Lebaran kemaren saya pulang seperti biasanya, entah kenapa kali ini kayaknya agak lama. Lebaran di hari Sabtu dan hari Selasa saya sudah berada di rumah ibu saya, rumah tempat saya menghabiskan masa kecil saya dari saya lahir hingga lulus SMA.
Rumah ini adalah sebuah rumah dinas tentara tipe H. Sebuah rumah kecil yang acap kali membuat saya berpikir bagaimana dulu saya dan semua kakak saya menghabiskan waktu di rumah ini, kami bertujuh plus bapak dan bunda. Rumah ini efektifnya hanya punya 2 kamar. Hebatnya semua bisa diatur dengan dua tempat tidur bunk bed atau istilahnya tempat tidur tingkat.
Rumah ini tidak mengalami renovasi yang berarti semenjak pertama kalinya orang tua saya pindah ke rumah ini di tahun 1963. Sejak tahun itu sampai sekarang bunda tinggal di rumah ini tanpa pernah sedikit pun pindah rumah. Ketika almarhum bapak dapat jatah rumah dinas di beberapa tempat, bunda selalu menolak ajakan almarhum bapak untuk pindah ke rumah dinas yang didapatnya.
Jadilah rumah ini rumah kenangan bagi kami sekeluarga.
Ketika pulang kemarin untuk berlebaran bersama keluarga, entah kenapa ada sisi sentimentil dan romantisme yang muncul dalam diri saya. Rumah itu hanya tinggal bunda saja yang tinggal. Kami semua kakak beradik sudah tidak lagi tinggal di sana. Ketika malam tiba dan saya duduk di teras kemudian merokok dan menikmati secangkir kopi sambil ngobrol dengan ponakan, saya melihat ke sekeliling area rumah yang terlihat sangat sepi sekarang ini.
Dulu ketika saya masih tinggal di situ sampai dengan saya meninggalkan rumah itu, malam-malam di bulan Ramadhan dan menjelang Lebaran, suasana jalan sangat hingar bingar. Teman-teman kami kakak beradik yang notabene adalah tetangga-tetangga kami datang dari luar kota dan bercengkrama, entah di ujung jalan atau terkadang di depan rumah kami sambil mengobrol ini dan itu. Terkadang di sore hari kami berkumpul di lapangan basket di dalam kompleks sambil menunggu waktu buka puasa.
Kini suasana itu tinggal kenangan, hampir semua teman kami di sana tak lagi ada, bukan karena mereka meninggal (walaupun ada beberapa yang sudah meninggal) tapi karena mereka sudah pindah dan tak lagi tinggal di rumah dinas itu.
Jalanan begitu lengang, tak ada suara orang mengobrol sedikit pun. Semakin mengarah ke dalam semakin sunyi suasananya. Entah kenapa saya melihat ini sebagai sesuatu yang miris. Kenangan hanyalah tinggal kenangan.
Shalat Ied di lapangan di area perkantoran yang diberi nama Lapangan Apel karena tempat apel pagi para perwira dan prajurit tak lagi seperti dulu. Banyak yang tidak lagi saya kenal. Saya seolah shalat di satu daerah yang baru. Menatap pada area seputar lapangan dimana dulu saya dan teman-teman menghabiskan sore dengan bermain perang-perangan dan petak umpet.
Kembali ke rumah selepas shalat Ied dan saya merasakan kembali suasana yang berbeda. Tak ada lagi kumpulan anak-anak / remaja yang berkeliling dari satu rumah ke rumah lain untuk sekedar mengucapkan selamat hari raya dan bermaaf-maafan.
I guess time has changed :)
No comments:
Post a Comment