Friday, January 20, 2012

40 is the new 20. Salah kaprah!

Kata sebagian orang umur 40 itu seperti umur 20. Yaa bahasa Inggrisnya adalah 40 is the new 20. Dan terus terang aja gue bias dengan hal itu dan yang bikin gue bias adalah apanya yaa yang berasa menjadi 20?

Yang bikin gue ngeri adalah 20 untuk urusan masalah hati, sensi dan kelabilan jati diri dan justru menjelang usia 40 gue merasa bahwa semua itu udah gue lewati. Gue malah udah yakin dengan jalan hidup yang gue ambil.

Waktu kemaren gue mau ulang tahun yang ke 40, beberapa orang bilang bahwa usia 40 adalah merupakan cetak biru dari kehidupan kita selanjutnya. Dan gara-gara omongan itu waktu pas hari-nya gue ulang tahun, gue jadi terus berpikir akan setiap langkah yang gue ambil. Ngeri aja rasanya kalo semua langkah-langkah gue pada hari itu adalah merupakan langkah-langkah gue selanjutnya.

Di umur 40 ini dan belum juga sebulan gue berumur 40 (baru 40 tahun 25 hari) gue merasa kok hari-hari gue seperti gue naik roller coaster, begitu kerasa naik turunnya. Di satu sisi gue dikasih kemudahan ini dan itu dan disisi lain gue merasa jalan gue melambat dan gue punya beberapa masalah krisis diri. Emejing kan?

Gue merasa bahwa gue semakin sensitive dan itu bukan pertanda baik. Gue kemaren-kemaren sebelum umur gue 40 udah belajar untuk let it go atas apa yang terjadi dan berusaha ikhlas terus sekarang kenapa yaa gue kok berasa banyak hal-hal sepele menganggu pemikiran dan juga perasaan gue.

Belakangan ini gue merasa gue ngga dihargai atas apa yang gue kerjakan dan gue merasa bahwa gue hanyalah sebagai obyek penyerta saja dalam kegiatan. Gue tau kalo itu adalah sebuah sikap yang salah dan gue jengkel karena gue ngga bisa nahan diri dan terlebih lagi nahan emosi.

Harusnya sih gue yang proaktif bertanya tentang perkembangan pekerjaan tapi ini gue merasa bahwa banyak hal yang gue ngga tau dan gue ngga diinfo. Tapi bukankah untuk menjadi satu team work itu harus saling terbuka dan berkomunikasi dengan baik?

Bukan sebuah justifikasi yang gue ajukan disini tapi hanya sekedar apa yang gue rasa. Gue berusaha untuk menjadi pemain tim yang baik dan untuk mentolerir semua rasa yang gue punya gue pikir ada baiknya gue hanya stik pada apa yang menjadi pekerjaan gue.

Ketika gue dulu terbuang gue sangat bercita-cita untuk bisa lebih maju dari sekarang dan gue tahu bahwa dengan sikap sensi dan main perasaan yang ngga jelas ini semuanya hanya akan menghambat gue aja.

Umur 40 beneran adalah umur 20 dalam satu era baru dan gue berharap bahwa itu akan tetap begitu tapi untuk hal mungkin percintaan sehingga bisa lebih menggelora lagi *aiiisssh bahasa gue*.

Anyway, gue pikir cukup sudahlah gue bertindak seperti ini, gue memang harus melakukan sebuah penglihatan diri di kaca dan kemudian mempercantik eh mempercakep diri dengan mengurangi semua hal-hal yang sekiranya akan menganggu kelancaran gue sendiri.

Kembali berdiam diri dan menjalani semuanya sendiri mungkin merupakan jalan terbaik untuk saat ini dan gue pikir gue melakukan itu bukan karena gue ingin dikasihani tapi gue memang menjauh dari interaksi supaya tidak menjadi lebih buruk lagi.

Adakah diri anda yang ketika berusia 40 mengalami krisis yang sama?

No comments: