Friday, September 09, 2005

PERJALANAN SATU TAHUN

sebuah refleksi balik

Hari ini setahun yang lalu ..

Penggalan puisi yang tidak pernah selesai ditulis. Kalimat itu seperti biasanya tentu kalimat standar yang tidaklah istimewa, lain jika kalimat tersebut yang menulis adalah beberapa teman baik saya yang sangat – sangat handal dalam hal tulis menulis baik itu berupa puisi atau pun prosa ataupun artikel. Silahkan lihat di masing – masing blog milik Vinkeuh, Fandillah, Desy, ataupun Ucha.

Tanggal 9 September 2004 waktu itu adalah genap satu tahun saya bekerja disini, begitu banyak bentuk perjuangan yang sudah saya lakukan baik itu dalam moril maupun materiil, lahir maupun batin. Sebuah perjalanan yang tidak mudah, sebuah perjalanan yang bagi saya masih merupakan proses pendewasaan diri untuk bisa menjadi manusia yang lebih berdedikasi, berkomitmen, mengerti akan arti kesabaran yang sesungguhnya dan kebijaksanaan yang sejati.

Tiga bulan pertama bekerja dengan satu sistim baru, suasana baru dan ritme kerja baru, telah menghabiskan hampir 90 % dari waktu satu hari. Inilah pertama kalinya saya berkesempatan untuk bekerja dibawah sistim birokrasi yang diciptakan oleh apa yang disebut dengan aparatur negara. Aparat negara yang sehari-harinya berkutat dengan masalah hubungan luar negeri. Bukan hal yang mudah untuk beradaptasi walaupun mungkin saya punya kemampuan lebih untuk melakukan adaptasi namun tidak untuk kali ini. Saya harus jungkir balik menyesuaikan gaya, kultur dan ritme kerja saya.

Saya sudah lama meninggalkan dunia korporasi sejak saya gabung bekerja dengan salah satu LSM di Jakarta. Dari LSM itulah dimulainya kehidupan saya yang berkutat dengan kultur seni, budaya, sastra dan sejarah, diskusi, aksi dan juga tentunya perenungan-perenungan untuk mencapai langkah kehidupan yang lebih baik. Memang 5 tahun bukan waktu yang banyak, boleh dikatakan adalah waktu yang masih baru dan pendek tapi saya merasa sudah banyak mendapatkan ilmu dan menyatu dalam kehidupan bebas dunia freelance.

Ketika memutuskan untuk menerima pekerjaan yang saat ini saya lakukan, saya tidak berpikir bahwa kemudian masalah birokrasi para birokrat dapat membuat darah naik ke ubun-ubun, satu hal yang saya lupa untuk pelajari dan tanyakan sebelum keberangkatan saya. Alhasil, itulah yang terjadi, tiga bulan pertama saya harus jungkir balik, menahan semua emosi, mengontrol rasa marah yang acap kali muncul setiap kali saya harus berhadapan dengan sistim yang sesungguhnya sudah tidak jamak dilakukan di era globalisasi ini, namun kemajuan tinggal kemajuan, pada akhirnya kalau pun kita menuntut perubahan tetap harus melalui satu proses dan jika orang yang luar biasa dan berkuasa penuh mendukung perubahan itu, barulah hal tersebut dapat terjadi.

Adaptasi dengan atasan baru pun membutuhkan perjuangan yang tidak mudah, walaupun sudah mendapatkan gambaran seperti apa sesungguhnya sang atasan, tetap saya harus beradaptasi dan kemudian juga mengambil langkah-langkah yang sekiranya perlu diantisipasi. Tahap kedua setelah adaptasi dengan sistim, saya beradaptasi dengan sang atasan yang terkenal sebagai figur yang keras, workalholic namun juga banyak sisi baiknya. Sampai saat ini pun proses adaptasi, pendekatan kepada sang atasan masih saya lakukan walaupun mungkin tidak separah dulu. Seperti fenomena umum yang terjadi, jika sudah tahu selahnya maka akan mudah untuk mengerjakannya.

Bayangkan, tiga bulan pertama beradaptasi dengan sistim kerja, tiga bulan bulan kedua beradaptasi dengan sang atasan dan memasuki tiga bulan ketiga, adaptasi pada lingkungan kerja, kegiatan masyarakat Indonesia dan rekanan kerja. Bukan hal yang mudah untuk bisa langsung masuk pada satu lingkungan dan langsung diterima, tentunya ada banyak pro dan kontra yang terjadi apalagi omongan-omongan yang seharusnya dan sepatutnya tidak perlu diucapkan. Kecemburuan, kesirikan, sikut sana, sikut sini masih sering terjadi dan bukan hal yang jarang terjadi. Kesabaran, kebijaksanaan, pengontrolan emosi, penggunaan logika, langkah antisipasi yang lugas dan tegas merupakan hal-hal harus terus diasah dalam menghadapi semua itu.

Tiga kali tiga bulan berarti sembilan bulan. Ada duabelas bulan dalam satu tahun dan sudah tiga perempatnya saya habiskan untuk beradaptasi. Disela-sela itu tugas semakin banyak, kewajiban semakin bertambah sehingga dibutuhkan kekuatan mentalitas yang bisa memanage semua itu. Saya tidak mengatakan bahwa setelah sembilan bulan masa adaptasi kemudian saya menjadi seseorang yang bisa dikatakan sebagai orang yang dapat diandalkan. Saya hanya bisa mengatakan setelah sembilan bulan masa adaptasi, saya bisa lebih menikmati setiap hembusan napas, setiap jejak langkah yang saya lakukan. Menjadi orang yang diandalkan bukan hal yang mudah dan dibutuhkan mental yang kuat untuk bisa melakukan itu.

Satu hal yang pasti adalah memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rakhmatan yang diberikan oleh-Nya, atas segala limpahan rizki, taufik dan hidayah-Nya. Saya bersyukur bahwa Allah masih menyayangi saya, masih memberikan bimbingannya, masih menuntun acap kali jalan gelap terbentang didepan mata.

Satu tahun ini pun tak lepas dari campur tangan Bunda yang selalu acap kali saya ingin bicara selalu ada. Bunda yang selalu mensupport setiap langkah jejak yang saya lakukan dan Bunda yang tak pernah bosan memberikan nasihat, memperingati segala tindakan yang sekiranya merugikan dan juga yang tak pernah bosan memberikan cinta dan sayangnya.

Sore ini saya tersenyum dan menengadahkan muka saya menatap langit jingga, "Bapak, I wish you were here. I wish you could see me now. I could not be the one like now without you. You are my truly hero and idol. I love you. Till we meet again. May you rest in peace".

Perjalanan kerja masih panjang, baru duabelas purnama berlalu dan masih ada 24 purnama lagi yang harus dilalui dan saya percaya bahwa insya Allah kedepannya akan lebih mudah, lebih bijak dan lebih sabar. Masih banyak yang harus dibenahi, masih banyak yang harus dikerjakan, masih banyak yang harus dipenuhi. Namun dengan bantuan Allah dan seiring doa restu orang tua dan ikhtiar yang ikhlas, tulus dan tidak menuntut pamrih, segalanya insya Allah akan berjalan lancar. Amien.

Hari ini setahun yang lalu,


21 hari menjelang ...

No comments: