Masa kecil adalah masa yang terkadang buat sebagian orang adalah masa yang paling indah. Banyak kenangan dan banyak hal yang sekiranya manis untuk diingat.
Masa kecil saya dihabiskan di komplek tentara di Bandung, tempat keluarga kami tinggal karena bapak adalah anggota angkatan darat yang memulai karirnya dari Tentara Pelajar masa perjuangan dulu dan kemudian masuk dalam satu kesatuan bernama Kavaleri dan sampai dengan pensiun dan wafatnya mendedikasikan hidupnya di kesatuannya tersebut.
Saya bukan orang yang popular di kalangan teman-teman masa kecil saya. Saya hanya punya teman beberapa yang sampai sekarang atau katakanlah sampai saya memulai karir saya bisa saya katakan itu teman. Tapi bukan itu yang akan saya bahas sekarang. Yang akan saya bahas sekarang adalah bagaimana tempat tinggal keluarga kami sekarang dan situasinya.
Pada tulisan sebelumnya saya membahas mengenai Lebaran yang baru lalu yang saya habiskan waktunya di tempat saya tinggal pada masa kecil. Ya, saya pulang ke komplek tempat kami tinggal karena ibu saya masih tinggal disitu.
Komplek Kavaleri adalah sebuah komplek ksatryaan pada masanya atau katakanlah markas besar yang jadi satu dengan komplek perumahan para perwira tinggi, perwira menengah, prajurit dan sipil.
Komplek ini memiliki bangunan tua yang bagi saya sebagai pecinta sejarah dan bangunan tua tentunya memiliki nilai historis yang tidak akan pernah terlupakan. Bangunan markas dan seluruh isinya merupakan tempat para tentara bertugas pada jam-jam kantor dan tempat anak-anak bermain pada sore harinya.
Lapangan bola, lapangan basket, lapangan tenis, tempat latihan karate, tempat latihan berkuda, semua ada disitu dan masing-masing anak-anak pada masanya sering bermain di tempat yang menjadi favoritnya.
Kemarin ketika sedang mengobrol dengan beberapa kakak saya, saya mendapatkan kabar bahwa sesungguhnya Markas Besar Pusat Kesenjataan Kavaleri ini telah dibeli oleh sebuah mall yang letaknya tepat didepan komplek Kavaleri tersebut. Menurut kabar berita nantinya komplek ini akan dijadikan lahan perluasan mall tersebut dan juga area parkir.
Terkejut?
Saya tidak hanya terkejut tapi geram. Tapi tentunya saya tidak memiliki kekuasaan apa-apa untuk merubah keputusan itu dan juga membatalkannya. Saya ini hanya orang biasa, anak pensiunan perwira menengah yang secara kebetulan suka sejarah dan bangunan tua.
Sebegitu murahkah harga sebuah kenangan?
Dulu saya terkejut ketika lokasi Masjid Saladdin yang menjadi masjid kami bersama jika Shalat Jumat ataupun Shalat Tarawih kemudian berubah menjadi McDonald's dan masjid pindah lokasinya ke belakang SMP Kavaleri dengan lokasi lebih kecil :(.
Kemudian berikutnya adalah Gedung Melati yang menjadi kebanggaan saya dan teman-teman masa kecil saat bisa tampil di panggungnya walaupun hanya untuk pertunjukan kabaret 17 Agustus atau memperingati Ulang Tahun Kavaleri berubah fungsi menjadi gereja. Bukan karena gerejanya yaa tapi lebih kepada pihak Kavaleri yang memberikan kontrak kepada pihak gereja selama kabarnya 20 tahun.
Idealisme, kenangan manis, sejarah, bangunan tua, semua nilai itu hilang demi komersialisasi.
Mungkin sekarang tinggal menunggu waktunya ketika bangunan milik Belanda yang dibangun dengan kokoh hilang lenyap tanpa ada sisa dan berganti dengan sebuah bangunan besar berisi toko-toko dan tempat makan. Sejarah tinggal sebuah kata tanpa arti apa-apa lagi.
No comments:
Post a Comment