Beberapa hari lalu ketika habis ngobrol panjang lebar dengan Ad Tj, tiba-tiba saja saya teringat pembicaraan dengan Her Ze, dalam salah satu smsnya dia pernah bilang, “ ... biarlah, Kang, walaupun dia tidak melihat keberadaan saya tapi saya akan terus berjuang dan berusaha ... “
Entah kenapa kok tiba-tiba saya seolah melihat diri saya beberapa waktu ke belakang. Apakah benar adanya bahwa ketika kita suka atau taruhlah mencintai seseorang walaupun bertepuk sebelah tangan, kita akan terus berjuang dan berusaha ? .. sampai kapan ? .. sampai titik darah penghabisan ? .. sampai dengan kata penolakan terdengar ? ..
Saya pernah ada dalam situasi dimana saya merasa bahwa saya telah mengorbankan banyak hal untuk hanya mendapatkan sebongkah perhatian yang terkadang itu adalah perhatian yang sebenarnya tidak penting-penting banget. Dan itu terjadi berulang dan berulang.
Ketika (kembali saya cerita) beberapa waktu lalu saya melalui (boleh dikatakan) masa patah hati, saya berusaha untuk bisa bangkit kembali dan mencoba menata hidup saya kembali dari awal .. exactly dari awal. Saya memutuskan untuk sementara ini memfokuskan diri lebih kepada pekerjaan dan hal-hal terkait yang kiranya bisa membuat saya melupakan sesaat apa yang menjadi kekecewaan saya dalam urusan dunia cinta. Memutuskan untuk lebih fokus lagi dalam berbagi pengalaman kepada orang-orang yang sekiranya membutuhkan bahkan termasuk kepada orang yang pernah masuk dalam lingkaran hati urusan cinta saya.
Hari ini tiba-tiba saya mendapat telpon dari Al yang menyampaikan sebuah kabar baik bahwa dirinya sudah jadian dengan And. Kabar itu kemudian membuat saya kembali teringat pada pesan Her Ze tadi. Al sudah berjuang keras dari keberadaannya yang (mungkin) tidak dilihat oleh And menjadi terlihat, nyata dan And merasakan bahwa kehadiran Al membawa warna tersendiri dalam dirinya dan akhirnya perjuangan Al berhasil dan saya hanya bisa mengatakan bahwa semoga mereka senang dan tentunya bahagia dengan apa yang menjadi pilihan mereka.
Malam ini saya sms-an dengan Firel, ... Firel yang kemunculannya sangat spektakuler dan juga menimbulkan banyak kontradiksi dan juga hujatan-hujatan. Saya bertanya padanya sebuah pertanyaan sederhana, .. “Menurut kamu definisi selingkuh itu bagaimana ?”
Firel menjawab bahwa selingkuh adalah hati terikat oleh cinta pada satu orang, tapi nafsu mengambil alih dan raga menjadi nafsu. Selingkuh adalah saat nafsu ditempatkan lebih tinggi dari cinta.
Lalu saya bertanya lagi pada Firel apakah berarti selingkuh tidak melibatkan cinta ?
Firel kemudian menjawab kembali, .. rumitnya disitu. Kadang yang menjadi orang ketiga datang dengan cinta murni (otomatis cinta terlibat), tapi orang pertama , apakah punya cinta ? tidak berarti demikian.Kebanyakan adalah pelarian karena tidak puas dengan orang kedua / pasangannya.
Pertanyaan saya kembali, ... Pelarian atas nama nafsu atau atas nama cinta ?
Dijawabnya, ... Nafsu. Kalau pun pelarian atas nama cinta, maka bukan begitu caranya, orang pertama itu takkan pernah bisa mencintai dengan segenap hati kalau dari awal sadar atau tidak sadar, orang ketiga hanya dijadikan tempat pelarian. Hal itu akan menyakiti orang ketiga yang buka hati untuk cinta yang tulus.
Sebuah diskusi kecil dan menarik buat saya. Kadang dengan bertanya padanya saya seolah mendapatkan jawaban atas pertanyaan-pertanyaan saya yang terkadang saya pendam sendiri.
Saya jadi teringat ketika tiba-tiba ditengah siang bolong dapat sms dari Wedh, dia tanya ... ngobrol berjam-jam di telpon, tiap hari ketemu sampai jam tiga pagi ... meluangkan waktu bersama-sama .. apakah itu masuk kategori selingkuh ? ...
Wedh ini sudah punya pasangan dan sekarang dia dekat dengan Mok.
Saya bilang bahwa selingkuh itu relatif, tergantung kita sendiri mendefinisikannya seperti apa. Saya bilang padanya berdasarkan pengalaman saya bahwa sms-an, ngobrol setiap hari, ngopi, diskusi banyak hal dan tidur bersama namun tidak melakukan apa-apa ... saya tidak menganggap itu sebagai selingkuh. Tapi saya kategorikan Hubungan Tanpa Status .. eh itu sama saja dengan selingkuh yaa ? .. hihihihihi. Atau Teman Tapi Mesra ... halaaaahhhh ...
Saya akui bahwa perjuangan Wedh adalah sampai dengan titik penghabisan dengan segala macam cerita cinta dan dramaturgi yang mungkin sekarang sudah selesai karena sudah mendapatkan jawaban walaupun mungkin jawaban itu belum pasti.
Hmmm .. malam semakin larut dan saya terlenakan oleh lagu-lagu tahun 80an yang berkisaran seputar cinta.
Saya teringat pada satu malam di salah satu restoran cepat saji di Bandung ketika lagi menunggu teman-teman datang dari Jakarta. Saya, Fit, Her Ze, Al dan At berbincang-bincang tentang banyak hal .. tiba-tiba kita semua memutuskan untuk berdoa bersama (such a scene dech pokoknya) .. doa itu adalah doa kami untuk supaya dapat dimudahkan jalannya mendapatkan jodoh. Her Ze selalu bilang bahwa doa itu sudah terjawab sesuai dengan duduk dan berlawanan arah jarum jam. So, remembering the place we sat, ... saya kemudian membenarkan apa yang menjadi doa dan kemudian teori Her Ze. At baru saja jadian .. disusul dengan Al .. maka kemudian harusnya adalah Her Ze, Fit dan terakhir saya ...
Hahahaha, ..saya tertawa sendiri ketika saya membaca lagi semua tulisan ini dari awal, .. jadi menjadi tidak fokus pada cerita tapi malah jadi curhat colongan dan ngobrolin ngalor-ngidul ...
Anyway, .. saya kemudian berpikir, apakah kemudiah Her Ze akan menemukan cintanya ? ketika perjuangan yang dia lakukan terus berlanjut dan dia merasa bahwa apa yang dia perjuangkan belum sampai titik darah penghabisan. Lalu bagaimana dengan Fit ? ... akankah dia menemukan juga cintanya yang hilang ? ... sedang untuk saya sendiri, I prefer to say NO COMMENT seperti kata artis pemain Jendela Rumah Kita.
Ada baiknya saya kembali bekerja dan melupakan semua itu sesaat. Satu hal yang menggembirakan adalah bahwa saya akan ketemu dengan teman-teman dari Bandung yang menurut rencana akan datang ke Jakarta.
Malam semakin larut, ... secangkir kopi dan berbatang rokok sudah dihisap .. time to go to bed dan menyambut hari esok dengan senyum, doa dan ikhtiar.
Tuesday, March 18, 2008
Tuesday, March 11, 2008
Newbie, Player dan Makhluk Tuhan
Beberapa waktu yang lalu ketika sibuk dalam rangka membantu sebuah festival film di Bandung, saat lagi asyik-asyik membereskan beberapa hal administrasi, Ri, salah seorang volunteer mengenalkan saya dengan Firel. Anak muda yang masih berusia 18 tahun, kuliah di salah satu fakultas kedokteran di salah satu universitas swasta di Bandung.
Awal mulanya perkenalan itu berjalan biasa saja, tidak ada satu tendensi apa pun. Saya hanya memperhatikan sekilas mengingat bahwa banyak sekali yang bercerita tentang dia sebagai seorang newbie dalam dunia barunya yang dia yakini akan dia jalani.
Saat itu sama sekali tidak ada pemikiran bahwa kemudian hubungan saya dengannya akan berlanjut ke tahap-tahap berikutnya.
Keesokan harinya ketika saya lagi menikmati sebatang rokok dan secangkir kopi pahit pada saat bertugas di salah satu tempat pemutaran. Firel datang dan kemudian menyapa kami-kami yang dikenalnya satu persatu. Saat itu maksud dan tujuannya datang adalah untuk menonton film yang diputar. Ketika pemutaran selesai, sambil menunggu waktu pemutaran berikutnya, dia kemudian menggabungkan diri dengan saya, Eg, At dan beberapa rekan lainnya. Saat itu kami terlibat pada satu diskusi hangat seputar tentang kehidupan dunia baru yang baru saja dijalaninya.
Diskusi ini kemudian berlanjut di cafe tempat pemutaran berlangsung. Saya, Eg dan Firel. Dia bertanya ini dan itu mengenai kehidupan dunia barunya. Pada mulanya saya berpikir apakah sedemikian naif dan polosnya seseorang ketika dia baru memasuki satu dunia yang diniati untuk dijalaninya. Sebab, bukan hal yang mudah dan bukan keputusan yang harus diambil secara emosi ketika kita memutuskan untuk melakukan ataupun menjalani sesuatu.
Pembicaraan terus berlanjut, pembahasan dari mulai tipe orang yang disukai, hubungan intim sampai dengan pembahasan-pembahasan mendasar lainnya. Hari itu entah kenapa tiba-tiba saja saya merasakan satu rasa kesepian tiba-tiba menghentak masuk dalam diri saya dan saya berusaha untuk menetralisirnya.
Anyway, back to the topic,
Beberapa hari setelah itu, festival berakhir dengan ditutup oleh closing party. Menjelang Closing Party, Firel mengirimkan sms kepada saya yang bilang bahwa dia ingin ikut acara Closing Party. Saya bilang boleh saja dan saya menganjurkan untuk ikut bergabung siapa tahu dia bisa mendapatkan apa yang dia cari. Kehadiran Firel pada acara Closing Party itu ternyata membawa banyak nuansa dramaturgi yang sama sekali di luar jangkauan prediksi saya. Awal mula yang begitu menyakitkan untuk sebagian orang tapi saya sendiri mungkin masuk dalam lingkaran dramaturgi itu.
Pesta malam itu merupakan pestanya Firel lebih tepatnya tinimbang acara penutupan Festival Film. Awal mulanya dia hanya diam saja tapi kemudian ketika banyak orang mulai menyadarinya eksistensi dia dalam pesta itu, mulailah para ahli drama .. para ratu drama bermunculan. I should be ashamed to myself anyway.
Sampai kemudian Gam, salah seorang volunteer terlihat sangat intens berbincang dan selalu berada didekatnya. Pada saat yang lain tampak juga orang-orang lain sepertinya berebut untuk bicara dan dekat dengan Firel. I should have known that this would happen dan bodohnya saya masuk dalam lingkaran dramaturgi itu.
Malam itu Closing Party berakhir dengan banyak peristiwa, .. Ad dan At, ... Gam dan Firel, .. me and myself. Saya biarkan itu semua berlalu menjadi bagian kehidupan yang saya pikir tidak usah diungkit lagi.
Beberapa hari setelah Closing Party, saya seperti biasa kumpul dengan anak-anak untuk sekedar minum kopi dan ngobrol ini dan itu. Dalam satu perbincangan entah bahan pembicaraan apa kemudian tiba-tiba semua bicara tentang Firel. Hampir semua orang mengatakan bahwa Firel adalah seorang player pada dasarnya, cukup sadar dengan apa yang dia lakukan dengan menjerat jala kemana-mana dan juga seolah memberikan lampu hijau kepada setiap orang. Agak tertegun ketika saya mendengar semua itu. Benarkah demikian adanya ?
Saya sendiri kemudian mengkaji ulang semua peristiwa, semua pembicaraan saya dengan Firel, semua apa yang sudah saya diskusikan dengannya dan semua yang sudah saya bahas dengannya beserta seluruh tanggapannya.
Orang bilang bahwa hati kecil tidak pernah berbohong, dan hati kecil saya mengatakan bahwa sesungguhnya dia bukan seorang player, dia hanya mencoba berskap manis pada setiap orang dan saya pikir hal itu wajar mengingat bahwa dia baru saja menemukan teman-teman baru dalam dunia barunya. Seperti yang Eg bilang bahwa dia seperti anak kecil yang baru masuk Dufan untuk pertama kalinya.
Pada suatu siang setelah usai bertemu dengan teman-teman masa SMA, saya kemudian mengajak Al dan Her untuk minum kopi bersama. Pada dasarnya sich ingin curhat sama Al mengenai apa yang selama ini mengganjal dalam pemikiran saya. Tiba-tiba Al bilang bahwa Gam akan gabung. Saya sebenarnya agak reluctant, bukan karena saya tidak menyukai Gam tapi lebih kepada apa yang akan saya curhatkan pada Al adalah mengenai Firel dan sepanjang pengetahuan saya bahwa Firel lagi dekat dengan Gam.
Gam datang bergabung dengan saya dan Al serta Andh. Gam banyak bertanya mengenai seputar kehidupan percintaan dan bagaimana menyikapi sebuah hubungan. Saya agak terkejut ketika Gam bercerita bahwa malam ini dia janjian dengan Firel untuk makan malam bersama. Saya pikir ada sebuah langkah maju yang dilakukan oleh Firel dengan mengajak Gam makan malam. Firel datang agak terlambat, satu jam lebih dari waktu yang dijanjikan. Sepanjang saya ngobrol dengan Gam, beberapa kali Gam mencoba menghubungi Firel namun tidak berhasil karena telpon tangan Firel sepertinya mati atau dimatikan. Agak aneh buat saya.
Firel datang, ada sedikit ketidaknyamanan yang saya lihat dari dirinya, namun karena lagi asyik ngobrol dengan Andh mengenai tugas kampusnya sambil sesekali juga mengkomentari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dari Gam, saya tidak terlalu memikirkan tindak-tanduk Firel.
Selesai ngobrol di cafe dengan mereka (Firel dan Gam kemudian memisahkan diri untuk makan malam), saya melanjutkan obrolan di rumah Jak. Saat itu pun Al sedang sibuk ber-sms-an dengan Andh. Saya sibuk dengan pikiran saya sendiri, mengkaji apa yang baru saja saya lihat di cafe tadi seputar mengenai ketidaknyamanan Firel. Saya pikir bahwa hal itu mungkin karena suasana dan satu dan lain hal sehingga Firel bersikap seperti itu. Ada keengganan untuk makan malam namun karena sudah janji mungkin tidak enak buat dirinya untuk membatalkan. Itu sekedar analisa saya saja, yang mana biasanya analisa ngasal itu suka benar. Ah hem!
Sepulangnya dari makan malam, Gam yang tinggal dengan Jak, kemudian bercerita mengenai satu hal bahwa sesungguhnya saat ini Firel lagi dekat dengan seseorang dan seseorang ini dikenal sebagai salah satu teman dari kita semua. Saya kembali agak tertegun. Menarik garis ke belakang dan mencoba mencocokkan dugaan saya dengan cerita Gam.
Sampai dengan saya pulang, saya masih berpikir namun saya pikir ada baiknya saya tidak merepotkan diri dengan pemikiran-pemikiran tidak perlu. Baru keesokan paginya ketika bangun, saya mendapatkan kabar melalui sms dari Gam bahwa Firel sudah jadian dengan seseorang. Saya berpikir cepat dengan kemudian mengkontak Firel, mengirimkan sms menanyakan apa yang menjadi kegiatan dia hari ini dan dia menjawab bahwa dia akan berduaan dengan pacarnya. Rasa penasaran akan benarnya analisa saya kemudian membuat saya mengirimkan sms kepada seseorang menanyakan kabarnya dan mengenai kehidupan percintaannya apakah dia sudah punya pacar lagi atau belum dan orang ini menjawab bahwa dia baru saja jadian dan tampak terkejut dengan pertanyaan saya. Confirm sudah bahwa Firel sudah jadian dengan Adr. Saya kemudian mengirimkan satu sms yang cukup panjang pada Firel, mengucapkan selamat dan kemudian meminta dia untuk berhenti memberikan lampu hijau kepada orang-orang yang sedang mendekati dirinya.
Gam mengirimkan sms kepada saya menanyakan apakah saya tahu orangnya atau tidak, saya katakan padanya bahwa saya sedang menelusuri dan sekiranya benar maka sesungguhnya Gam sudah tahu siapa orangnya. Gam kemudian mengirimkan sms lagi kepada saya mengatakan bahwa Firel bilang bahwa saya sudah tahu orangnya. Bebelit yaa bhooo ... susaaaaaahhh .. damn complicated dan berputar-putar. Saya bilang pada Gam bahwa Adr adalah orangnya.
Hari itu kemudian saya pergi makan siang dengan Firel dan Adr. Bicara banyak hal dan dari situ saya tahu banyak bahwa selama ini yang dianggap oleh orang-orang mengenai diri Firel yang seolah-olah memberikan lampu hijau kepada setiap orang adalah salah. Well, saya tahu itu pasti tapi saya juga tidak bisa menyalahkan orang-orang yang menganggap Firel adalah seorang player sejati. Jauh dari anggapan bahwa dia adalah seseorang yang polos, newbie dan tidak tahu apa-apa, saya percaya bahwa Firel tahu apa yang harus dilakukan dan mungkin cara penyampaiannya yang salah.
Beberapa teman dekat saya sedemikian hebatnya men-judge seorang Firel, saya hanya bisa mengatakan kepada mereka bahwa mereka bukan Tuhan-Tuhan kecil yang dapat menilai orang hanya dari kadar luarnya saja. Seperti layaknya filsafat buah jeruk, kita selalu terpaku bahwa kalau kulit jeruk itu hijau sudah pasti buahnya asam, belum tentu!. Cobalah kupas dan rasakan buah jeruk itu apakah betul asam atau tidak ? seperti layaknya buah jeruk, cobalah kenali Firel lebih dalam, baru setelah itu dapat mengkomentari semua yang berkaitan dengannya. Jangan hanya mengandalkan teori pembenaran saja.
Buat saya beradaptasi dan menyelami Firel adalah merupakan satu bab tersendiri dalam kehidupan saya. Saya tidak memungkiri bahwa dia adalah seorang newbie tapi juga kita tidak boleh lupa bahwa dia adalah makhluk Tuhan yang tentunya jauh dari sempurna, mengutip kata orang bahwa kesempurnaan itu adalah milik Tuhan semata.
Sekarang buat saya terserah orang untuk menilai Firel seperti apa. Kebencian mereka atas tingkah laku Firel pun tidak bisa saya salahkan, again .. seseorang berkata bahwa dia tidak membenci orangnya tapi membenci tingkah lakunya. Urusan tingkah laku adalah tinggal bagaimana kita menyikapinya. Saya bukan orang bijak tapi saya berusaha agar masing-masing tahu porsi dan posisinya. Seandainya hal ini terjadi pada mereka, lalu apa yang akan mereka lakukan ? terkadang sebagai manusia kita luput untuk berempati, menempatkan diri kita pada posisi orang.
Eh .. ini hanya sekedar tulisan ... dan saya tulis panjang lebar karena belakangan ini tiba-tiba saja saya merasa terganggu dengan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang terus-terusan mendapat konotasi buruk. Sedemikian buruknyakah sehingga untuk mendapatkan sedikit kredit baik pun tidak bisa ?
Semoga saja Firel dan Adr bisa bersama menghadapi semua ini dengan kepala dingin dan menjadikan hal ini pelajaran hidup. I know they are young but it doesn’t mean that they can’t learn.
Satu cerita selesai.
Awal mulanya perkenalan itu berjalan biasa saja, tidak ada satu tendensi apa pun. Saya hanya memperhatikan sekilas mengingat bahwa banyak sekali yang bercerita tentang dia sebagai seorang newbie dalam dunia barunya yang dia yakini akan dia jalani.
Saat itu sama sekali tidak ada pemikiran bahwa kemudian hubungan saya dengannya akan berlanjut ke tahap-tahap berikutnya.
Keesokan harinya ketika saya lagi menikmati sebatang rokok dan secangkir kopi pahit pada saat bertugas di salah satu tempat pemutaran. Firel datang dan kemudian menyapa kami-kami yang dikenalnya satu persatu. Saat itu maksud dan tujuannya datang adalah untuk menonton film yang diputar. Ketika pemutaran selesai, sambil menunggu waktu pemutaran berikutnya, dia kemudian menggabungkan diri dengan saya, Eg, At dan beberapa rekan lainnya. Saat itu kami terlibat pada satu diskusi hangat seputar tentang kehidupan dunia baru yang baru saja dijalaninya.
Diskusi ini kemudian berlanjut di cafe tempat pemutaran berlangsung. Saya, Eg dan Firel. Dia bertanya ini dan itu mengenai kehidupan dunia barunya. Pada mulanya saya berpikir apakah sedemikian naif dan polosnya seseorang ketika dia baru memasuki satu dunia yang diniati untuk dijalaninya. Sebab, bukan hal yang mudah dan bukan keputusan yang harus diambil secara emosi ketika kita memutuskan untuk melakukan ataupun menjalani sesuatu.
Pembicaraan terus berlanjut, pembahasan dari mulai tipe orang yang disukai, hubungan intim sampai dengan pembahasan-pembahasan mendasar lainnya. Hari itu entah kenapa tiba-tiba saja saya merasakan satu rasa kesepian tiba-tiba menghentak masuk dalam diri saya dan saya berusaha untuk menetralisirnya.
Anyway, back to the topic,
Beberapa hari setelah itu, festival berakhir dengan ditutup oleh closing party. Menjelang Closing Party, Firel mengirimkan sms kepada saya yang bilang bahwa dia ingin ikut acara Closing Party. Saya bilang boleh saja dan saya menganjurkan untuk ikut bergabung siapa tahu dia bisa mendapatkan apa yang dia cari. Kehadiran Firel pada acara Closing Party itu ternyata membawa banyak nuansa dramaturgi yang sama sekali di luar jangkauan prediksi saya. Awal mula yang begitu menyakitkan untuk sebagian orang tapi saya sendiri mungkin masuk dalam lingkaran dramaturgi itu.
Pesta malam itu merupakan pestanya Firel lebih tepatnya tinimbang acara penutupan Festival Film. Awal mulanya dia hanya diam saja tapi kemudian ketika banyak orang mulai menyadarinya eksistensi dia dalam pesta itu, mulailah para ahli drama .. para ratu drama bermunculan. I should be ashamed to myself anyway.
Sampai kemudian Gam, salah seorang volunteer terlihat sangat intens berbincang dan selalu berada didekatnya. Pada saat yang lain tampak juga orang-orang lain sepertinya berebut untuk bicara dan dekat dengan Firel. I should have known that this would happen dan bodohnya saya masuk dalam lingkaran dramaturgi itu.
Malam itu Closing Party berakhir dengan banyak peristiwa, .. Ad dan At, ... Gam dan Firel, .. me and myself. Saya biarkan itu semua berlalu menjadi bagian kehidupan yang saya pikir tidak usah diungkit lagi.
Beberapa hari setelah Closing Party, saya seperti biasa kumpul dengan anak-anak untuk sekedar minum kopi dan ngobrol ini dan itu. Dalam satu perbincangan entah bahan pembicaraan apa kemudian tiba-tiba semua bicara tentang Firel. Hampir semua orang mengatakan bahwa Firel adalah seorang player pada dasarnya, cukup sadar dengan apa yang dia lakukan dengan menjerat jala kemana-mana dan juga seolah memberikan lampu hijau kepada setiap orang. Agak tertegun ketika saya mendengar semua itu. Benarkah demikian adanya ?
Saya sendiri kemudian mengkaji ulang semua peristiwa, semua pembicaraan saya dengan Firel, semua apa yang sudah saya diskusikan dengannya dan semua yang sudah saya bahas dengannya beserta seluruh tanggapannya.
Orang bilang bahwa hati kecil tidak pernah berbohong, dan hati kecil saya mengatakan bahwa sesungguhnya dia bukan seorang player, dia hanya mencoba berskap manis pada setiap orang dan saya pikir hal itu wajar mengingat bahwa dia baru saja menemukan teman-teman baru dalam dunia barunya. Seperti yang Eg bilang bahwa dia seperti anak kecil yang baru masuk Dufan untuk pertama kalinya.
Pada suatu siang setelah usai bertemu dengan teman-teman masa SMA, saya kemudian mengajak Al dan Her untuk minum kopi bersama. Pada dasarnya sich ingin curhat sama Al mengenai apa yang selama ini mengganjal dalam pemikiran saya. Tiba-tiba Al bilang bahwa Gam akan gabung. Saya sebenarnya agak reluctant, bukan karena saya tidak menyukai Gam tapi lebih kepada apa yang akan saya curhatkan pada Al adalah mengenai Firel dan sepanjang pengetahuan saya bahwa Firel lagi dekat dengan Gam.
Gam datang bergabung dengan saya dan Al serta Andh. Gam banyak bertanya mengenai seputar kehidupan percintaan dan bagaimana menyikapi sebuah hubungan. Saya agak terkejut ketika Gam bercerita bahwa malam ini dia janjian dengan Firel untuk makan malam bersama. Saya pikir ada sebuah langkah maju yang dilakukan oleh Firel dengan mengajak Gam makan malam. Firel datang agak terlambat, satu jam lebih dari waktu yang dijanjikan. Sepanjang saya ngobrol dengan Gam, beberapa kali Gam mencoba menghubungi Firel namun tidak berhasil karena telpon tangan Firel sepertinya mati atau dimatikan. Agak aneh buat saya.
Firel datang, ada sedikit ketidaknyamanan yang saya lihat dari dirinya, namun karena lagi asyik ngobrol dengan Andh mengenai tugas kampusnya sambil sesekali juga mengkomentari pertanyaan-pertanyaan atau pernyataan-pernyataan dari Gam, saya tidak terlalu memikirkan tindak-tanduk Firel.
Selesai ngobrol di cafe dengan mereka (Firel dan Gam kemudian memisahkan diri untuk makan malam), saya melanjutkan obrolan di rumah Jak. Saat itu pun Al sedang sibuk ber-sms-an dengan Andh. Saya sibuk dengan pikiran saya sendiri, mengkaji apa yang baru saja saya lihat di cafe tadi seputar mengenai ketidaknyamanan Firel. Saya pikir bahwa hal itu mungkin karena suasana dan satu dan lain hal sehingga Firel bersikap seperti itu. Ada keengganan untuk makan malam namun karena sudah janji mungkin tidak enak buat dirinya untuk membatalkan. Itu sekedar analisa saya saja, yang mana biasanya analisa ngasal itu suka benar. Ah hem!
Sepulangnya dari makan malam, Gam yang tinggal dengan Jak, kemudian bercerita mengenai satu hal bahwa sesungguhnya saat ini Firel lagi dekat dengan seseorang dan seseorang ini dikenal sebagai salah satu teman dari kita semua. Saya kembali agak tertegun. Menarik garis ke belakang dan mencoba mencocokkan dugaan saya dengan cerita Gam.
Sampai dengan saya pulang, saya masih berpikir namun saya pikir ada baiknya saya tidak merepotkan diri dengan pemikiran-pemikiran tidak perlu. Baru keesokan paginya ketika bangun, saya mendapatkan kabar melalui sms dari Gam bahwa Firel sudah jadian dengan seseorang. Saya berpikir cepat dengan kemudian mengkontak Firel, mengirimkan sms menanyakan apa yang menjadi kegiatan dia hari ini dan dia menjawab bahwa dia akan berduaan dengan pacarnya. Rasa penasaran akan benarnya analisa saya kemudian membuat saya mengirimkan sms kepada seseorang menanyakan kabarnya dan mengenai kehidupan percintaannya apakah dia sudah punya pacar lagi atau belum dan orang ini menjawab bahwa dia baru saja jadian dan tampak terkejut dengan pertanyaan saya. Confirm sudah bahwa Firel sudah jadian dengan Adr. Saya kemudian mengirimkan satu sms yang cukup panjang pada Firel, mengucapkan selamat dan kemudian meminta dia untuk berhenti memberikan lampu hijau kepada orang-orang yang sedang mendekati dirinya.
Gam mengirimkan sms kepada saya menanyakan apakah saya tahu orangnya atau tidak, saya katakan padanya bahwa saya sedang menelusuri dan sekiranya benar maka sesungguhnya Gam sudah tahu siapa orangnya. Gam kemudian mengirimkan sms lagi kepada saya mengatakan bahwa Firel bilang bahwa saya sudah tahu orangnya. Bebelit yaa bhooo ... susaaaaaahhh .. damn complicated dan berputar-putar. Saya bilang pada Gam bahwa Adr adalah orangnya.
Hari itu kemudian saya pergi makan siang dengan Firel dan Adr. Bicara banyak hal dan dari situ saya tahu banyak bahwa selama ini yang dianggap oleh orang-orang mengenai diri Firel yang seolah-olah memberikan lampu hijau kepada setiap orang adalah salah. Well, saya tahu itu pasti tapi saya juga tidak bisa menyalahkan orang-orang yang menganggap Firel adalah seorang player sejati. Jauh dari anggapan bahwa dia adalah seseorang yang polos, newbie dan tidak tahu apa-apa, saya percaya bahwa Firel tahu apa yang harus dilakukan dan mungkin cara penyampaiannya yang salah.
Beberapa teman dekat saya sedemikian hebatnya men-judge seorang Firel, saya hanya bisa mengatakan kepada mereka bahwa mereka bukan Tuhan-Tuhan kecil yang dapat menilai orang hanya dari kadar luarnya saja. Seperti layaknya filsafat buah jeruk, kita selalu terpaku bahwa kalau kulit jeruk itu hijau sudah pasti buahnya asam, belum tentu!. Cobalah kupas dan rasakan buah jeruk itu apakah betul asam atau tidak ? seperti layaknya buah jeruk, cobalah kenali Firel lebih dalam, baru setelah itu dapat mengkomentari semua yang berkaitan dengannya. Jangan hanya mengandalkan teori pembenaran saja.
Buat saya beradaptasi dan menyelami Firel adalah merupakan satu bab tersendiri dalam kehidupan saya. Saya tidak memungkiri bahwa dia adalah seorang newbie tapi juga kita tidak boleh lupa bahwa dia adalah makhluk Tuhan yang tentunya jauh dari sempurna, mengutip kata orang bahwa kesempurnaan itu adalah milik Tuhan semata.
Sekarang buat saya terserah orang untuk menilai Firel seperti apa. Kebencian mereka atas tingkah laku Firel pun tidak bisa saya salahkan, again .. seseorang berkata bahwa dia tidak membenci orangnya tapi membenci tingkah lakunya. Urusan tingkah laku adalah tinggal bagaimana kita menyikapinya. Saya bukan orang bijak tapi saya berusaha agar masing-masing tahu porsi dan posisinya. Seandainya hal ini terjadi pada mereka, lalu apa yang akan mereka lakukan ? terkadang sebagai manusia kita luput untuk berempati, menempatkan diri kita pada posisi orang.
Eh .. ini hanya sekedar tulisan ... dan saya tulis panjang lebar karena belakangan ini tiba-tiba saja saya merasa terganggu dengan hal-hal yang berkaitan dengan dirinya yang terus-terusan mendapat konotasi buruk. Sedemikian buruknyakah sehingga untuk mendapatkan sedikit kredit baik pun tidak bisa ?
Semoga saja Firel dan Adr bisa bersama menghadapi semua ini dengan kepala dingin dan menjadikan hal ini pelajaran hidup. I know they are young but it doesn’t mean that they can’t learn.
Satu cerita selesai.
Subscribe to:
Posts (Atom)