Sunday, January 30, 2011

PENGGEMAR - Sebuah Cerita Cinta Dalam Kata

Beberapa hari belakangan ini atau lebih tepatnya beberapa minggu kebelakang, pembicaraan seputar soal cinta tampak mendominasi setiap topik acap kali saya bercengkrama bersama teman-teman, baik itu dalam obrolan di ranah media sosial atau bertatap muka secara langsung.



Galau adalah kata yang tepat saat ini. Cuaca ibukota yang kerap kali hujan dan tidak menentu seolah menadi suatu dukungan atas apa yang dirasa oleh hati yang berkaitan dengan emosi, keijiwaan dan pemikiran akan cinta.



Saya baru menyadari malam ini ketika ada beberapa hal yang mengusik pemikiran saya dan semua berkaitan dengan urusan hati, secara personal maupun juga berkaitan dengan teman-teman saya yang entah kenapa banyak sekali membagi pengalamannya secara tidak langsung dan kemudian mendiskusikannya secara terbuka dan santai tanpa ada pretensi apa pun.



Dua minggu lalu ketika saya mengudara di salah satu radio di ibukota dengan beberapa teman baik saya, entah kenapa malam itu kami sepakat untuk mengambil topik yang berkaitan dengan kata penggemar. Sebuah pertanyaan sederhana muncul saat itu, "jika anda dating dengan seseorang dan ternyata anda menyadari bahwa dating anda tersebut adalah tipikal orang yang hobi mengumpulkan penggemar, bagaimana anda menyikapinya?"



Seorang teman baik ketika ditanya menjawab bahwa dia memutuskan untuk mundur seandainya dia mengetahui bahwa dating-nya adalah tipikal orang yang hobi mengumpulkan penggemar. Buat apa diteruskan karena bagaimana pun kita tetap akan menjadi "second layer" atau "third layer" karena kita tidak akan pernah menjadi prioritas.



Yang lain bilang bahwa tergantung pada yang menjadi pertimbangan. Atas nama cinta dan konsekuensi yang jelas-jelas sudah dimengerti bahwa dating dengan tipikal orang yang hobi mengumpulkan penggemar adalah pilihan sehingga tentunya rasa kesal, cemburu dan sakit hati atau apa pun itu yang tidak menyenangkan sudah menjadi bagian yang tidak bisa diganggu gugat tapi juga tidak bisa dipertanyakan secara lebih jauh. Batasan ada tapi sangat tidak adil dan tentunya tidak jelas.



Topik menjadi semakin menarik ketika seorang perempuan yang bernama Maya kemudian menelpon dan ketika ditanya bagaimana rasanya jika orang yang dia lagi dating ternyata mempunyai hobi mengumpulkan penggemar. Dan ternyata Maya ini adalah tipikal orang yang hobi mengumpulkan penggemar. Dia bilang tidak ada yang salah dengan itu, dia bilang bahwa dia mengumpulkan penggemar itu karena dia ingin mengambil hasil positif dari semua penggemarnya. Positif disini adalah pintar, berpengetahuan luas, punya wawasan yang cukup, tidak lemot, tidak memalukan, bisa diajak bicara apa saja.



Dari hasil diskusi dan bincang-bincang pada malam itu tampaknya terlihat bahwa ketika kita dating dengan orang seperti itu, kita harus bisa melihat dari dua sisi. Sisi orang tesebut dan sisi kita. Kita harus bisa memilah dan kemudian mengkaji dan berusaha mengerti apakah ini semua bisa berjalan sesuai harapan. Percayalah! bukan hal yang mudah untuk dilakukan tapi juga tidak ada ruginya untuk dicoba. Pilihan ada di anda.



Ketika siaran usai dan saya masih terus memikirkan hal ini. Kadang saya berpikir apakah saya yang terlalu naif atau mungkin juga hati yang tidak bisa membohongi bahwa rasa itu ada?



Taruhlah begini,

Saya dating dengan seseorang yang ternyata punya hobi untuk mengumpulkan banyak penggemar. Seperti disebut diatas, atas nama cinta dan rasa, saya untuk waktu tertentu memilih tentunya menjalani hal tersebut dengan kesadaran akan konsekuensi yang pastinya saya rasa. Tapi seberapa lama hal itu akan bertahan?



Menyadari banyak hal kemudian saya akhirnya memutuskan untuk berhenti. Orang yang hobi mengumpulkan penggemar adalah orang yang memegang kendali tentunya, dia yang akan mengkontrol semuanya, alur cerita, jalannya permainan bahkan mungkin akhir dari cerita tersebut. Sebelum berakhir dengan getir dan pahit, saya pikir saya masih punya kesadaran penuh untuk berhenti.



Rasa sakit, kecewa, pahit dan getir pasti ada. Bohong seandainya dikatakan tidak ada. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya dan berekonsiliasi dengan diri kita sendiri sebelum akhirnya melangkah lagi tanpa harus menoleh ke belakang.



Ah, jelang subuh selalu membuat saya meracau banyak hal tak penting, cukup sudah curahan hati colongan kali ini. Masih ada beberapa cerita lain, pastinya akan saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Bagaimana pun mengeluarkan apa yang menjadi beban akan membuat hidup lebih ringan dan bisa melihat situasi menjadi lebih baik.



Peraduan hangat tampak sudah memanggil. Gemericik suara hujan di subuh ini seolah membuai diri terkantuk.



Selamat tidur!