sepuluh purnama telah berlalu
menjejaki setiap langkah
menghiba akan setiap kepastian
pada jelaga cintamu kutebar asa
sepuluh purnama telah berlalu
dan tak lagi kurasa asa itu ada
pagi ini ketika burung berceloteh dalam riang kicaunya
pagi ini ketika mentari bersinar lembut pada ujung cahaya ufuk timur
aku menitikkan kembali air mata kegagalan
akan asa membumbung
pada sepuluh purnama lalu saat pertama bertatap
derai air mata tak lagi terkucurkan
sesak dalam setiap hembus napas
kecewa
sakit
perih
kebodohan demi kebodohan selalu terulang
dan aku tak lagi merasakan arti kehidupan hakiki
atas dirimu yang telah melukai
setiap hembus napas yang kubuat untukmu
setiap detik rasa perhatian untukmu
setiap penggalan kata cinta untukmu
biarlah kutenggelam dalam kegelapan arti kecewa semata
sehingga pada saatnya ketika jelaga hitam
tak lagi mengurungiku
aku sudah mampu tersenyum
walau hampa
rasa sakit itu terus mengikuti
kemana aku pergi
malam ini …
No comments:
Post a Comment