengan Candi Borobudur.

Tidak harus semua dilakukan di tengah magnet. Sekarang ini Borobudur sudah sumpek, kalau Borobudur mau dikembangkan maka jangan dipusatkan di zona II, semua maunya ditumpuk di Borobudur sehingga menjadi kumuh, harusnya dikeluarkan dari situ sehingga lebih terasa manfaatnya bagi masyarakat setempat, yang di tengah itu magnet saja, kata Ariswara Sutomo.

[dikutip dari www.kompas.com]


No comments: