Tuesday, April 19, 2005

PRAMUKA
Praja Muda Karana
19 April 2005

Kami Pramuka Indonesia, manusia Pancasila
Satya kukudarmakan, Dharma kukubaktikan
agar jaya Indonesia, Indonesia
Tanah Airku, Kami jadi Pandumu

Agak tercekat dan tenggorokan ini terasa tersumbat dan tanpa terasa tiba-tiba saja airmata sudah menggenang walaupun tidak sempat jatuh. Bukan masalah nasionalisme yang tergugah, juga bukan masalah patriotisme tapi benar apa yang dikata orang, ketika kita sedang dinegeri orang lalu mendengar lagu tentang tanah air ataupun hymne, hal itu bisa memberi satu rasa tersendiri, rasa lain, rasa betapa kita sebenarnya jauh dari tanah leluhur, dari tanah kelahiran, dari tanah ibu pertiwi.

Itulah yang saya rasakan kemarin ketika Om Dubes menerima rombongan delegasi Pramuka Indonesia yang sedang mengadakan wisata edukatif 2005. Sesaat setelah mereka diterima di Wisma Duta, lalu diperdengarkanlah lagu kebangsaan Indonesia Raya (dengan aransemen terbaru dari Twilite Orchestra. Thanks to Mr. Gregorius) dan disusul Hymne Pramuka, saya tiba-tiba mendapati bulu kuduk saya berdiri dan keharuan mendadak melimpah ruah menggelegak di pikiran.

Rombongan yang terdiri atas 14 anak-anak (berusia antara 13 - 17 tahun) dan 2 orang pembimbing ini melakukan apa yang disebut sebagai ASEAN'S BOYSCOUT OUTBOUND. Delegasi kali ini datang dari grup pesantren Darunnajah (or is it Darulnajah ?). Disini mereka bertatap muka dan melakukan dialog dengan Menteri Kepemudaan dan Pendidikan. Lalu juga bertemu dengan anggota-anggota Pramuka dari salah satu sekolah di Phnom Penh; Shan To Mok School.

Kesenjangan bahasa ternyata bukanlah satu penghalang buat generasi muda untuk bisa berkarya bersama, bekerja bersama. Hal ini terlihat pada saat di Shan To Mok School, ketika atraksi dari kedua belah pihak berlangsung, banyak sekali bahasa isyarat yang dipergunakan walaupun hanya sekedar bertanya hal yang kecil-kecil ataupun trik-trik dalam melakukan atraksi itu.

Saya menghabiskan sepanjang hari Minggu itu bersama dengan adik-adik Pramuka, menemani mereka berkeliling Phnom Penh dan sekitarnya (mendadak tugas saya berubah menjadi protocol officer).

Image hosted by Photobucket.com
Photo ini diambil tanggal 17 April 2005 sekitar pukul 4 sore di KILLING FIELD. Terlihat sebagai latar belakang adalah Stupa yang dipakai untuk menyimpan sisa-sisa baju dan tengkorak yang ditemukan pada saat penggalian kuburan massal.

No comments: