Entah kenapa tiba-tiba keinginan untuk menulis kembali menggelorakan jiwa yang lagi gundah gulana ini *halah!*, gara-garanya tadi siang meeting dengan Poet dan teman-teman dari Gram. Tapi yang ingin ditulis sekarang tidak ada hubungannya dengan apa yang tadi di-meeting-kan. Hanya sebuah pemikiran yang entah kok tiba-tiba saja keep bumping in my head.
Ketika kita bertanya pada kehidupan dimanakah letak keadilan, pada saat itu kita semestinya menyadari bahwa kita sedang marah, kesal dan mungkin kecewa atas apa yang terjadi pada kehidupan kita.
Saya pernah ada pada masa itu, masa dimana saya mempertanyakan letak keadilan dalam kehidupan saya karena saya melihat begitu banyak orang yang seolah-olah lebih beruntung daripada saya.
Banyak contoh kasus. Semisal saya sedang dalam status lajang dan tak punya pasangan sementara itu teman-teman saya yang notabene punya pasangan merasa tidak puas dengan pasangannya atau mungkin berselingkuh atau mungkin diluar dari hubungannya dengan pasangannya dia dengan seenaknya bisa tidur dengan orang lain tanpa ada perasaan bersalah sedikit pun.
Ada juga teman yang kehidupannya sebegitu indahnya walaupun saya tahu bahwa semua fasilitas yang dia punya adalah bukan miliknya namun pemberian dari pasangannya, segala kemewahan, liburan dan juga apa yang selama ini diimpikannya bisa terwujud, itu semua berkat pasangannya. Terkadang saya bertanya, adakah cinta disana ? Atau sekedar kamuflase saja ?
Belum lagi teman yang sebenarnya hidupnya sudahlah sangat mapan karena tanpa bekerja pun pasangannya sudah memberikan segala apa yang dia mau tapi tampaknya hal itu pun belum cukup untuk dirinya.
Betapa saya melihat ketidakadilan seolah menghantui setiap langkah saya.
Sampai kemudian saya duduk terdiam dan merenungkan semua ini pada satu titik di satu malam ketika saya bersimpuh pada-Nya.
Sesungguhnya Allah adalah Maha Adil, Dia tahu apa yang terbaik untuk umat-Nya dan yang paling penting kita tahu bagaimana kita bersyukur atas segala yang diberi oleh-Nya.
Apakah teman saya yang punya pasangan ataupun yang berselingkuh atau pun yang bisa seenaknya tidur sana sini walaupun sudah punya pasangan, bahagia ? Belum tentu! Kadar kebahagiaan setiap orang berbeda tentunya. Kita akan mampu bahagia kalau kita tahu bagaimana bersyukur atas segala yang kita punya dan tak merasa kekurangan.
Apakah teman saya yang acap kali terbang sana sini untuk liburan sudah merasakan bahagia ? Belum tentu! Karena mungkin dia sekarang dibutakan oleh kesenangan dan hidup mewah dan dia tidak bisa membedakan mana teman yang sesungguhnya dan mana teman yang menemaninya hanya karena dia sekarang terlihat senang.
Apakah teman saya yang hidupnya sudahlah sangat mapan, bahagia ? Belum tentu! Karena saat ini dia lupa untuk bersyukur, dia lupa untuk mengingat siapa yang memberi semua yang dia miliki sekarang. Apa jadinya jika semua keadaan menjadi berbalik ?
Semua ini saya tulis bukan karena saya iri atau saya cemburu atas apa yang mereka miliki, mereka punyai dan mereka jalani, tapi ini semua semata karena saya ingin agar mereka mau membuka mata untuk lebih sadar akan kehidupan bahwa tidak selamanya roda itu selalu diatas dan tidak selamanya mereka memiliki apa yang mereka miliki sekarang.
Saya pernah berada di posisi puncak dan saya tahu bagaimana rasanya memiliki semua fasilitas tanpa perlu berpikir besok harus bagaimana, tapi saat itu saya lupa untuk bersyukur sehingga ketika saya ditegur saya menjadi gelagapan, tak bisa berpikir jernih namun satu hal bahwa semua itu membawa hikmah banyak. Saya tahu sekarang siapa teman yang sesungguhnya, yang mau menemani saya walaupun uang di kantong hanya tinggal lima ribu rupiah, saya tahu sekarang siapa teman yang sesungguhnya, yang mengundang saya makan siang dan tidak pernah meminta bayaran kembali atas makanan yang dia belikan untuk saya, saya tahu sekarang siapa teman yang sesungguhnya, yang mau mengajak saya tanpa memandang status yang saya miliki sebagai orang tak punya, ...
Saat ini saya mengakui bahwa saya berada pada titik terendah dalam kehidupan saya. Untuk makan pun bisa sehari sekali saya mengucap syukur Alhamdulillah. Untung ada teman baik yang berbaik hati mau menampung saya tinggal di tempatnya sehingga sedikitnya saya bisa bernapas lega dan masih bisa menikmati kemewahan internet ini.
Semua ini membuat saya sekarang selalu menundukkan kepala mengucap syukur kepada ALLAH SWT atas segala yang telah diberikan oleh-Nya.
Semoga nanti ketika roda berputar dan kondisi saya beranjak naik, saya bisa membantu orang-orang yang kesulitan dengan ikhlas. Amin!
No comments:
Post a Comment