Sunday, September 02, 2012

Persahabatan; kolektif memori manis dan pahit

Belakangan ini entah kenapa begitu banyak hal-hal yang menyangkut persahabatan yang terlintas dalam kehidupan saya. Entah itu berupa film, cerita yang lagi dibaca atau kejadian nyata yang dialami dan diceritakan orang kepada saya.

Perjalanan hidup selama 40 tahun banyak sekali membuahkan sahabat yang datang silih berganti. Ada yang terus sampai sekarang dan ada yang hilang dan ketika bertemu kembali keadaan sudah berubah tidak lagi seperti dulu.

Mungkin kali ini saya cerita tentang orang-orang yang pernah singgah dalam kehidupan saya, tapi setelah saya pikir, ada sisi miris dan giris yang kemudian membuat saya untuk tidak jadi menceritakan itu.

Dari TK saya sudah punya teman-teman baik, teman yang selalu bersama dalam setiap kesempatan sampai kemudian kami masuk SD dan mulai berpisah untuk urusan belajar mengajar tapi masih bersama ketika waktu main sore tiba. Satu demi satu sahabat saya tersebut meninggalkan saya, bukan karena ada masalah tapi karena ayah kami adalah tentara yang harus siap sedia untuk dipindah setiap saat. Dari lima orang yang selalu bersama, kini tak satu pun saya pernah berjumpa. Yang saya tahu, satu orang sudah mendahului dan sisanya entah kemana, ada yang sudah menikah, ada yang saya tidak ketahui kehidupannya lagi. Era kemajuan teknologi pun tidak membantu banyak ketika saya berusaha mencari keberadaan mereka.

Di SD, saya tidak punya teman baik banyak, satu dua orang yang kiranya memang mereka adalah teman baik, itu pun karena faktor bapaknya sama-sama tentara dan juga kebetulan rumahnya tidak berjauhan. Dari semua teman-teman di SD, hanya ada tiga orang yang sampai sekarang saya merasa bahwa mereka begitu dekat. Kami masih suka kontak via bbm, terkadang jumpa untuk minum kopi bersama. Dinamika kehidupan mereka pun saya ikuti.

Memasuki masa SMP, inilah masa dimana saya sulit menemukan seorang teman baik. Setelah tiga tahun berjalan di SMP saya menyadari bahwa teman baik saya hanya satu orang, sampai sekarang dia masih suka bertemu, ngopi, makan dan terkadang ngobrol banyak hal. Kehidupan yang berbeda antara saya dan teman-teman di SMP mungkin yang menyebabkan saya sulit memiliki teman baik. Walaupun pada saat sekarang ketika teman-teman SMP berkumpul dan sesekali saya datang, beberapa diantara kami menjadi lebih dekat dan berhubungan erat, tapi tentunya memiliki arti yang berbeda dengan yang memang sudah dekat semenjak di SMP dulu.

Di SMA saya punya satu grup yang selalu bersama semenjak kami duduk bersama di bangku kelas II. Walaupun saya adalah satu-satunya laki-laki di grup itu namun saya punya kenyamanan tersendiri ketika kumpul dengan empat orang lainnya. Kini setelah lulus SMA dan 20 tahun kemudian bertemu, masing-masing sudah memiliki jalan dan pola pemikiran sendiri dan terkadang tentunya pasti berbeda. Dari satu grup itu saya hanya bisa akrab dengan dua orang saja sekarang. Terasa ada jarak yang membentang. Lagi-lagi saya berpikir bahwa ini adalah karena zaman yang berubah dan mengakibatkan pola pikir masing-masing individu berkembang sesuai dengan ruang lingkupnya berada.

Setelah lulus SMA dan kemudian bekerja, saya memiliki teman baik dari beberapa tempat kerja yang pernah saya masuk dan bekerja di dalamnya. Persahabatan di tingkatan tempat kerja ini lebih berisiko buat saya. Kedewasaan dalam berpikir dan bertindak menjadi hal utama. Kejujuran dan kebesaran hati adalah hal mendasar yang perlu ada jika ingin persahabatannya jalan terus. Semakin dewasa tentunya problema semakin banyak dan bertumpuk. Cara penyelesaian setiap masalah adalah langkah pendewasaan dan pengujian akan ketulusan sebuah persahabatan.

Hampir seminggu lalu saya diundang untuk menonton premiere sebuah film Indonesia. Dalam film itu diceritakan bagaimana sebuah persahabatan terjalin secara perlahan sejak mereka masih kanak-kanak sampai kemudian mereka beranjak dewasa. Persahabatan yang tulus, tanpa pamrih dan tanpa pretensi apa-apa. Melihat film itu membuat saya kemudian mencoba mengingat semua memori yang saya ingat dan miliki mengenai persahabatan dari semenjak saya kenal arti kata teman baik sampai sekarang.

Iya, teman datang silih berganti tetapi sahabat tetap di hati. Dari kalimat itu saya menyadari bahwa saya hanya memiliki teman baik atua sahabat yang tidak banyak, bahkan sepuluh jari pun masih lebih jika saya diminta menghitung atau menyebut nama para teman baik yang saya miliki.

Kenangan demi kenangan pahit dan manis bermunculan seperti sebuah kumpulan memori yang enggan untuk pergi dari ingatan dan tersimpan rapi di sudut paling dalam. Hal yang paling sulit adalah ketika berusaha untuk ikhlas dan menerima bahwa teman-teman yang pernah kita anggap sebagai teman baik sekarang tetiba seperti orang lain, seperti orang yang tidak kita kenal, seperti orang yang tak mau lagi bersahabat.

Bagi saya nilai sesungguhnya dari sebuah persahabatan adalah ketulusan yang mendalam, ketika tidak ada lagi hitung-hitungan, ketika tidak ada lagi pamrih, ketika tidak ada lagi rasa bersaing.

Namun dalam saat seperti sekarang ini, seberapa banyak orang yang bisa kita temui dan dengan bangga kita katakan ini adalah sahabat tanpa embel-embel apa pun?  Semakin sedikit.

Kini, kirimkanlah sms / bbm / line / what'sapp atau bicara langsung pada orang yang kau anggap teman baik dan katakanlah bahwa kau menyayanginya dan kau akan selalu ada kapan pun dibutuhkan.




No comments: