Kata sebagian orang umur 40 itu seperti umur 20. Yaa bahasa
Inggrisnya adalah 40 is the new 20. Dan terus terang aja gue bias dengan hal
itu dan yang bikin gue bias adalah apanya yaa yang berasa menjadi 20?
Yang bikin gue ngeri adalah 20 untuk urusan masalah hati,
sensi dan kelabilan jati diri dan justru menjelang usia 40 gue merasa bahwa
semua itu udah gue lewati. Gue malah udah yakin dengan jalan hidup yang gue
ambil.
Waktu kemaren gue mau ulang tahun yang ke 40, beberapa orang
bilang bahwa usia 40 adalah merupakan cetak biru dari kehidupan kita
selanjutnya. Dan gara-gara omongan itu waktu pas hari-nya gue ulang tahun, gue
jadi terus berpikir akan setiap langkah yang gue ambil. Ngeri aja rasanya kalo
semua langkah-langkah gue pada hari itu adalah merupakan langkah-langkah gue selanjutnya.
Di umur 40 ini dan belum juga sebulan gue berumur 40 (baru
40 tahun 25 hari) gue merasa kok hari-hari gue seperti gue naik roller coaster,
begitu kerasa naik turunnya. Di satu
sisi gue dikasih kemudahan ini dan itu dan disisi lain gue merasa jalan gue
melambat dan gue punya beberapa masalah krisis diri. Emejing kan?
Gue merasa bahwa
gue semakin sensitive dan itu bukan pertanda baik. Gue kemaren-kemaren sebelum
umur gue 40 udah belajar untuk let it go atas apa yang terjadi dan berusaha
ikhlas terus sekarang kenapa yaa gue kok berasa banyak hal-hal sepele menganggu
pemikiran dan juga perasaan gue.
Belakangan ini
gue merasa gue ngga dihargai atas apa yang gue kerjakan dan gue merasa bahwa
gue hanyalah sebagai obyek penyerta saja dalam kegiatan. Gue tau kalo itu
adalah sebuah sikap yang salah dan gue jengkel karena gue ngga bisa nahan diri
dan terlebih lagi nahan emosi.
Harusnya sih gue
yang proaktif bertanya tentang perkembangan pekerjaan tapi ini gue merasa bahwa
banyak hal yang gue ngga tau dan gue ngga diinfo. Tapi bukankah untuk
menjadi satu team work itu harus saling terbuka dan berkomunikasi dengan baik?
Bukan sebuah justifikasi yang gue ajukan disini tapi hanya
sekedar apa yang gue rasa. Gue berusaha untuk menjadi pemain tim yang baik dan
untuk mentolerir semua rasa yang gue punya gue pikir ada baiknya gue hanya stik
pada apa yang menjadi pekerjaan gue.
Ketika gue dulu terbuang gue sangat bercita-cita untuk bisa
lebih maju dari sekarang dan gue tahu bahwa dengan sikap sensi dan main
perasaan yang ngga jelas ini semuanya hanya akan menghambat gue aja.
Umur 40 beneran adalah umur 20 dalam satu era baru dan gue
berharap bahwa itu akan tetap begitu tapi untuk hal mungkin percintaan sehingga
bisa lebih menggelora lagi *aiiisssh bahasa gue*.
Anyway, gue pikir cukup sudahlah gue bertindak seperti ini,
gue memang harus melakukan sebuah penglihatan diri di kaca dan kemudian
mempercantik eh mempercakep diri dengan mengurangi semua hal-hal yang sekiranya
akan menganggu kelancaran gue sendiri.
Kembali berdiam diri dan menjalani semuanya sendiri mungkin
merupakan jalan terbaik untuk saat ini dan gue pikir gue melakukan itu bukan
karena gue ingin dikasihani tapi gue memang menjauh dari interaksi supaya tidak
menjadi lebih buruk lagi.
Adakah diri anda yang ketika berusia 40 mengalami krisis
yang sama?
No comments:
Post a Comment