Wednesday, November 16, 2005

KALKULATIF

Entah hari ini tiba-tiba aja inget dengan pengalaman sekitar dua tahun yang lalu, pada saat itu I was unemployee, beneran jobless less less yang pekerjaan hanya bergantung kepada event-event yang berkenan hiring me as their Floor Director or Artist Coordinator.

Pada saat itu saya lagi berhubungan katakanlah dengan A. Kita bertemu dalam satu kesempatan biro iklan melalui internet (duuhhh … you can see how desperate I am), setelah melalui beberapa periode kirim-kiriman pesan dan kemudian bertukar nomer handphone lalu saling kirim sms akhirnya diputuskan untuk bertemu.

Pada dasarnya dia orang baik, masih muda dan penuh dengan pemikiran-pemikiran yang terkadang pun membuat saya amazed dengan segala pertanyaannya. Dia masih berstatus mahasiswa dan sedang giat-giatnya belajar pada waktu itu. Anyway, kemudian setelah beberapa kali pertemuan, akhirnya diputuskan bahwa kita menjalin hubungan (cieee bahasanya … ngga kuat!). Segala sesuatu berjalan cukup lancar pada awalnya … PADA AWALNYA .. dan kemudian terjadilah tragedi yang membuat semuanya buyar dan akhirnya mengembalikan saya pada posisi bahwa tidak lagi mau percaya pada diri sendiri tapi bukan itu yang ingin saya ceritakan, saya hanya ingin menceritakan tentang sesuatu yang selalu membuat saya tersenyum dan bersyukur atas apa yang ada pada diri saya sekarang ini.

Dia meninggalkan saya tanpa memberitahu sebab musababnya, itu pun saya tahu dari sahabat terbaik saya yang kebetulan saat itu melihatnya dan bertanya padanya … jadi ceritanya begini :

Suatu sore di salah satu Plaza di bilangan Jakarta Selatan, rencananya saya dan sobat terbaik saya itu ingin minum teh berhubung memang kondisi keuangan sangat mencekik dan akhirnya kita harus berhemat tapi tanpa mengurangi rasa ingin ketawa bareng-bareng dan saling tukar cerita, akhirnya kita keukeuh untuk tetap menjalankan tradisi minum teh kita itu sambil menggussip berita seputar teman-teman kita.

Pada saat itu I only had around 15 thousands rupiah kalo ngga salah, setelah dihitung-hitung maka kalo masih mau ada sisa dan untuk survive besok maka saya hanya bisa beli teh hangat saja tanpa yang lain-lain. Pada saat saya mau pesan that hot tea itulah saya lihat A dengan seseorang berjalan dan terlihat sangat intimate. Saya tidak mau berprasangka apa pun tadinya, saya hanya mikir, katanya dia mau belajar karena ujian dan sekarang kok dia ada di Plaza ? so then begitu my good friend kembali dari toilet, I told her tentang A ini …

D : “Orangnya dimana sekarang ?”
H : “Tadi sich jalan ke arah food court”
D : “Okay, you stay here and I found out what’s actually been going on”
H : “Okay.”

So pergilah D mencari A di area food court. Sambil menunggu D kembali, saya duduk dan mulai merokok sambil tentunya meniup-niup the hot tea yang entah kenapa kok hari itu rasanya panas banget.

Sepuluh menit kemudian datanglah D dan teh saya itu belum juga dingin.

D : “I think it’s better for us to move, I mean not sitting here”
H : “Why ?”
D : “Because I told A that I am not with you and I don’t want A to see you”

Walaah, ngga berusaha untuk jadi orang pelit tapi mengingat I have spent half of my money that I have untuk beli teh hangat dan duduk-duduk santai sambil ngobrol ngalor ngidul dan sekarang harus pindah gara-gara A.

H : “Gini yaa, I am not trying to be calculative but I have spent half of my money untuk beli this hot tea”

Dan dengan bodohnya saya minum pula teh panas itu dengan tergesa-gesa yang mengakibatkan lidah saya melepuh dan bibir saya panas serta mulut saya seperti naga yang baru saja mengeluarkan semburan apinya.

Lalu kita pindah dan D menceritakan hal ihwal tentang siapa yang bersama A dan juga hubungannya dengan saya.

Until now I still remembered tentang itu semua, anytime I talk with D melalui sms, telpon ataupun waktu ketemu kemaren waktu saya pulang ke tanah air the quote of “I am not trying to be calculative” selalu aja terselipkan dan kita berdua terbahak-bahak.

Kalau tadi diatas saya tidak ingat alasannya kenapa saya tiba-tiba teringat pengalaman dua tahun itu, now I remember .. karena saya hanya punya uang USD 10 dan malam ini ada undangan ajakan minum kopi bareng dengan beberapa teman-teman dari kedutaan asing lain. Saya cuman takut bahwa nanti setelah pesan kopi dan lain-lain tau-taunya harus pindah tempat lagi … oh noooooooooooooooo … tidak untuk kedua kalinya mulut saya harus berkorban lagi.

2 comments:

Morningdew said...

*ngebayangin Hary dengan mulut jontor dan bibir melepuh* Wakakakakaakak!!! :-D

-dimas hary- said...

Hussss .... jangan keras-keras ...