Museum yang berada di bawah pembinaan Departemen Pendidikan Nasional ini pada mulanya didirikan dalam bentuk lembaga dengan nama Bataviaasche Genootschap Van Kunsten en Wetenschappen yang bertujuan memajukan penelitian di bidang Seni dan Pengetahuan, antara lain: Ilmu Hayat, Ilmu Alam, Ilmu Purbakala, Sastra dan sebagainya.
Koleksi awal museum dan perpustakaan lembaga ini adalah seperangkat peralatan ilmu alam, pelikan alat musik dan buku-buku koleksi dari J.C.M. Rademacher. Ia juga menyerahkan rumahnya di Kali Besar sebagai tempat penyimpanan koleksi.
Sir Thomas Stamford Raffles kemudian menyumbangkan sebuah gedung baru untuk literacy Society yang terletak di Jalan Majapahit No. 3, karena gedung di Kali Besar sudah terlalu kecil untuk menampung koleksi yang kian bertambah.
Pada tahun 1862, pemerintah memutuskan untuk mendirikan gedung museum baru yang lebih luas untuk menampung koleksi yang semakin bertambah di Jalan Merdeka Barat No. 12. Museum yang diresmikan penggunaannya pada tahun 1862 ini lebih dikenal dengan sebutan "Museum Gajah" karena adanya patung gajah di halaman depan yang merupakan hadiah dari Raja Siam (Thailand), Chulalangkorn pada tahun 1871.
Pada tanggal 29 Februari 1950, Koninklijke Bataviaasche Van Kunsten en Wetenschappen berganti nama menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia dengan semboyan memajukan ilmu-ilmu kebudayaan yang berfaedah untuk pengetahuan tentang Kepulauan Indonesia.
Lembaga Kebudayaan Indonesia kemudian menyerahkan museum ini kepada Pemerintah RI pada tanggal 17 September 1962, dan menjadi Museum negara dengan nama Museum Pusat yang kemudian menjadi Museum Nasional. Koleksi-koleksi yang terdapat di museum ini antara lain, koleksi Prasejarah, Arkeologi Klasik, Keramik Asing, Numismatik, Relik Sejarah, Seni Rupa dan benda-benda bernilai seni budaya dari berbagai suku bangsa dan daerah di Indonesia.
Saat ini Museum Nasional mencoba mengubah citra masyarakat terhadap museum yang selalu mengesankan sebagai gudang barang-barang antik dengan tampilan yang seadanya menjadi tempat yang menarik bagi pengunjung. Sejak tahun 1996, pemerintah mencanangkan pembangunan untuk perluasan gedung Museum Nasional. Namun dari dua unit gedung yang direncanakan (unit B dan C), baru unit B yang mendekati penyelesaian akhir dan siap dimanfaatkan untuk pameran. Pembangunan ini rencananya memakan waktu sekitar 9 tahun.
Selain pembenahan dari segi fisik (gedung, display pameran), Museum Nasional juga membenahi dari segi non-fisik (kualitas sumber daya manusia). Sebuah upaya keras yang dilakukan oleh Pemerintah untuk menjadikan museum sebagai tempat tujuan wisata dan tempat pembelajaran yang menarik bagi masyarakat, bukan sekedar tempat mengumpulkan, merawat dan melestarikan benda cagar budaya.
Museum Nasional dengan semua koleksi didalamnya menambah kekaguman tersendiri akan budaya bangsa sendiri yang beraneka ragam, namun sebuah ironi pula ketika menyadari sebagian pengunjung yang datang adalah kaum ekspatriate bersama keluarga mereka. Sebagus apapun museum yang didirikan, jika masyarakat Indonesia masih belum menyadari pentingnya sebuah museum sebagai tempat rekreasi dan belajar, semua itu menjadi hal yang sia-sia. Sebuah pertanyaan pun hadir, kapan terakhir anda berkunjung ke museum?
2 comments:
kayaknya harmpir tiap minggu gw & the gank ngumpul di museum tekstil.
Ayo belajar membatik ! :P
Nanti kalo pulang ke Indon .. pasti mampir ke Tanah Abang karena penasaran buanget pengen nge-batik dan nge-gussip ... *lhooo ???* ... Hehehehehehe ..
Post a Comment