Thursday, December 29, 2011

29.12.11 - Sebuah Catatan Kecil


Dalam satu perbincangan santai beberapa waktu lalu dengan beberapa teman baik di salah satu tempat ngopi di bilangan Jakarta Pusat, berbagai topic ramai dibicarakan mulai dari masalah baju, sepatu, alis palsu, bulu mata lapis tiga sampai dengan hal remeh yang terkadang ngga kepikiran bahwa itu bisa berefek besar. Salah satu yang menarik dalam pembicaraan itu ketika tiba-tiba saja terkuak satu pokok pembicaraan mengenai perselingkuhan dan pertemanan.

Hal yang memang ngga pernah bakalan habis untuk diuraikan, dibahas, didiskusikan, diperdebatkan, disanjung, dipuja, dihujat dan di-di lainnya.

Menurut kabar entah darimana asalnya bahwa 90 % perselingkuhan itu terjadi karena adanya curhat dari satu pihak dan kemudian diakomodir oleh pihak lain. Tentunya ini tidak termasuk curhat dalam konteks sahabat yaa.

Beberapa waktu yang lalu pula gue pernah posting mengenai sebuah hubungan percintaan yang terjadi karena hubungan persahabatan awal mulanya. Istilah kerennya sih “from brothers to lovers.”

Catatan kecil kali ini adalah cerita tentang perkembangan yang terjadi pada mereka dan perkembangannya ini benar-benar tidak menyangka akan seperti ini.

Gaya pacaran mereka yang menurut gue adalah salah satu bentuk atau role model terbaik yang pernah gue lihat dan saksikan ternyata jauh di dalamnya memendam bom waktu dan bom waktu itu ternyata meledak pada saat yang tidak tepat.

Kompromi ataupun pengertian yang terjadi diantara kedua pihak ternyata tidak selamanya bisa berjalan dengan baik. Satu pihak pada satu titik menuntut untuk mendapat perhatian lebih atau perlakuan diluar standar kebiasaan.

Sementara pihak yang lain mengikuti dan menyanggupinya namun sesungguhnya jauh didalam lubuk hatinya ada rasa kesal dan tidak puas.

Lalu pada suatu hari meledaklah itu semua.

Bentuk ledakannya bukan ledakan luar biasa yang membombardir kemana-mana tetapi lebih kepada sebuah pernyataan sikap yang dilakukan dan itu tidak tanggung-tanggung. Kenapa tidak tanggung-tanggung karena satu pihak jadian dengan pihak lain padahal masih memiliki status sebuah hubungan:

Perselingkuhan!

Ketika kemudian gue  mendapatkan satu kesempatan untuk ngobrol dengan salah satu pihak terungkaplah kekesalan hatinya. Terungkaplah apa yang kemudian menjadi bahan pertimbangannya untuk selingkuh.

Lalu apakah itu sebuah tindakan yang memang perlu dilakukan?

Di satu sisi itu mungkin, di sisi lain hal itu tentunya menjadi seperti sebuah ajang balas dendam atas perlakuan yang mungkin dianggapnya tidak adil.

Sebuah hubungan memang begitu rentan jika sudah masuk dalam sebuah ranah dominan atas perlakuan dan sikap.

Terkadang kita menjadi berpikir bahwa perlunya sebuah pendekatan yang bisa dikatakan mendalam perlu dilakukan sebelum akhirnya kita masuk dalam sebuah langkah untuk bersama.

No comments: