Tampaknya memang semua sudah harus berhenti. Dilematika
kehidupan adalah ketika kita ingin menyerah dan tak lagi menuaikan harapan, ketika itu juga seolah harapan
datang dengan percik-percik kecil yang terkadang mengganggu dan akhirnya
berhasil membuyarkan niatan awal untuk berhenti dan tak lagi berharap.
Beberapa hari lalu komunikasi yang terjalin terlihat hangat
dan menyenangkan. Saya mencoba untuk membuka diri, membuat diri lebih nyaman
dan tak lagi perduli dengan gengsi dan tak tahu malu. Bagi saya yang terpenting
dan utama adalah kejujuran hati dan tak lagi membohongi diri sendiri atas apa
yang dirasa.
Tapi mungkin itu hanya basa-basi karena saya merasa dan
melihat bahwa timbal balik dari apa yang saya lakukan ternyata tidak seimbang,
tidak setara. Saya berpikir bahwa itu hanya courtesy saja untuk membalas dan
menyampaikan kata-kata penyemangat. Track kembali ke semula dan saya pada
mulanya ingin jauh bisa lebih memahami dan mengerti benar. Pada mulanya.
Tapi ternyata tidak semudah yang dibayangkan, tidak seperti
yang diimpikan. Salah kaprah dan bodohnya adalah saya kembali terjerembab pada
satu perasaan yang saya paling ngga suka yaitu cemburu tidak beralasan.
Seseorang pernah bilang pada saya bahwa cemburu itu adalah
perbuatan bodoh karena kita melakukan cemburu disebabkan ketidakmampuan kita
untuk bisa melakukan apa yang orang lain lakukan untuk orang yang kita suka
atau sayang. Saya pikir saya mampu dan bisa berbuat lebih baik dari pada yang
orang lain lakukan untuknya tapi itu kan dari kacamata penilaian saya semata
bukan dari kacamata umum. Tapi bukankah jika untuk urusan cinta semua menjadi
subyektif dan obyektifitas adalah hanya sebuah pilihan?
Saya memutuskan pada akhirnya untuk perlahan menjauh dan
berhenti. Saya tidak mau lagi mengalami kesakitan atas sesuatu yang sesungguhnya tidak perlu merasa sakit.
Saya tidak mau lagi merasa capek hati atas sesuatu yang sesungguhnya belum jelas dan saya tidak mau lagi diperbodoh oleh
perasaan dan tingkah laku palsu.
Saya sudah cukup dimanfaatkan selama ini oleh beberapa orang hanya karena mereka tahu bahwa saya punya rasa pada mereka itu. Saya pikir orang-orang seperti itu adalah orang-orang yang justru tidak punya hati nurani dan hidup dalam langkah kemunafikan senantiasa karena mereka tidak pernah berani jujur pada dirinya sendiri. Kesenangan dunia hanya sesaat dan ketenangan batin tidak akan pernah mereka miliki.