Thursday, December 29, 2011

29.12.11 - Sebuah Catatan Kecil


Dalam satu perbincangan santai beberapa waktu lalu dengan beberapa teman baik di salah satu tempat ngopi di bilangan Jakarta Pusat, berbagai topic ramai dibicarakan mulai dari masalah baju, sepatu, alis palsu, bulu mata lapis tiga sampai dengan hal remeh yang terkadang ngga kepikiran bahwa itu bisa berefek besar. Salah satu yang menarik dalam pembicaraan itu ketika tiba-tiba saja terkuak satu pokok pembicaraan mengenai perselingkuhan dan pertemanan.

Hal yang memang ngga pernah bakalan habis untuk diuraikan, dibahas, didiskusikan, diperdebatkan, disanjung, dipuja, dihujat dan di-di lainnya.

Menurut kabar entah darimana asalnya bahwa 90 % perselingkuhan itu terjadi karena adanya curhat dari satu pihak dan kemudian diakomodir oleh pihak lain. Tentunya ini tidak termasuk curhat dalam konteks sahabat yaa.

Beberapa waktu yang lalu pula gue pernah posting mengenai sebuah hubungan percintaan yang terjadi karena hubungan persahabatan awal mulanya. Istilah kerennya sih “from brothers to lovers.”

Catatan kecil kali ini adalah cerita tentang perkembangan yang terjadi pada mereka dan perkembangannya ini benar-benar tidak menyangka akan seperti ini.

Gaya pacaran mereka yang menurut gue adalah salah satu bentuk atau role model terbaik yang pernah gue lihat dan saksikan ternyata jauh di dalamnya memendam bom waktu dan bom waktu itu ternyata meledak pada saat yang tidak tepat.

Kompromi ataupun pengertian yang terjadi diantara kedua pihak ternyata tidak selamanya bisa berjalan dengan baik. Satu pihak pada satu titik menuntut untuk mendapat perhatian lebih atau perlakuan diluar standar kebiasaan.

Sementara pihak yang lain mengikuti dan menyanggupinya namun sesungguhnya jauh didalam lubuk hatinya ada rasa kesal dan tidak puas.

Lalu pada suatu hari meledaklah itu semua.

Bentuk ledakannya bukan ledakan luar biasa yang membombardir kemana-mana tetapi lebih kepada sebuah pernyataan sikap yang dilakukan dan itu tidak tanggung-tanggung. Kenapa tidak tanggung-tanggung karena satu pihak jadian dengan pihak lain padahal masih memiliki status sebuah hubungan:

Perselingkuhan!

Ketika kemudian gue  mendapatkan satu kesempatan untuk ngobrol dengan salah satu pihak terungkaplah kekesalan hatinya. Terungkaplah apa yang kemudian menjadi bahan pertimbangannya untuk selingkuh.

Lalu apakah itu sebuah tindakan yang memang perlu dilakukan?

Di satu sisi itu mungkin, di sisi lain hal itu tentunya menjadi seperti sebuah ajang balas dendam atas perlakuan yang mungkin dianggapnya tidak adil.

Sebuah hubungan memang begitu rentan jika sudah masuk dalam sebuah ranah dominan atas perlakuan dan sikap.

Terkadang kita menjadi berpikir bahwa perlunya sebuah pendekatan yang bisa dikatakan mendalam perlu dilakukan sebelum akhirnya kita masuk dalam sebuah langkah untuk bersama.

Friday, December 23, 2011

05.11.11 - Sebuah Catatan Kecil

Letak dasar sebuah pertanyaan adalah karena tidak mengerti, tidak tahu atau kurang jelas akan sesuatu hal. Kebanyakan dari kita tidak mau bertanya karena malu, takut dianggap bodoh, menganggap remeh orang yang bertanya.

Ketika teman-teman minum ngopi berkumpul, gw beneran marah dan sedih ketika salah seorang teman yang usianya masih sangat muda bertanya ke teman-teman yang ada.

Sebuah pertanyaan sederhana yang dia tanyakan dan dia menanyakan arti sebuah kata dalama bahasa Inggris, "Underestimate."

Sayangnya, instead of answering the questions, teman-temannya malah mentertawakan dan mengejeknya. Terkadang kita lupa bahwa sering kali kita tidak tahu apa-apa dan kita perlu bertanya, jika kemudian kita bertanya dan jawabannya seperti itu, lalu apa rasanya?

Salah seorang teman kemudian memberikan komentar ketika gw ngomel sama mereka-mereka ini, "tapi dia terlalu sering bertanya dan pertanyaannya terkadang banyakan ngga penting."

Darimana definisi tidak penting?

Tidak ada pertanyaan bodoh dan tidak ada pertanyaan tidak penting. Terkadang kita menjadi lupa bahwa banyak hal-hal mendasar yang kita ketahui secara tidak langsung dari pertanyaan-pertanyaan sederhana yang datang secara tiba-tiba.

Jangan pernah meremehkan kekuatan dari sebuah pertanyaan walaupun hanya sebuah pertanyaan yang kita pikir adalah sepele.

Apa pertanyaan yang terakhir kali anda tanyakan?

Thursday, December 22, 2011

04.11.11 - Sebuah Catatan Kecil

Beberapa waktu lalu ketika lagi iseng ngopi dengan beberapa teman baik, gw tiba-tiba aja kepikiran buat nanya seorang teman yang kebetulan lagi ikutan ngopi-ngopi bersama pacarnya.

Awalnya sih pertanyaan iseng. Pertanyaan klasik kayak ketemunya dimana, pendekatan berapa lama dan udah jadian berapa lama juga. Semua itu dijawab dengan baik, lancar dan terbuka oleh mereka berdua. Yang kemudian menjadi menarik adalah kalimat yang diucapkan kemudian, "Tadinya sih cuma nganggap adek aja, curhat-curhatan, cerita-cerita, lama-lama rasanya jadi berubah. Akhirnya kita dekat selama dua bulan terus jadian."

Hampir semua pasti pernah mengalami ketika dekat dengan seseorang atau katakanlah mengadakan pendekatan. Setelah dekat, setelah sedikit banyaknya saling tau, tiba-tiba ketika salah satu pihak menyatakan perasaannya, pihak lain menanggapinya berbeda. Dan biasanya penolakan secara halusnya adalah sebuah kalimat yang sangat terkenal dimana pun kita berada, "Gw juga ngerasa dekat, bisa share, bisa ngobrolin ini itu danlainnya tanpa harus jaim. Tapi sayang yang gw punya sebatas sayang sebagai saudara, nggak lebih."

Biasanya sehabis itu maka selesai sudah hubungan "dekat" kedua orang tersebut dan menyisakan sebuah pertemanan yang terkadang berakhir dengan perpisahan.

Kasus yang terjadi pada teman baik gw ini justru sebaliknya dan hal itu sangat jarang sekali. Kalo gw liat dampaknya adalah mereka berdua menjadi sangat terbuka, sangat transparan dalam hal komunikasi dan hal-hal yang berurusan dengan hati.

Sampai saat ini gw masih ngga percaya tapi itu kenyataan dan gw masih mengagumi sangat cara berpikir mereka. Hubungan mutual yang benar-benar simbiosis mutualisme dan tidak memandang sebuah hubungan pacaran berdasarkan materi, kemanjaan, selfish, kepentingan diri sendiri diutamakan, tetapi semua dipandang dengan sudut pandang yang sama dan jika ada ketidakcocokan / ketidaksesuaian kemudian dibicarakan secara terbuka oleh mereka berdua.

Sebuah hubungan yang terbuka dan memiliki kemampuan berkomunikasi dengan baik adalah sebuah hubungan yang sempurna dan sehat kalau menurut gw.

Agaknya mereka adalah role model yang cukup baik.

Lalu kapan terakhir kali kita punya sebuah hubungan sehat, terbuka dan apa adanya?

Friday, November 04, 2011

03.11.11 - Sebuah Catatan Kecil

"... aku ingin engkau selalu hadir dan temani aku ..."

Sore ini hujan, ditemani kopi dan sebatang coklat pemberian adek tersayang, tiba-tiba terdengar lirih lantunan lagu ini. Sebuah atau satu untaian kata-kata yang membentuk satu kalimat klise kesannya.

Entah karena suasana hati, perasaan gundah dan entah apa namanya menyeruak muncul di hati. Terkadang kita lupa untuk mengingat kapan terakhir kita mengucapkan terima kasih pada orang-orang terdekat yang sudah selalu ada menemani dalam perjalanan hidup kita baik saat kita berada di puncak kesenangan dan terutama pada saat berada di roda paling bawah.

Lirik tadi buat gue bukan hanya buat masalah percintaan semata, tapi bentuk persahabatan pun tercermin.

Gue mungkin orang yang paling jarang ngomong terima kasih sama sahabat-sahabat gue, so gue pikir sekarang ini adalah moment yang tepat buat gue ngomong terima kasih itu.

Lalu kapan kita terakhir menangis bersama untuk sebuah kesenangan atau duka nestapa?

02.11.11 - Sebuah Catatan Kecil

Sebuah topik yang selalu menarik atau pun terkadang untuk dihindari adalah masalah percintaan. Topik yang tidak akan pernah selesai untuk dibahas.

Belakangan ini kembali gue melihat banyak hal seputaran masalah percintaan, mulai dari yang baru pendekatan, yang masih malu-malu, yang sudah jadi tapi ngga mau kehilangan fans, CLBK, yang sudah bertahun-tahun pacaran dan masih tetap hangat dan mesra dan banyak lainnya.

Yang paling menarik adalah ketika melihat proses sebuah pendekatan. Ketika cinta sudah bicara, adalah benar adanya bahwa semua terasa indah, tak lagi ada kata lelah, tak lagi ada rasa sedih, wajah seolah tersenyum terus :).

Masa-masa manis itu selalu menjadi cerita indah buat diingat. Menjadi sebuah memento yang terkadang ingin dilupakan juga.

Lalu kapan terakhir kita jatuh cinta?

01.11.11 - Sebuah Catatan Kecil

Terkadang kita tidak menyadari bahwa sesuatu yang kecil, entah itu berupa barang, kata-kata sederhana, perlakuan, bisa membuat sebuah perubahan besar. Berbanding terbalik dengan sesuatu yang besar tapi malah tidak ber-efek apa pun.

Ketika lagi kumpul dengan beberapa teman, gue menyadari bahwa perhatian dan tingkah laku mereka ke kita adalah sebuah efek berantai dari hukum sebab akibat.

Teringat akan sebuah film yang bercerita tentang efek sebuah pelukan, somehow film itu mengajarkan dan menginspirasikan bahwa jika kita berbuat sesuatu tanpa pamrih dan tanpa pilih-pilih, hal ini akan membawa sebuah aura positif dan menular pada sekitarnya.

Lalu kenapa kita melakukan itu? :)

Monday, October 10, 2011

Campur Aduk 101011 - Sebuah Catatan Harian

Obrolan tentang percintaan pasti selalu menyenangkan, mau itu sedang dalam keadaan menyenangkan ataupun keadaan yang menyedihkan. Berapa banyak dari kita yang pernah jatuh cinta pada orang yang salah? Boleh dikata hampir semua.

Tergelitik buat ngomongin soal percintaan ini, gw ingin cerita tentang satu hal yang mungkin ini berulang dan berulang. Well, terkadang manusia yang paling pintar pun selalu menjadi bodoh jika sudah berhubungan dengan urusan hati. Hahahaha. Ada nada getir dan sarkasme mungkin tapi memang demikian adanya, bukan?

Hal yang paling spektakuler adalah mungkin jatuh cinta pada seorang pemijat (bahasa kerennya masseur). Iya, jatuh cinta pada pemijat. Secara jujur bukan karena pelayanan plus plus-nya yang membuat gw jatuh cinta. Eh tadi gw belum bilang yaa kalo yang jatuh cinta itu gw? hahaha.

Pada satu hari diajaklah si gw ini berkunjung ke salah satu tempat pijat oleh seorang teman baik. Well, dia mau merayakan kegalauan hatinya yang dirundung duka nestapa karena tak kunjung punya pacar, lalu diajaklah gw ini menemaninya. Persetujuan pertama adalah gw hanya menemani tadinya tapi kemudian entah kenapa ketika sampai di tempat tiba-tiba berubah pikiran, maka gw memutuskan untuk ikutan pijat. Tentunya ruangannya berbeda.

Gw langsung masuk ke kamar yang sudah ditentukan, lalu menunggu. Dan datanglah B.

Dengan gaya sedikit kaku kemudian B ini mempersilahkan gw untuk membuka baju yang saya kenakan. Yaaak, sampai disini saja yaa cerita tentang gw dipijatnya. Kita kan mau membahas masalah jatuh cintanya.

Selama pengerjaan pemijatan ini B melakukan dengan hati, itu yang gw rasa yaa, tanpa ada rasa risih atau bagaimana, gw pikir yaa memang itu adalah bidang pekerjaannya dan memang para masseur ini kan selain gaji, mereka hidup dari tip. Kalo pelayanan ngga oke tentunya tip pun tidak akan oke.

Selesai semuanya, ketika hendak membersihkan diri, B ini kemudian meminta gw untuk berdiri dan dibawah pancuran dan dengan sabar dan perlahan dia menggosok seluruh punggung saya dan kemudian menyabuni dan membilas sampai bersih. Gw ngga ngobrol sama sekali, hanya sesekali bertanya dan semua adalah pertanyaan standar. Yang membuat gw tertegun adalah ketika gw sudah berpakaian lengkap dan siap meninggalkan kamar tersebut, gw memberikan tip untuknya dan dia menolak. Gw kaget, gw memaksa dia untuk menerima itu dan dia tetap tidak mau, dia hanya bilang, "Mas, saya lakukan ini untuk mas dengan ikhlas dan ngga tau kenapa yaa, saya nyaman dengan mas." Selesai dia ngomong begitu kemudian dia mengecup dahi saya dan mempersilahkan saya keluar. "Silahkan, mas, saya mau membereskan kamar ini"

Seberapa sering kita jatuh cinta hanya karena hal-hal kecil?

Apa yang B lakukan pada gw entah kenapa begitu membekas? Apa karena gw single kelamaan? (yaaak curcol :p) atau karena apa yang dia lakukan menurut gw sangat humanis? atau kenapa?

Beberapa hari setelah kejadian itu gw ngga bisa berhenti berpikir tentang itu. Gerak dan ucapnya saat dia mengecup dahi gw terus aja membayang dan ngga pernah bisa lepas dari ingatan gw. Lalu gw bertanya apakah wajar jika gw jatuh cinta tiba-tiba hanya karena perilaku B yang di mata gw tulus? Atau mungkin hanya sekedar bentuk pelayanan yang mungkin B lakukan pada semua orang. Tapi menolak tip?

Gw akhirnya memutuskan untuk kemudian bertemu lagi dengan B.

Bersambung ...

Thursday, September 29, 2011

Campur Aduk 2909 - Sebuah Catatan Harian

Kehidupan terus berjalan. Hari berganti hari dan udara panas terkadang tergantikan oleh hujan sesaat.

Ada semacam kerinduan pada rintik hujan yang tak henti, mungkin alunan rintik itu seolah membuai diri yang lagi menerawang. Hahahaha, ternyata udara dingin dari mesin pendingin pun mampu membuat gw meracau tak tentu.

Belakangan ini gw merasa bahwa dinamika kehidupan gw kembali berjalan normal, naik turun dan undak-unduknya tidak lagi fantastis dan seolah memberikan kesempatan untuk bisa bernafas secara teratur. Kehilangan beberapa teman karena satu dan lain hal bisa gw katakan wajar dan gw ikhlas seada-adanya. Toh namanya pertemanan tidak bisa lagi dipaksakan. Mungkin saja mereka lebih memilih yang lain atau lebih nyaman dengan yang lain tinimbang dengan gw dan gw sadar betul itu. Gw percaya Tuhan tidak tidur, ada keluarga baru yang muncul dan hadir dalam kehidupan gw dan gw mensyukuri itu . Memang Tuhan selalu bekerja dengan caranya yang misterius terkadang kita dipaksa melewati satu keadaan yang seolah kita tidak mampu, kita lupa bahwa Tuhan memberikan cobaan tidak akan melebihi kemampuan orang tersebut.

Ada banyak hal yang belakangan ini juga yang membuat gw menyadari bahwa ketika kita terlepas dari sesuatu yang sesungguhnya kita lakukan dengan terpaksa maka terbukalah jalan dan kesempatan di berbagai hal. Bukan sesuatu yang mudah untuk melepaskan satu hal yang sudah kita kerjakan secara rutin secara bertahun-tahun tapi gw pikir ada baiknya terkadang kita harus rehat sejenak, mengambil jarak dan melihat semuanya dari kacamata yang berbeda.

Ah, sudahlah, racauan ini membosankan :-)
Gw akan bercerita tentang kisah cinta gw hahahaha pada postingan berikutnya.

Friday, September 23, 2011

Campur Aduk 2309 - Sebuah Catatan Harian

Mungkin sudah hampir sebulan lebih dari terakhir kali memposting Curahan Hati disini.

Begitu banyak kejadian yang tentunya terjadi dan sangat cepat dan terkadang sampai tak habis pikir kenapa bisa terjadi. Tapi tentunya semuanya ada hikmahnya. Tak ada asap kalo tak ada api, tak ada reaksi kalo tak ada aksi.

Hal paling menyedihkan adalah tentunya kehilangan seseorang yang kita sudah anggap sahabat. Kita anggap sebagai saudara sendiri. Perjalanan untuk mencapai penetapan satu kata dalam hati kita menganggapnya sahabat tentunya penuh dengan pertimbangan dan juga penuh dengan dinamika yang tidak datar. Semua naik turun.

I just lost a best friend, indeed a best friend. Tapi gw juga ngga menganggap sepenuhnya kesalahan dia, tentunya gw pasti ikut andil kenapa sampai akhirnya dia memutuskan untuk meninggalkan gw sebagai sahabatnya.

Belakangan begitu banyak hal yang mendera gw dan satu hal yang pasti adalah ketika banyak orang mengatakan kita harus banyak sabar ketika banyak hal buruk atau yang tidak mengenakkan mendera kita dan itu benar adanya. Mungkin hal yang klise tapi gw pikir benar, yang gw jalanin adalah gw berusaha penuh sabar dan gw juga berusaha untuk ikhlas atas apa yang terjadi.

Katakanlah hal itu mungkin mudah untuk dikatakan tapi sulit untuk dilaksanakan, tapi sepanjang kita mau dan niat dan gw sekarang percaya bahwa alam pun membantu apa yang menjadi keinginan kita. Gw sekarang menjadi lebih berhati-hati dan juga lebih bisa tahu siapa teman sesungguhnya. Memang jika kita senang seolah-olah semua orang adalah teman. Tapi cobalah ketika kita dalam keadaan terpuruk, kita bisa tahu siapa sesungguhnya teman kita dan kita bisa mengerti walau mungkin dia hanya sekedar ada di samping kita tanpa mengatakan apa-apa, walau dia hanya mengirimkan pesan dan bertanya apakah kita baik-baik so far.

Pelajaran hidup banyak sekali yang bisa kita raih, berdatangan satu demi satu dan tinggal kita menyikapinya bagaimana apakah kita mampu mengambil hikmah dari pelajaran hidup itu atau mungkin kita hanya sekedar menganggapnya sesuatu yang harus dilewati.

Yang membuat gw tetap tersenyum adalah bahwa gw semakin percaya, ketika kita diberi cobaan itu berarti kita masih dicintai oleh-Nya. Atau anggaplah Dia lagi bercanda dengan kita :-)

Gw percaya pada akhir sebuah penantian kesabaran akan berbuah manis. Tuhan tidak pernah tidur.

Ah, siang ini panas dan gw meracau semakin kacau.

Sunday, July 17, 2011

Cerita Doa - Sebuah Permintaan Sederhana

Mungkin sudah terlalu sering aku berdoa kepada Tuhan dan terus menerus meminta dan meminta dan meminta tanpa henti. Tuhan pun mungkin sudah bosan dengan segala permintaanku karena rasanya tak pernah cukup.

Entah kenapa aku masih dibayangi oleh rasa marah dan kecewa dan sesak setiap kali aku mengingat mengapa seolah-olah kehidupan ini tidak adil. Mengingat bahwa yang diberi kemudahan oleh-Nya adalah mereka yang dimataku tidak pernah mengenal kata Tuhan.

Aku hari ini berharap bahwa Tuhan akan memberikan jawaban atas apa yang kumau namun tentunya aku menyadari bahwa itu semua diluar kuasaku.

Keyakinanku hanya satu bahwa Tuhan mendengar setiap pinta dan mengabulkan sesuai dengan waktu-Nya dan bukan waktuku.

Ketika aku mendengar cerita teman-temanku yang sederhana dan begitu mudahnya mereka mendapatkan keajaiban atas pertolongan-Nya, mengapa hal itu tak terjadi padaku?

Kembali aku bertanya apakah sebegitu pendosanya aku sehingga semua permintaanku seolah hilang ditelan awan-awan dan berbaur menjadi bias seperti angin?

Tak ada lagikah kesempatan bagiku?

Surat Buat Tuhan - Sebuah Tulisan Pendek

Dear Tuhan,

Bukan hal yang luar biasa ketika aku mengatakan bahwa aku ingin menulis surat. Ada satu kerinduan ketika ingin bicara banyak dengan-Mu. Banyak hal yang terjadi belakangan ini yang terkadang membuat sesak hati, sesak dada dan menumbuhkembangkan perasaan tak enak.

Sebagai umat-Mu aku tak pernah berhenti bersyukur atas segala nikmat yang telah Kau berikan.
Sebagai umat-Mu aku tak pernah berhenti mengucap Alhamdulilah atas segala limpahan rejeki, kesehatan dan juga kesenangan dalam hal apa pun.

Tuhan,

Belakangan aku merasa bahwa Kau meninggalkanku, aku merasa bahwa Kau jauh dariku. Tapi aku tau bahwa itu semua adalah akibat ulahku sendiri dan Kau ingin aku melihat itu.

Kini aku sudah melihatnya, Ya Tuhan, aku sudah merasakannya. Begitu banyak rasa yang menyesakkan dalam hati. Begitu banyak kejadian yang seolah membuatku berpikir inikah yang dinamakan keadilan?

Tuhan,

Ketika orang-orang berharap akan pertolongan-Mu, sama denganku, aku pun berharap Kau selalu ada untuk menolongku. Aku tahu bahwa yang Kau berikan kepadaku adalah sesungguhnya yang aku butuhkan. Tidakkah cubitan-cubitan kecil-Mu cukup sudah untukku?

Mengapa orang-orang yang aku anggap sangat jauh dari-Mu, Kau berikan kemudahan-kemudahan dan kenikmatan-kenikmatan? Tidakkah Kau melihat bahwa mereka tak pernah bersyukur? Tidakkah Kau lihat mereka tak pernah percaya pada-Mu?

Sebegitu kotor dan pendosanyakah aku sehingga aku tak patut mendapatkan mukjizat dari-Mu, tak patut mendapatkan bantuan-Mu?

Aku menyadari semua kesalahanku dan kembali tetap terulang dan kini aku dalam kebimbangan apakah aku harus menyerah atau aku terus berharap bahwa Kau mendengar setiap doaku?

Tuhan,

Keinginanku hanyalah membuat bangga kedua orangtuaku dan juga menjadikan diriku sebagai tulang punggung mereka namun aku tahu bahwa banyak kesalahan yang telah aku lakukan dalam meraih itu sehingga tak pernah bisa tercapai.

Tuhan,

Ijinkan aku untuk memiliki kesempatan yang lebih baik lagi dan membawa semuanya kembali kepada jalurnya dan mengabdikan serta melakukannya semua atas nama-Mu dan untuk-Mu.

Tuhan,

Aku butuh mukjizat-Mu.

Tuhan,

Adakah Kau dengar doaku?

Wednesday, June 08, 2011

The Speech of DAW AUNG SAN SUU KYI

Keynote Speech by
Daw Aung San Suu Kyi
1991 Noble Peace Laureate and Leader of Burma's Democracy Movement
to the ASEAN Civil Society Conference / ASEAN People's Forum
May 3 - 5, 2011
Jakarta - Indonesia


I'm truly happy to be addressing you today, the ASEAN civil society / ASEAN People's Forum. Burma is part of ASEAN.

We Burmese people want to work very closely with the peoplesof the other nations of ASEAN. ASEAN is vital to our interests; ASEAN is vital to our future. And we hope that we also are vital to ASEAN.

Many people say that Asian values are different from western values. They say this often in order to argue against our struggle for democracy. This repeated assertion that democracy is a western concept hurts us who are struggling for democracy in Burma.

The Burmese people who started their movement for democracy in 1988 had very little idea of the western concept of democracy. What they understood was that they wanted security, they wanted freedom, they wanted to be free to shape their own destinies.

They wanted to live in a land that is free from fear and free from want. They wanted to live in a nation where the people could elect their own government. They wanted a government of the people, for the people, by the people. Not because they had ever heard President's Lincoln speech or ever read it, but because their instincts told them that this was the kind of government that would look after their interests.

So, what we are trying to do in Burma, is to better our lives, and we believe that the best way to do that is through democratic institutions. Of course the democracy in Burma will have a particular Burmese taste to it, if you like, a flavor to it, a particular Burmese aspect to it. This is inevitable.

But there are certain basic concepts of democracy that we cannot ignore. If these concepts are ignored, then what we have will not be a democracy but a semblance of democracy.

I'm sure you all understand this, particularly in Indonesia, where you have made an admirable transition from authoritarian rule to democratic governance. We envy you, we want to be like you, we want to achieve what you have managed to achieve. And let me go one step further and say that we hope to be able to achieve even more. I think this is quite natural that we all want the best for our country, for our people. But we also want the best for our region, we want the best for this world, but we have to start with ourselves.

So it is not our selfishness that I'm asking that you help us in our struggle for democracy in Burma, that you help us in our attempt to strenghten civil society in our country. It is by starting here that we can start to help our region and the rest of the world.

I hope the time will come when there will be a free exchange of ideas and of peoples between our two countries and between the other countries of ASEAN. That the time will come, when we all agree that we want a better world based on basic human rights for all of us.

When we come to that point, I think ASEAN will be a happier, stronger region and I would like to think a region to which the rest of the world will look with admiration and with satisfaction.

Thank you all for what you have been doing in increase unity between the peoples of the nations of ASEAN. It is the contact, the engagement between the peoples that is more important than anything else.

Governments are important but only so far as they work for the people. So, let us look forward to the day when it si the peoples of ASEAN who decide what shape our region is going to take.

Thank you.

Wednesday, April 27, 2011

CAMPUR ADUK 26 - Sebuah Catatan Harian

Kalau dipikir-pikir begitu banyak sebenarnya yang terjadi disetiap langkah kehidupan kita. Terkadang kita tidak menyadari bahwa hal-hal kecil yang terjadi itu membawa suatu dampak besar dan disadari justru ketika sudah berlalu.

Pagi tadi saya sampai di rumah sekitar jam setengah 8 dan saya pikir ini bukan suatu pagi yang baik karena ada pembicaraan yang saya pikir sebuah pembicaraan yang terkesan sangat tidak manusiawi mungkin atau juga pembicaraan yang membuat kemudian dada sesak entah karena menahan emosi atau rasa sakit. Bias!

Saya banyak menjadi saksi atas suatu sikap bahwa manusia terkadang diperbudak oleh uang. Bahwa manusia begitu mengenal kemudahan mendapatkan uang seolah-olah tak pernah berhenti meminta dan melihat situasi sesungguhnya. Pagi tadi saya belajar dan memaknai hal itu lagi.

Dengan kondisi tidur hanya kurang dari tiga jam, saya kemudian bangun dan memulai aktifitas dengan harus mandi dan kemudian jalan untuk mencari dana tambahan bagi pembelian obat rutin Ibunda dan kemudian melalui satu meeting ke meeting lain. Sesungguhnya saya menikmati perjalanan hari ini dan berusaha untuk melupakan rasa sakit yang saya pikir tidak guna dan berefek tidak baik bagi diri saya.

Mengeluarkan emosi melalui nyanyian mungkin bukan hal istimewa tapi saya bisa katakan bahwa hal in sangatlah manjur. Latihan bernyanyi bersama beberapa teman malam tadi membuat hati saya kembali ringan dan menurunkan emosi yang saya miliki. Selepas latihan kemudian bercengkrama dengan teman-teman sambil sebagian menikmati makan malamnya.

Melihat kegembiraan teman-teman muda ini terkadang saya berpikir seandainya saya boleh kembali memilih untuk kembali ke masa lalu ketika hidup adalah sebuah perjalanan sederhana dan tanpa banyak problematika.

Saya merasa hari ini setelah ditemani dengan dua cangkir kopi Long Black dari kafe kegemaran saya, saya rasanya ingin merebahkan badan, meninggalkan raga ini sesaat untuk beristirahat dalam ketenangan.

Saya pikir saya akan menutup hari ini tentunya dengan mengucap syukur kepada Tuhan pemilik hidup yang telah memberikan warna-warni problem kehidupan dan masih memberikan saya kekuatan untuk menghadapinya.

Semoga saya termasuk dalam lingkungan orang-orang yang dicintai oleh Tuhan!

Amin!

Tuesday, March 29, 2011

Nyai Ontosoroh - Sebuah Peran Pelaku Pecinta Kebangsaan

Ketika kita menonton sebuah pertunjukan teater dan kemudian diam terpaku dan menyimak serta menikmati setiap percakapan, setiap kalimat per kalimat yang keluar dari mulut pemainnya tanpa pernah merasa bosan, ketika itulah kita menyadari sesungguhnya bahwa sang aktor pelaku pemeran tersebut telah berhasil dan sukses memainkan peranannya dengan sempurna.

Itulah yang saya rasakan ketika saya kembali menonton sebuah pertunjukan teater “Mereka Memanggilku Nyai Ontosoroh” di Komunitas Salihara hari Jumat dan Sabtu kemarin. Pertunjukan itu terus membayang dalam pikiran dan hati saya.

Karya teater tersebut diadaptasi dari buku karangan salah satu pujangga besar yang pernah dimiliki oleh Indonesia; Pramoedya Ananta Toer; Bumi Manusia.

Buku Bumi Manusia ini adalah merupakan seri pertama dari tetralogi Buru karya Pram. Tetralogi ini menceritakan bagaimana perjuangan Minke sebagai seorang pribumi yang memiliki kesempatan mengenyam pendidikan barat di tanah Hindia Belanda dan mertuanya Nyai Ontosoroh, seorang perempuan pribumi yang bangkit dari ketidakberdayaannya sebagai perempuan pribumi dan merubah stigmatisasi seorang nyai adalah hanya seorang gundik semata menjadi seorang nyai yang disegani dan berani bertindak karena Nyai Ontosoroh mengerti akan arti keadilan, kejujuran, harga diri dan perjuangan sejati.

Peran Nyai Ontosoroh ini kembali dengan sempurna dimainkan oleh Sita Nursanti.

Sita sebagai salah satu pelaku seni yang cukup dikenal di tanah air mampu mengejawantahkan dengan sangat baik sesungguhnya kalimat-kalimat yang diucapkan dan dapat memberikan satu gambaran tersendiri bahwa Nyai Ontosoroh adalah perempuan tegar dan mampu melawan ketidakadilan.

Ketika saya melihat kembali Sita (pertunjukan pertama kalinya di Erasmus Huis beberapa bulan lalu) memerankan Nyai Ontosoroh ini di Komunitas Salihara, kembali Sita mampu menciptakan satu dimensi khayalan yang sempurna menjadi satu dimensi nyata paripurna ketika dia bercerita, bertutur kata dengan lugas dan jelas serta tegas sebagai layaknya bayangan Nyai Ontosoroh dalam khayalan saya. Kemarahan, rasa murka, rasa senang, duka lara dan kepahitan hidup Nyai Ontosoroh begitu sempurna dibawakan oleh Sita.

Sementara itu pemain lain (karena saya tidak begitu mengenalnya) mampu berkolaborasi dengan sangat baik dan sempurna. Willem Bivers yang memainkan tokoh Robert mampu menciptakan imajinasi nyata akan tokoh seorang Belanda yang mengambil seorang Nyai untuk dididik sebagai seorang nyonya besar. Buat saya tokoh Robert ini adalah pengejawantahan dari ide brilian Van Deventer akan politiknya yang terkenal yaitu politik balas budi.

Sementara Minke yang dimainkan oleh Bagus Setiawan mampu membuat penonton terbuai dan merasakan kegugupan dan kegembiraannya bertemu dengan gadis pujaan hatinya. Bagus mampu membangkitkan rasa tawa namun tidak sinikal atas perilaku bangsa pribumi yang begitu mendewakan Eropa pada masa itu namun tidak menyuruti semangat kebangsaannya dan terus berjuang dengan caranya untuk bisa membela bangsanya sendiri.

Annelies yang diperankan oleh Anita Bintang yang juga menjadi Sanikem atau Nyai Ontosoroh ketika muda, dengan tampang memelasnya mampu membangkitkan emosi dan luapan kekesalan atas ketidakberdayaannya sebagai perempuan Eropa yang berpendidikan namun tak bisa dan tak mampu berjuang untuk mendapatkan hak-haknya yang semuanya telah diatur oleh bangsanya sendiri bangsa Eropa. Betapa kegalauan hati Annelies diperlihatkan secara nyata bahwa dalam tubuhnya mengalir jiwa pribumi, jiwa nasionalis yang lebih kuat ketimbang mengakui dirinya sebagai bagian dari bangsa Eropa.

Kolaborasi empat pemain ini terlihat begitu kompak dan menyatu. Ini tentunya tidak lepas dari peran besar sang sutradara. Kang Wawan yang menjadi sutradara adalah seorang tokoh teater yang mumpuni dan rendah hati.

Selama hampir satu setengah jam para penonton begitu menikmati setiap gerak langkah dan ucap dari para pemain ini dengan setting yang sangat sederhana dan alunan musik pendukung yang begitu menyentuh.

Standing applause yang diberikan oleh para penonton selama dua hari pertunjukan adalah bentuk penghargaan yang tak terhingga atas kerjasama para pemeran dan sutradara serta pendukung lainnya.

Saya pikir ditengah keterpurukan bangsa ini ketika banyak hal-hal konyol muncul ke permukaan dan menyentuh sisi kebangsaan seperti masalah menghormat bendera atau pun juga masalah pluralisme, layaknya pertunjukan seni seperti ini mampu hadir dan membangkitkan bentuk nasionalisme baru terutama bagi generasi penerus bangsa.

Patut dibanggakan bahwa dalam dua hari pertunjukan dan ketika semua tempat duduk penuh terisi, 90 % dari tempat duduk tersebut adalah generasi muda yang tentunya tanpa mengurangi rasa hormat, sebagian dari mereka mungkin belum pernah membaca secara lengkap buku tetralogi Buru tersebut. Tetapi dengan mereka mau menonton ini tentunya rasa penasaran akan kelanjutan perjuangan Nyai Ontosoroh bersama Minke menghadapi penjajahan di bumi Hindia Belanda akan membangkitkan minat baca mereka akan karya-karya besar pujangga bangsa ini.

Semoga pertunjukan teater seperti ini akan terus ada dan hidup dan semakin bisa meraih minat generasi muda untuk belajar mencintai bangsanya melalui karya seni pertunjukan.

Semoga!

Selamat buat Sita, Willem, Anita, Bagus, Kang Wawan dan tim Salihara!

Monday, February 28, 2011

Teman, Tuhan - Sebuah Kisah di Hari Minggu

Siang tadi saya bersama beberapa teman menyaksikan sebuah pertunjukan drama yang dikemas dengan tari dan musik atau mungkin lebih dikenal dengan sebutan drama-musical. Entah kenapa cuaca yang dari pagi sudah hujan dan terus bersahabat dengan anginn dan udara sejuk seolah menjawab doa saya bahwa saya ingin sepanjang hari Minggu ini tidak ada cuaca panas.

Dari mulai saya bangun sampai dengan saya menuliskan corat-coret ini, saya masih terus terkesima dengan apa yang saya alami sehari ini.

Ketika bicara tentang Tuhan dan kuasa-Nya, bicara tentang Tuhan dan janji-Nya, bicara tentang Tuhan dan segala-Nya, adalah sebuah pembicaraan yang tak akan pernah habis, tak akan pernah putus. Ketika seorang individu, manusia ciptaan-Nya bercerita tentang Tuhannya tentunya masing-masing memiliki satu gambaran tersendiri, satu penilaian tersendiri, satu cara tersendiri untuk menunjukan cinta kasihnya pada apa yang disebut sebagai Tuhan-Nya.

Semalam saya berbincang panjang lebar dengan seorang teman lama ketika saya masih bekerja disalah satu restoran cepat saji terkemuka di negeri ini. Saya menanyakan tentang banyak hal padanya, tentang bagaimana kehidupan dia ketika ada dalam masa keterpurukan, tentang bagaimana dia memulai bisnisnya sampai bisa semaju sekarang, tentang bagaimana dia menyikapi hidupnya, tentang bagaimana dia beribadah terhadap Tuhannya dan tentang-tentang yang lain.

Dia bercerita dan dengan sabar meladeni semua pertanyaan saya yang terkadang untuk kadar kesabaran seseorang mungkin bisa membuat batas sabar terlewati, tapi dia mau menjawab dan kembali mengulang apa yang dia ceritakan jika saya tidak mengerti. Terkadang kita tertawa bersama mengenang masa lalu dari perjalanan hidup kita masing-masing ketika kita berpisah dan keluar dari tempat kerja kita bersama.

Ada satu hal yang dia selalu ingatkan kepada saya. Dia bilang bahwa sesungguhnya Tuhan itu Maha Kaya, segala sesuatu yang kita minta pasti akan dikabulkan, kuncinya hanya satu bahwa kita mencintai-Nya dan kita mau terus bersyukur atas apa yang telah diberi oleh-Nya, karena dengan mengucap syukur dan mencintai-Nya niscaya Dia tidak akan pernah melupakan kita dan terus memberi dan memberi karena Dia sudah percaya akan amanah yang diberikan kepada kita pasti akan dijalankan dengan sebaik-baiknya.

Teman saya ini bercerita bahwa dia memulai bisnisnya hanya dengan dana sebesar Rp. 20,000 (duapuluh ribu rupiah), percaya atau tidak itu terserah anda semua. Dia bilang di masa-masa awal perjuangan dia, jika dia harus meeting untuk mendapatkan tender, dia harus memilih antara dia ikut minum dengan calon klien di restaurant tempat bertemu dengan konsekuensi pulang jalan kaki atau dia memilih mengatakan puasa dan bisa pulang dengan angkot.

Dia bercerita bahwa itu adalah pilihan getir yang harus dihadapi tapi dengan tekadnya dia mampu mengalahkan itu semua dan percaya bahwa sesungguhnya Tuhan selalu memberikan yang terbaik bagi umat-Nya. Betapa dia berdoa dengan sepenuh hati untuk mendapatkan pinjaman karena dia memerlukan dana besar untuk proyek pertamanya. Itu terjadi pada hari Kamis sementara proyek itu harus diberi down payment hari Sabtu. Hari Sabtu pagi dia tiba-tiba bertemu dengan seorang Pendeta dan tanpa agunan apa pun sang Pendeta ini meminjamkan uangnya tanpa bunga. Teman saya ini tidak mengenal sang Pendeta sebelumnya.

Semalam teman baik saya ini bercerita dengan penuh perasaan suka cita, dengan emosi yang tak bisa dilukiskan. Dia bilang bahwa Tuhan selalu bekerja dengan cara-Nya yang misterius dan itu benar menurut saya. Percaya atau tidak, tentunya terserah anda tapi saya mempercayai apa yang dia ceritakan karena saya tahu betul siapa dia.

Naah, sore tadi selepas usai menonton pertunjukan Jakarta Love Riot, saya bermaksud menemui beberapa teman baik yang memang kita sudah janjian semenjak seminggu lalu. Saat saya kemudian datang untuk menjemput teman baik saya ini, ternyata teman baik saya yang baru saja juga selesai menjadi pembicara di peluncuran buku ternyata sedang ngobrol santai dengan beberapa orang. Salah satu dari beberapa orang tersebut adalah teman lama saya seorang penulis kolom kondang yang setiap hari Minggu tulisannya dinanti-nantikan oleh para penggemarnya.

Saya pikir dia tidak akan menghampiri tempat duduk saya, so saya dengan santai duduk di meja lain dengan sahabat yang sudah saya anggap adik sendiri dan mulai asyik mengobrol dengannya sampai kemudian sang penulis ini tiba-tiba berdiri dan menghampiri meja saya sambil ngomong, “Wis suwi ra petok. Opo kabare, ‘ry? Gawe nang ndi?” sebuah kalimat pembuka yang membuat saya terkejut karena terus terang saya tidak expect dia mengingat nama saya, apalagi untuk kemudian duduk bareng di satu meja dan mengobrol.

Pembicaraan saya dengan sang penulis ini seolah mengulang pembicaraan saya malam sebelumnya dengan teman baik saya yang saya ceritakan diatas. Sang penulis ini jauh berbeda dengan yang saya kenal sekitar 7 – 8 tahun yang lalu. Kini dia banyak bercerita tentang hubungannya dengan Sang Pencipta, hubungannya dengan Yang Empunya Hidup.

Dari hasil pembicaraan itulah kemudian saya merasa bahwa selama ini saya sudah salah melangkah, sudah salah mengolah kehidupan saya seolah ibadah saya adalah yang paling benar, seolah apa yang saya minta merupakan yang terbaik, apa yang saya perbuat yang berhubungan dengan Yang Diatas adalah merupakan tindakan terpuji. Ternyata itu semua belum ada apa-apanya dibandingkan dengan kehidupan dua teman baik saya yang baru dalam waktu 1 x 24 jam bercerita hal yang sama.

Saya pikir kini saatnya untuk lebih bisa mawas diri, lebih bisa memberi rasa ikhlas dan bisa berpikir lebih jernih dalam melakukan ibadah dan mengucap syukur kepada Tuhan atas apa yang telah dilimpahkan kepada kita.

Saya bersyukur bahwa Tuhan dengan cara-Nya telah mengajarkan saya untuk bisa lebih terbuka dan berkomunikasi lebih baik dengan-Nya.

Friday, February 04, 2011

Jawa, Suriname, Negeri Belanda - Sebuah Kisah Tak Pernah Habis

Beberapa waktu yang lalu saat lagi mengerjakan event di Erasmus Huis, saya iseng masuk ke galeri milik Erasmus Huis ini. Ada pameran yang dari jauh tampak tidak begitu menarik, saya pikir hanyalah sebuah pameran photo biasa yang menampilkan karya-karya dari para photographer dan tentunya dengan caption-caption yang bercerita tentang photo-photo tersebut. Ternyata saya salah. Benar bahwa itu adalah pameran photo tetapi ternyata berkisah tentang anak negeri ini di masa lalu dan kehidupannya yang sekarang.

Suriname sebagai satu negara dengan ibukota Paramaribo merupakan sebuah negara dengan 15% dari total jumlah penduduknya adalah masyarakat Jawa. Bahasa Jawa merupakan sebuah bahasa yang masih dipergunakan sampai sekarang. Sebagai sama-sama negeri yang dijajah oleh Belanda, Suriname kemudian mendapatkan banyak tenaga kerja baik yang didatangkan secara paksa atau sukarela dari Indonesia.

Pada saat mengetahui bahwa Indonesia telah merdeka, banyak dari para tenaga kerja yang ada pada waktu itu di Suriname memutuskan untuk pulang. Sebagian besar masih tinggal di Suriname sampai kemudian Suriname merdeka dari Belanda pada tahun 1976, sebagian orang-orang Indonesia disana ada yan tetap tinggal di Suriname tapi ada juga yang kemudian memutuskan untuk pindah ke Belanda.

Saat kemarin saya melihat pameran photo dengan tajuk: “Migrasi Warisan Budaya: Cerita-Cerita Orang Jawa di Suriname, Indonesia dan Negeri Belanda”, saya seperti dibawa dalam sebuah dunia tersendiri. Menyelami photo demi photo yang berkisah bagaimana kultur / budaya Jawa masih demikian erat melekat dikalangan orang-orang Jawa di Suriname.

Proses pernikahan yang masih menggunakan rias paes ala Jawa dan tradisi gendongan, mangku, dahar suap semua dilakukan sesuai dengan budaya Jawa yang berlaku dari dulu sampai sekarang yang tentunya tidak berubah.

Proses upacara Tujuh Bulanan pun demikian adanya, mulai dari memandikan sang ibu yang lagi hamil tujuh bulan sampai dengan berganti kain dan memecahkan kelapa dengan golok sebagai tanda pecah pamor pun dilakukan persis layaknya di Indonesia.

Semua upacara tradisi Jawa yang berlaku selama masa hidup sampai dengan meninggal pun oleh orang-orang Indonesia yang tinggal di Suriname tidak alpa dilakukan. Memandikan jenazah dan kemudian mengkafani-nya serta menguburkannya dilakukan sama.

Matte Soemopawiro, sang photographer, dalam photo-photo yang diambil olehnya bercerita dengan jelas dan kita seolah-olah dibawa masuk dalam satu ruang tersendiri. Angle yang diambil oleh sang photographer ini mampu untuk menunjukan bahwa sang photographer memiliki kesabaran yang luar biasa dalam menanti momen yang menurutnya momen-momen menarik itu hanya terjadi sekali saja dan tidak bisa diulang.

Melihat nama yang disandangnya sang photographer ini tentunya berdarah Jawa walaupun lahir di Suriname dan kemudian pindah ke Negeri Belanda namun setidaknya kultur / budaya Jawa yang beliau miliki tentunya ini yang mengintrik beliau untuk mengabadikan setiap momen berharga tersebut.

Banyak sekali cerita yang sebenarnya bisa digali lebih banyak dari sejarah perjuangan bangsa ini. Bagaimana kemudian orang-orang Indonesia yang kemudian pindah ke Suriname berjuang untuk terus hidup dan akhirnya mampu menjadi sukses, ada dalam rangkaian cerita sang photographer di pameran ini.

Entah kenapa ketika saya meninggalkan ruangan pameran, masih terbayang-bayang semua photo-photo tersebut yang bercerita secara banyak. Kedutaan Besar Suriname di Indonesia pun meminjamkan beberapa koleksi photonya yang berharga yang memperlihatkan orang-orang Indonesia yang baru saja turun dari kapal tiba di Suriname. Perjalanan selama kurang lebih tiga bulan tentunya membuahkan hasil yang mana mereka kemudian menjadi sangat akrab. Bahkan ada satu perjanjian unik tidak tertulis diantara orang-orang Indonesia di Suriname bahwa dilarang menikah dengan anak cucu orang sekapal atau satu kerabat. Jadi orang sekapal yang dibawa ke Suriname itu sudah dianggap bersaudara dan anak cucunya dilarang saling menikah. Bagaimana implementasi sebuah aturan yang tidak tertulis itu? Tentunya mereka-merekalah yang tahu 

Jika memang anda punya minat besar pada perjalanan sejarah Indonesia di masa penjajahan Belanda dan segala halnya, saya pikir belum lengkap jika anda tidak datang ke Erasmus Huis untuk melihat pameran ini. Pameran ini berlangsung sampai dengan tanggal 18 Februari 2011.

Gending Jawa yang mengiringi setiap langkah anda berpindah dari satu photo ke photo lain merupakan sebuah sentuhan halus akan arti sebuah budaya yang tak hilang lekang oleh ingatan.

Semoga semakin banyak saja pameran-pameran seperti ini yang ditumbuh kembangkan tidak hanya oleh pusat budaya asing tapi juga oleh galeri-galeri lain di Jakarta khususnya dan di Indonesia pada umumnya.

Sampai jumpa pada event berikut 


Sumber:
Website Erasmus Huis
Wikipedia

Sunday, January 30, 2011

PENGGEMAR - Sebuah Cerita Cinta Dalam Kata

Beberapa hari belakangan ini atau lebih tepatnya beberapa minggu kebelakang, pembicaraan seputar soal cinta tampak mendominasi setiap topik acap kali saya bercengkrama bersama teman-teman, baik itu dalam obrolan di ranah media sosial atau bertatap muka secara langsung.



Galau adalah kata yang tepat saat ini. Cuaca ibukota yang kerap kali hujan dan tidak menentu seolah menadi suatu dukungan atas apa yang dirasa oleh hati yang berkaitan dengan emosi, keijiwaan dan pemikiran akan cinta.



Saya baru menyadari malam ini ketika ada beberapa hal yang mengusik pemikiran saya dan semua berkaitan dengan urusan hati, secara personal maupun juga berkaitan dengan teman-teman saya yang entah kenapa banyak sekali membagi pengalamannya secara tidak langsung dan kemudian mendiskusikannya secara terbuka dan santai tanpa ada pretensi apa pun.



Dua minggu lalu ketika saya mengudara di salah satu radio di ibukota dengan beberapa teman baik saya, entah kenapa malam itu kami sepakat untuk mengambil topik yang berkaitan dengan kata penggemar. Sebuah pertanyaan sederhana muncul saat itu, "jika anda dating dengan seseorang dan ternyata anda menyadari bahwa dating anda tersebut adalah tipikal orang yang hobi mengumpulkan penggemar, bagaimana anda menyikapinya?"



Seorang teman baik ketika ditanya menjawab bahwa dia memutuskan untuk mundur seandainya dia mengetahui bahwa dating-nya adalah tipikal orang yang hobi mengumpulkan penggemar. Buat apa diteruskan karena bagaimana pun kita tetap akan menjadi "second layer" atau "third layer" karena kita tidak akan pernah menjadi prioritas.



Yang lain bilang bahwa tergantung pada yang menjadi pertimbangan. Atas nama cinta dan konsekuensi yang jelas-jelas sudah dimengerti bahwa dating dengan tipikal orang yang hobi mengumpulkan penggemar adalah pilihan sehingga tentunya rasa kesal, cemburu dan sakit hati atau apa pun itu yang tidak menyenangkan sudah menjadi bagian yang tidak bisa diganggu gugat tapi juga tidak bisa dipertanyakan secara lebih jauh. Batasan ada tapi sangat tidak adil dan tentunya tidak jelas.



Topik menjadi semakin menarik ketika seorang perempuan yang bernama Maya kemudian menelpon dan ketika ditanya bagaimana rasanya jika orang yang dia lagi dating ternyata mempunyai hobi mengumpulkan penggemar. Dan ternyata Maya ini adalah tipikal orang yang hobi mengumpulkan penggemar. Dia bilang tidak ada yang salah dengan itu, dia bilang bahwa dia mengumpulkan penggemar itu karena dia ingin mengambil hasil positif dari semua penggemarnya. Positif disini adalah pintar, berpengetahuan luas, punya wawasan yang cukup, tidak lemot, tidak memalukan, bisa diajak bicara apa saja.



Dari hasil diskusi dan bincang-bincang pada malam itu tampaknya terlihat bahwa ketika kita dating dengan orang seperti itu, kita harus bisa melihat dari dua sisi. Sisi orang tesebut dan sisi kita. Kita harus bisa memilah dan kemudian mengkaji dan berusaha mengerti apakah ini semua bisa berjalan sesuai harapan. Percayalah! bukan hal yang mudah untuk dilakukan tapi juga tidak ada ruginya untuk dicoba. Pilihan ada di anda.



Ketika siaran usai dan saya masih terus memikirkan hal ini. Kadang saya berpikir apakah saya yang terlalu naif atau mungkin juga hati yang tidak bisa membohongi bahwa rasa itu ada?



Taruhlah begini,

Saya dating dengan seseorang yang ternyata punya hobi untuk mengumpulkan banyak penggemar. Seperti disebut diatas, atas nama cinta dan rasa, saya untuk waktu tertentu memilih tentunya menjalani hal tersebut dengan kesadaran akan konsekuensi yang pastinya saya rasa. Tapi seberapa lama hal itu akan bertahan?



Menyadari banyak hal kemudian saya akhirnya memutuskan untuk berhenti. Orang yang hobi mengumpulkan penggemar adalah orang yang memegang kendali tentunya, dia yang akan mengkontrol semuanya, alur cerita, jalannya permainan bahkan mungkin akhir dari cerita tersebut. Sebelum berakhir dengan getir dan pahit, saya pikir saya masih punya kesadaran penuh untuk berhenti.



Rasa sakit, kecewa, pahit dan getir pasti ada. Bohong seandainya dikatakan tidak ada. Sekarang tinggal bagaimana kita menyikapinya dan berekonsiliasi dengan diri kita sendiri sebelum akhirnya melangkah lagi tanpa harus menoleh ke belakang.



Ah, jelang subuh selalu membuat saya meracau banyak hal tak penting, cukup sudah curahan hati colongan kali ini. Masih ada beberapa cerita lain, pastinya akan saya tuangkan dalam bentuk tulisan. Bagaimana pun mengeluarkan apa yang menjadi beban akan membuat hidup lebih ringan dan bisa melihat situasi menjadi lebih baik.



Peraduan hangat tampak sudah memanggil. Gemericik suara hujan di subuh ini seolah membuai diri terkantuk.



Selamat tidur!