Perbincangan mengenai masalah percintaan tidak akan pernah
habis dibahas. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, putus-sambung,
perselingkuhan, adalah pembahasan yang selalu sedikit banyaknya mencakup di
dunia percintaan.
Beberapa hari lalu saya bertemu dengan salah seorang teman
baik saya, teman yang sudah saya anggap adik sendiri malah walaupun mungkin
dulu pernah ada cerita antara kita dan tidak berlanjut karena satu pihak tidak
merespons atas feeling yang sama J
, ini bukan curcol tapi cerita sebenarnya.
Pembicaraan umum terjadi ketika saya bertemu dengannya,
maklumlah sudah hampir dua atau tiga tahun tidak bertemu dan itu pun dengan
kecanggihan teknologi kami masih suka berkomunikasi via social media ataupun
alat komunikasi lainnya seperti bbm atau sms. Tapi tentunya rasanya sangat
berbeda ketika kita bertemu langsung dan bicara berhadapan, ada fenomena
tersendiri.
Tadinya pembicaraan seperti layaknya orang yang sudah lama
tidak bertemu berkisar tentang seputaran kehidupan masing-masing dibumbui dengan
candaan tentang masa lalu. Lama-lama pembicaraan itu berkisar tentang seputaran
dunia cinta.
Sebagai anak muda yang mulai menanjak karirnya dan juga
mulai banyak kegiatannya, teman baik saya ini masih punya waktu untuk
memikirkan dunia cinta. Dunia yang memang terkadang didamba atau malah dibenci
oleh sebagian orang. Dia punya cerita panjang tentang hubungannya dengan
seseorang yang notabene saya pun mengenalnya. Putus nyambung adalah bagian dari
cerita cintanya dan kedalaman akan makna sayang dan cinta menjadi hal utama
dari dirinya yang akhirnya membuat dia tidak bisa terus melanjut atau dalam
bahasa pergaulan sering disebut move on.
Apa yang menjadi hal yang membuat dia tidak bisa melanjut ?
Adanya harapan bahwa semuanya akan kembali seperti dulu, saat baru jadian, saat
semua hal indah tercipta, berbagi dalam suka dan duka, Intensitas pertemuan
yang terjadi hampir setiap hari. Percakapan yang terkadang perlu atau tidak
perlu. Banyak hal yang membuatnya kemudian merasa masih ada setitik asa untuk
bisa kembali bersamanya.
Hidup terlalu indah untuk hanya berhenti pada satu titik.
Binar ceria pada mata yang tersenyum acap kali bercerita atau mendengar
seseorang menyebut namanya adalah hanya sebagian kecil dari hal besar akan rasa
yang masih dimiliki olehnya.
Belum lagi hal-hal kecil yang mungkin menurut kita adalah
hal-hal biasa, perhatian-perhatian umum tapi menurutnya adalah sesuatu yang
bisa mengembalikan apa yang pernah hilang.
Ada rasa miris mendengar itu semua, miris karena
sesungguhnya teman baik saya ini bisa melanjut melangkah dan menyongsong sebuah
cinta baru dengan orang baru dan suasana baru. Tapi untuk sementara dia menolak
itu dan hanya terus berharap pada satu titik yang dia sendiri sebenarnya tahu
bahwa itu tak lagi mungkin dilanjutkan.
Selain rasa miris, saya merasa bahwa ini sepenggal cerita
yang bisa membuatnya semangat. Kenapa semangat? Karena setiap kali dia
bercerita, dia menjadi orang yang berbeda, menjadi dia yang saya kenal dulu
waktu pertama kali saya bertemu.
Hidup memang pilihan dan sebagai individu yang menjalaninya,
kita memang punya hak untuk memilih langkah yang kita jalani.
Saya tidak mengatakan bahwa apa yang dilakukannya salah.
Sebagai teman baik, saya hanya memberikan pandangan dan pendapat menurut saya
karena saya ingin dia mendapatkan yang terbaik dalam kehidupannya, tapi itu
juga menjadi hak prerogatif dia untuk menerima pandangan dan pendapat saya.
Bahwa kemudian saya mengatakannya padanya langkah yang dia
ambil hanyalah menghambat kesempatan yang datang kepadanya dan mungkin lebih
baik serta menghalanginya untuk bisa maju dalam kehidupan percintaannya, itu
dia dengar tapi belum tentu juga dia mau menerima sepenuh hatinya dan
menjalankannya. Lagi-lagi ini soal hidup adalah sebatas pilihan.
Saya percaya tidak hanya dia saja yang pernah mengalami hal
seperti ini, sewajarnya banyak orang yang begitu sayang, begitu cinta dan
begitu berkesan saat dia berpacaran sampai kemudian akhirnya ketika hubungan
itu harus berakhir, seolah dunia menjadi hancur dan tak lagi ada semangat untuk
mencari kehidupan baru. Terdengar klise dan berlebihan memang tapi demikianlah
yang terjadi.
Pada akhirnya saya bisa menyimpulkan bahwa rasa sayang itu
terkadang melebihi rasa cinta sehingga biasanya long lasting. Seburuk apa pun
perilaku mantan pasangan terkadang kita masih memiliki sedikit rasa sayang
padanya.
Di akhir obrolan saya bertanya pada teman baik saya itu apa
yang sesungguhnya dia rasakan. Rasa sayang atau rasa cinta atau rasa keduanya
atau rasa lain?
Teman baik saya itu hanya tersenyum dan berpamitan.