Monday, May 29, 2006

PERTEMANAN

“I guess so much for the friendship now and you should know very well, Hary, that people change.”

Kutipan sebuah pembicaraan diatas itu terjadi ketika pada hari Sabtu lalu saya bertemu dengan teman lokal yang mana kita berdua cukup lama tidak bertemu. Mister V ini adalah salah satu anggota dari High Quality Bitches yang dulu sekitar enam atau delapan bulan yang lalu sempat merambah dunia pergaulan Phnom Penh setiap akhir minggu dari satu tempat gaul ke tempat gaul lainnya atau dari satu pesta ke pesta lainnya.

Berawal dari satu perkenalan tidak resmi, pembicaraan seputar kehidupan dan jalannya dinamika hidup percintaan, saya mengenal Mister V ini dari Mister J yang saya kenal terlebih dahulu, dari Mister J ini pula saya mengenal Mister D. Lalu hampir setiap weekend dimulai dari hari Jumat sampai dengan Minggu sore kami berempat selalu bertemu entah itu undangan suatu pesta perpisahan salah satu expats atau pesta ulang tahun atau acara-acara lainnya. Mister J menamakan kami sebagai High Quality Bitches, the name that for sure I am not proud of :p.

Mister J berasal dari Korea Selatan, saya dari Indonesia dan Mister V serta Mister D adalah our local friends. Pada masa-masanya kita sering berkumpul, kita sering membicarakan banyak hal, mulai dari hal-hal yang bersifat umum sampai hal-hal yang bersifat sangat pribadi namun herannya kami semua menikmati masa-masa itu dan saling membantu, sampai kemudian pada satu titik dimana Mister J mengatakan pada saya dan dua orang teman lainnya tersebut bahwa dia harus pindah ke London karena pacarnya menginginkan dia untuk pindah.

Singkat cerita, setelah kepindahan Mister J ke London, mulailah grup High Quality Bitches ini terpecah-belah. I still try to manage to keep in touch with Mister J via email dan mengirimkan sms at least beberapa kali dalam seminggu kepada Mister V dan Mister D namun lambat-laun frekuensinya semakin berkurang dan berkurang dan berkurang sampai pada satu titik dimana tidak ada lagi kabar mengenai satu dan lainnya.

Saya berpikir apakah karena saya waktu itu baru saja mengenal mereka (the three of them had known each other long time before they knew me) atau mungkin proses adaptasi saya tidak berhasil ? that left a big question mark in my mind tapi saya coba untuk tidak ambil pusing walaupun sedikit banyaknya saya menyayangkan hal itu terjadi.

Then to my surprise, I met with Mister V last Saturday nite.

Setelah segala urusan pekerjaan selesai; well, yes, you can complain, I did work last Saturday because of my boss held a friendly dinner; saya memutuskan untuk gabung dengan beberapa teman saya yang sudah lebih dulu ada di Elsewhere, salah satu tempat membaurnya para lokal dan expats di Phnom Penh. Tak berapa lama kemudian, teman-teman saya berniat untuk makan malam di salah satu tempat makan seafood yang enak dan murah (well, if then you cannot call it supper, you could call it dinner though it was 10.30 pm already), I decided not to join dan memutuskan untuk pulang sambil membayangkan menonton serial The Golden Girls di dvd.

Tapi kemudian entah kenapa, saya berubah pikiran dan memutuskan untuk pay a short visit to Salt Lounge, one of my favorite place in Phnom Penh. Saat tiba disana dan masuk ruangan distulah saya bertemu lagi dengan Mister V setelah sekian lama tidak pernah bertemu. Kami bertukar cerita sambil sesekali bercanda. Pada kesempatan itulah saya bertanya mengenai kabarnya Mister J dan Mister D. Mister V hanya tersenyum getir dan menjawab dengan pahit bahwa satu demi satu teman-temannya menghilang, Mister J tidak lagi ada kontak bahkan melalui surat elektronik sekalipun, pesan di telepon tangan pun tidak dijawab sementara Mister D sekarang sudah sangat berubah bahwasanya dia sekarang sudah bekerja dan akan berangkat ke London dalam waktu dekat.

“I only realize that it is may be my condition so they did not want to be my friend anymore. I know, Hary, I am jobless now, I have no money and I am not the person that may be they used to know.”

KABOOOMM!!!!
It hit me hard right in my heart and I felt my chest hurt.

Kejadian sekian tahun lalu kembali terputar dengan indahnya dalam memori. Betapa sangat menyakitkannya ketika you are really in the deep shit and really in the deep trouble terus tiba-tiba semua orang menghilang, dihubungi tidak bisa, didatangi pun tak mau keluar menemui, kalau bertemu atau berpapasan di jalan atau dimana pun terlihat satu senyuman terpaksa dan basa-basi yang anak kecil pun tahu bahwa itu adalah basa-basi semata saja.

Oh yes, been-there-done-that.

I was grateful while I was in deep shit and trouble, I still have those that I can call friend. Those I can lean on and those that I still can share my story with or laugh together over something that may be buat sebagian orang tidak lucu atau tidak perlu ditertawakan. I don’t need to mention them but they know who they are and I pray to God every damn day may they always get happiness and nothing else except happiness in their entire life. I love you guys so much …

So yes I can understand damn well perasaannya Mister V sekarang.

“I was surprised when I saw you entering this place and you look so happy to meet me and hug me and as if nothing happens with me. So, after you know my condition now, will you still be my friend ?”

Mata saya berkaca-kaca, kenapa harus sebegitunya ? kenapa harus untuk menjadi teman pun masih harus dipertanyakan ? mungkin pengalaman Mister V dengan dua orang (mantan) sahabatnya yang membuat dia sekarang menjadi sangat berhati-hati.

‘I might not be as rich as Mister J or as lucky as Mister D but one thing that you should know, Mister V. Whatever you are, even you are scum or anything lower than that, you are still my friend. A one dear friend. So, take out those worried eyes and I want to see the smile back in your face. The real smile!’

We ordered drink and we toast! That nite we spent the whole nite together. Talking !

Keesokan harinya ketika saya membereskan kamar tidur saya; yang tentunya merupakan tugas rutin hari Minggu; saya teringat kejadian semalam dan saya merasa bahwa saya bersyukur sampai dengan saat ini saya tidak pernah berhenti mengucap syukur kepada-Nya atas segala yang telah diberikan pada perjalanan hidup saya. At least saya tahu bagaimana menghargai pertemanan dan tahu bagaimana teman yang sesungguhnya itu.

Seperti tertulis di liriknya the Golden Girls ..
“.. thank you for being my friend .. “


A memento with Mister V, Salt Lounge, Saturday, 27 May 2006.

No comments: