Thursday, December 08, 2005

Sinema Indonesia - FFI 2005

Sebuah Kontroversial - Sebuah Diskusi - Sebuah ...

Seminggu lagi Festival Film Indonesia akan kembali digelar dengan memperebutkan sekian banyak Piala Citra untuk film-film yang sudah selesai dinilai oleh para dewan juri. Beberapa waktu yang lalu, saya dan beberapa teman saya berdiskusi mengenai Sinema Indonesia dan FFI.

Dari sisi Sinema Indonesia, kata beberapa teman saya yang tampaknya sangat Hollywood minded, film Indonesia ini tidak ada yang bagus, hampir semuanya dicacat cela, entah itu pemainnya, entah itu musiknya, lokasinya dan paling parah adalah aktingnya.

Saya sendiri tidak sependapat.
Buat saya adalah satu hal yang sangat menggembirakan bahwa perfilman Indonesia kini sudah mulai menapaki jejak langkahnya secara perlahan dan pasti setelah sempat terpuruk diera awal 90an. Saya bangga bahwa film Indonesia dapat menjadi tuan rumah di negerinya sendiri walaupun itu tentunya melalui proses yang tidak sebentar. Kenapa sich kok kita ini sebagai yang boleh dikatakan sebagai generasi penerus bangsa tapi tampak sedikit sekali punya rasa kebanggaan dan nasionalisme atas apa yang kita miliki ?

Mungkin saya terlalu emosi dalam menanggapi apa yang disebut sebagai bahan diskusi tapi what I said at that time adalah apa yang benar-benar saya pikirkan dan rasakan.

Email 1
From : Mr. F
To : Mr. A, Mr. B, Ms. D, Mr. U, Mr. H

Temen gue baru forward blog ini
http://sinemaindonesia.multiply.com/

Dibayar ngga yaa ? I will try to join

F

Email 2 :
From : Mr. A
To : Mr. F, Mr. B, Ms. D, Mr. U, Mr. H


kritikus film indonesia gitu ya? Gue kurang sreg deh ama mereka yang mati2an menghujat film indonesia, yang kayanya udah hinda dina papilaya banget..

Menurut gue memang sih film kita gak sebagus film2 hollywood atau eropa lainnya.. Tapi kan we're making progress.. *sigh*
A

Email 3 :
From : Mr. F
To : Mr. A, Mr. B, Ms. D, Mr. U, Mr. H

...Btw, tentang film, iya juga sih ya.. klo dicelanya kaya udah -hinadinapapilaya- *giggling* kasian juga para pelakunya.. Tapi emang klo mau jujur, beda sih ama yg Hollywood. *gue gak suka nonton independent movies*

Tadinya gue berfikir untuk professional aja, to the point, klo emang lebih jelek ya apa boleh buat. CUman kayanya emang parameter yg gue pake juga mungkin udah Hollywood banget. Mungkin ada nilai2 atau cirri khas yg Cuma kita miliki di Indonesia yg bikin kita lbh baik dr mereka.

Tapi kan orang2 'kreatif' indo pada yang sok Hollywood gitu.. dan itu sangat menjengkelkan.. Misalnya film2 sok tajir yang settingnya diluar negeri(ADA APA DENGAN CINTA? EIFFEL, I'M IN LOVE yang nggak banget) maupun sinetron2 yang ikut2 soap opera sana... Gak banget..

Jadi menurut gue wajar banget klo dibanding2in ama Hollywood, karena memang suka SOK HOLLYWOOD tapi gak nyampe.

But anyway, im a work in progress myself. Baru ngamatin film aja udah sok, hehe..
F

Email 4 :
From : Mr. H
To : Mr. A, Mr. B, Ms. D, Mr. F, Mr. U

Untuk menjadi seorang observer yang baik buat gue pribadi sich bukan hal yang mudah karena berarti kita harus berdiri pada titik tengah yang bijaksana, layaknya ketika kita berdiri pada permainan jungkat-jungkit, kalo kita berdiri pada titik yang pas maka tentunya papan jungkat jungkit itu akan seimbang.

Hak masing-masing individu pula untuk menilai film Indonesia dari sisi kacamata mana pun, mau dari sisi ala Hollywood, India, Jepang atau pun Korea, it's all up to the individu itself sich. Namun kalo buat gue personally adalah satu hal yang harus dilihat bahwa kita orang Indonesia kok sama sekali ngga ada apresiasinya akan kebangkitan film kita sendiri, dulu film Indonesia pernah menjadi tuan rumah di negerinya sendiri dan sekarang *mudah-mudahan* sedang bangkit untuk bisa sejajar dengan film-film luar lainnya yang begitu digandrungi.

Sudah banyak kok film kita yang memenangkan sejuta enam belas ajang film festival internasional dan gue personally bangga dengan itu. Gue bukannya giggling melihat film Indonesia dihinadinapapilaya, yang ada gue malah ngurut dada, nelangsa .. Kasian yaa .. Orang-orang yang sudah berusaha untuk bisa bangkit, bukannya disemangati tapi tetap aja dicari salahnya ... Udah kayak penyakit bangsa ... Kesalahan terus yang dicari, walaupun ada prestasi .. Teuteub aja cacat cela ...

Mungkin gue pun akan dihina dina sambil diketawain sinis kali yaa ... Jika proyek gue dua tahun lalu sempat terlaksana ... Gue berusaha untuk ngebangkitin lagi Festival Film Indonesia yang mana waktu itu bentuk dan formatnya adalah Anugerah Film Indonesia ... Gue dan beberapa teman gue merasa terharu, bangga dan gembira ketika film Jaelangkung kemudian Pasir Berbisik dan film-film lainnya mulai muncul ... Dengan adanya Anugerah Film Indonesia itulah diharapkan akan semakin banyak film-film Indonesia yang bermutu dan memiliki ciri khasnya masing-masing sutradara bermunculan ..

Gue memang cuman lulusan SMA dan mungkin juga produk kolot tapi gue bangga dengan negeri gue sendiri kok .. Gue bangga dengan apa yang sudah diraih oleh masyarakat perfilman Indonesia sejauh ini. To hell with all those critics people ... Siapa lagi yang mau menghargai karya kita kalo bukan bangsa kita sendiri ... ?

Para kritikus handal itu pun gue yakin hanya bisa memainkan lidah atau penanya tapi kalo disuruh bikin film, belum tentu film dia bisa sehebat yang dia kira ...

Anyway, sebagaimana yang lain .. Boleh dong gue kali ini mengeluarkan pendapat tentang apa yang gue pikir mengenai perfilman Indonesia ... :D ...

H

Email 5 :
From : Mr. B
To : Mr. A, Ms. D, Mr. F, Mr. H, Mr. U

umh, mungkin film yg dimaksud tuh Apa Artinya Cinta mungkin??

sebenernya yg dimaksud berparameter hollywood tuh sebatas apa ya? klo mnrt gw sih udh cukup banyak film2 indonesia yg tidak mengutamakan "kemewahan"/cerita kosong yg mimpi2 , sebagai contoh filn daun di atas bantal, pasir berbisik, dll yg notabene malah ga laku bukan di pasaran? justru karena org indonesia (termasuk gw mungkin) banyak yg beranggapan bahwa hidangan film2 yg bernuansa mimpi atau cerita2 dangkal itulah yg menghibur karena tidak didukung pemahaman akan kesenian itu sendiri secara lebih dalam.
Emang ga bisa dipungkiri klo film2/sinetron yg begitu itu yg lebih digemari masyarakat krn lebih mudah dicerna dan ga perlu mikir pusing2 (yah.. mo cari hiburan kok pake mikir, ngapain juga -- itu mungkin yg terbersit di benak mereka). Kalo mau ambil contoh lain, let say film "Belahan Jiwa", even ceritanya cukup berat (at least musti sedikit mikir), basically film itu bagus dan memberi warna berbeda di perfilman indonesia, terlepas bahwa setting yg dipake cukup komersil ya (kan di Bali), dengan rumah yg bagus,mobil yg cukup mewah,dll.. tp justru bukan itu yang ditonjolkan bukan? itu cuman pendukung cerita doang... Adapun demikian, film ini cukup laris kok di pasaran (karena faktor pemain2nya yg semua ada?? may be...)
Tapi ga sedikit gw denger pendapat org yg setelah nonton film itu jd rada kecewa... mungkin mereka berharap bahwa film itu menyajikan hal yg lebih "menghibur" karena pemain2nya udh berkualitas.. Tapi kembali ke standar "menghibur" itu sendiri... So kesimpulannya... itu semua subjektif ke masing2 pribadi tentang persepsinya akan suatu film, krn yg menciptakan standar menghibur adalah pikiran kita masing2...

met makan siang semua! =D

D

Email 6 :
From : Mr. F
To : Mr. A, Mr. B, Ms. D, Mr. H, Mr. U

Eh, iya.. maksud gue film APA ARTINYA ADA APA DENGAN CINTA..
*bwahahahahaha*

Maksudnya parameter Hollywood itu dalam segala hal.. ok, lupakan visual effect. Kita lihat aja keutuhan film.. Kok gue blom pernah nonton film Indonesia yang bisa bikin gue 'merinding' ngerasain sesuatu pas nonton sepanjang film itu berjalan.. Dalam artian: pas nonton film itu, gue kebawa masuk ke 'dunia lain' yg ada di film itu; misalnya pas nonton AMERICAN BEAUTY, MILLION DOLLAR BABY, AS GOOD AS IT GETS, SCHINDER'S LIST, GANDHI, or film2 keren lainnya.. Acting para pemainnya, scenario, editing..

BELAHAN JIWA misalnya.. Ceritanya bagus, tapi skenarionya masih ada yg aneh (misalnya pas mereka b4 ngedatengin rumah yg ternyata bukan punya si Bumi), efek suaranya ganggu (ide bagus bgt menurut gue untuk bikin suasana tegangm tapi kok jadinya over ya? Akhirnya ya, efek tegang yg harusnya jadi aksen untuk adegan2 yg harusnya lebih penting dry g lain, jadinya udah bosen duluan), dll.

Bener sih, bisa jadi sangat subjektif.. It's just me, maybe..

Bener juga, emang selera penonton Indo kan sukanya yg enak dicerna.. Tapi bukan itu juga sih, krn menurut gue film ADA APA DENGAN CINTA dan ARISAN! Yang nota bene laris, emang lbh bagus dr yg lainnya.

It's indeed a work in progress kali ya..

F

Email 7 :
From : Ms. D
To : Mr. A, Mr. B, Mr. F, Mr. H, Mr. U

hihihihihihihihi......

girlz.... pendapat, persepsi, atau apapun itu namanya, memang cenderung subyektif... i can agree that menjadi seorang film critics atau kritikus apapun, memang harus bisa menempatkan berbagai review/resensi secara seimbang karena subyektifitas akan mengarah ke arah being judgmental... hollywood or non-hollywood adalah a matter of taste..

kita belajar dari perbedaan, kita bersatu dari perbedaan...
D

No comments: